Sabtu, 13 September 2008

Bapak J. Soesanto

Dengan membicarakan lagu, saya jadi teringat kenangan semasa di kelas VI SD Xaverius III, Jalan Sekojo (Sekarang Urip Sumoharjo), Sungai Buah, Palembang. Bagaimana keadaan sekolah ini sekarang? Sudah lama saya tidak melihatnya, tepatnya semenjak meninggalkan Palembang hampir 20 tahun silam.

Pada saat kelas VI SD, wali kelas saya adalah Bapak Soesanto. Kabar terakhir dia sudah dipanggil Tuhan beberapa tahun silam. Semoga Tuhan melapangkan jalan-Nya hingga dapat sampai pintu surga.

Banyak kenangan manis dan kenangan pahit dengan Pak Santo, demikian panggilannya. Saya masih ingat profilnya... gemuk pendek dan berkumis lebat. Sukanya pelajaran Matematika (waktu itu berhitung) dan Olah raga. Waktu itu belum seperti sekarang, wali kelas merangkap guru serba bisa... mengampu semua mata pelajaran.

Sebenarnya saya menyukai beliau, karena dia punya kesamaan dengan saya... tidak dapat menyanyi, sehingga selama setahun menjadi wali kelas, belum pernah sekalipun mengajarkan seni suara. Hal ini yang menyenangkan diri saya...

Hal lain yang menyenangkan... mungkin sama lagi, dia menyukai pelajaran matematika. Sehingga setiap hari ada matematika... dan ini sangat menyenangkan bagi saya. Mungkin ini salah satu faktor yang membuat saya menyukai matematika.

Terus hal yang tidak menyenangkan apa? Banyak sekali... tapi kalu saya ungkapkan di sini bukan berarti berniat mengungkap kejelekannya, tapi justru merupakan refleksi saya sebagai guru.

Pertama dan yang utama yang dulunya membuatku sangat membencinya adalah karena dia pernah memukul punggungku sehingga punggungku memar tanpa tahu apa kesalahanku. Cerita mengenai hal ini akan saya tuliskan pada kesempatan lain, karena kalau di sini akan jadi panjang lebar. Lengkapnya dapat klik pada tulisan: Pada Pelajaran Olah Raga.

Kedua, dia berlaku tidak adil. Saya bisa katakan ini karena memang dia berlaku tidak adil dengan saya dan beberapa teman saya yang lain. Tetapi kami tak mampu berbuat apa-apa dan hanya bisa menerima keadaan ini.

Ketiga, dia menghalangi kreativitasku untuk menggambar. Salah satu kesenangan saya dulu adalah menggambar. Tetapi sama seperti seni suara, dia juga tak menyukai pelajaran menggambar sehingga tak ada pelajaran menggambar selama setahun.

Demikian hal-hal yang tidak menyenangkan yang pernah saya alami. Semoga ini menjadi refleksi bagi saya selama jadi guru. Semoga saya tidak melakukan kekerasan kepada anak didikku, berlaku adil dan tidak menghalangi kreativitas anak didikku.

Tidak ada komentar: