Sabtu, 30 Juni 2018

BALADA YOYUN (100)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (100)
Yoyun Mohon Pamit
Oleh Tim Penulis Balada Yoyun

Menjelang liburan, ada pesan masuk di gawai Mia, “Kalau memungkinkan, datang ya…,” dari Yoyun. Dia mengundang semua penulis "Balada Yoyun" untuk berkumpul di rumahnya. Acaranya hanya temu kangen agar para penulis dapat saling mengenal secara langsung. Ternyata juga mengundang para pembaca setia, seperti Lydwina Ertin, Veronica Angela, Dhiana Lialavi, dll, terutama yang sering memberi komentar di "Balada Yoyun". Dipilihnya kota Tegal, selain merupakan kota kelahirannya, juga kota itu dianggap titik tengah yang adil bagi yang berangkat dari Jakarta ataupun Jawa Timur. Waktu yang ditetapkan adalah setelah hari raya Idul Fitri.

Maria Miguel yang sudah merencanakan liburan, terpaksa harus mengatur waktunya lagi. Dia ingin membuktikan apakah Yoyun tetap secerewet di medsos bila berhadapan langsung dengannya. Mia, atau lengkapnya Camelia Septiyati Koto, juga menyempatkan hadir sekaligus ingin mengunjungi tempat rekreasi Guci. Pada hari yang ditentukan, hampir semua yang diundang hadir. Mbak Vina Saputri tidak dapat hadir karena jarak yang jauh, demikian juga Mbak Lydwina Ertin yang tinggal di Pontianak dan tak dapat meninggalkan Keyra, putri kecilnya. Dari Jakarta dan Bogor ada Merry Srifatmadewi, Florida Wartini, Dhewy Trisna, Hery Sujatmo, dan Albertha Tirta. Lalu dari Palembang ada Maria Miguel dan Yosef Kurniawan (Ocep), yang ternyata suami tercintanya. Dari Jawa Timur ada Pak Budi Hantara, dan Pak YPB Ypb Wiratmoko. Bahkan Jenny Seputro khusus datang dari Perth, agar bisa ketemu dengan teman-teman yang selama ini hanya akrab di media sosial. Tamu terakhir adalah Agusanna Ernest dan Stella Christiani Ekaputri Widjaja yang tampak kelelahan tapi penuh semangat. Pertemuan yang tidak formal tersebut makin terasa akrab saat Yoyun mengajak mereka makan di Warung Tegal “Mbak Dian”. Mereka sempat berpandangan, apakah pemilik warung yang cantik tersebut calon istrinya Yoyun. Walau banyak yang bertanya dalam hati tetapi tak ada yang berani bertanya langsung pada Yoyun. "Nanti yang bayar kita apa Yoyun nih!" celetuk Jenny Seputro sebelum makan karena selama ini Yoyun terkenal pelitnya.

“Bapak-bapak, ibu-ibu, dan mbak-mbak yang cantik-cantik,” tiba-tiba Yoyun berdiri dan berbicara dengan mimik yang serius. Tak urung semua terdiam ingin mendengarkan apa yang akan dikatakan Yoyun. Dia sempat menahan suaranya yang terdengar sedih, membuat teman-temannya makin bertanya-tanya. “Pada kesempatan ini, saya mohon maaf dan sekaligus mohon pamit…,” tampak Yoyun menyusut air mata, selanjutnya mengatakan bahwa usianya bertambah dan dia menyadari banya kekurangan sehingga dia merasa butuh waktu untuk menenangkan diri dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Untuk itu dia berencana akan mundur sampai waktu yang belum ditentukan. Dia merasa sedih membuat keputusan ini tetapi dia merasa itu harus dilakukan demi masa depannya. Mereka yang hadir tak mampu berbuat apa-apa, beberapa di antaranya ada yang mengusap linangan, tak menduga bila Yoyun hanya menemani mereka hingga episode ke-100. Beberapa saat kemudian mereka semua mohon pamit agar kesedihan tak berlanjut. Sebelum pulang, Yoyun memberikan kenang-kenangan kepada semua yang hadir berupa talenan bergambar dirinya seperti pada episode “Bantal Pink Yoyun". Dan kesempatan ini digunakan Yoyun untuk cipika-cipiki, kembali dengan tawa renyahnya, hilang semua kesedihan yang tadi mengharu-biru saat berpamitan.

Jakarta, 28 Juni 2018
#baladayoyun

Catatan:
- Terima kasih kepada para penulis: Merry Srifatmadewi, Budi Hantara,Camelia Septiyati Koto, Agust Wahyu, Florida Wartini, Yosep Yuniarto, Maria Miguel, Jenny Seputro, Waty Sumiati Halim, Dhewy Trisna, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Albertha Tirta, Yosef Kurniawan (Ocep), Hery Sujatmo, Siu Hong-Irene Tan, Agusanna Ernest, Ypb Wiratmoko atas kebersamaannya.
- Mohon maaf kepada pembaca bila ada kesalahan atau kurang berkenan karena kami semua masih belajar
- Nantikan pentigraf lepas selanjutnya tentunya dengan bentuk dan cerita yang berbeda

BALADA YOYUN (99)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (99)
*Pesan Singkat dari Sandra
Oleh Agust Wahyu

"Le... wis bengi," simbok menyadarkan Yoyun yang masih duduk termenung di kursi teras depan rumahnya. Dia berusaha mengingat teman-teman terutama teman wanitanya yang tidak datang malam itu. Lalu dia juga berusaha mengingat-ingat dari teman-teman wanitanya yang datang, siapa yang belum pernah ditawari untuk menempati rumah ini. Dan berbagai pikiran mampir di otaknya hingga tanpa terasa sudah larut malam. Pesta ultahnya yang meriah sudah lama berakhir. Tamu-tamu sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Termasuk Mang Karyo yang memberesin tempat dan Mbak Par yang bertanggung jawab urusan dapur. Rumah besar ini kembali sepi tinggal Yoyun, bapak, dan simbok. Adik dan kakak Yoyun telah berkeluarga dan punya anak, menempati rumahnya masing-masing.

Masuk ke kamar, Yoyun terpaku sebuah kado yang terletak di atas meja. Dia ingat, saat sebagian tamu sudah pulang, seorang gadis kecil berkaca mata dengan rambut sebahu menghampirinya, "Ko Yoyun... ini dari mama. Mama nggak bisa dateng karna masih di luar negeri." Yoyun terpana, dan ada sedikit kecewa. Gadis kecil kelas 11 ini sangat cantik. Tapi bukan kecantikannya yang membuat Yoyun tersentak dan terdiam, tapi wajah itu seakan replika dari orang yang merupakan cinta pertamanya. "Angel, Ko. Veronika Angelia," katanya saat ditanya namanya. Sebenarnya mamanya jauh lebih cantik, mungkin nanti setelah meningkat dewasa kecantikan Angel akan melebihi mamanya. Dan bayangan wajah itu yang tak pernah hilang di pikiran Yoyun sejak masih di kelas 2 SMA.

Saat membuka kado, ada secarik kertas yang terjatuh. Yoyun mengambilnya setelah meliriknya beberapa saat. Dia hapal sekali dengan tulisannya yang surat-suratnya masih tersimpan dengan rapi. "Saatnya kita melupakan perjanjian kita dulu. Kamu yang janji dan kamu yang mengingkari!" Serasa ada jarum menusuk hatinya. Yoyun tiba-tiba sangat bersedih karena telah mengecewakan orang yang sangat dicintai. Dia pernah mencintai dan sampai sekarangpun mencintai Sandra, mama Angel. Tapi halangan yang besar membuat Yoyun menyerah. Tapi mereka pernah berjanji untuk terus mencintai dengan menjodohkan anak-anak mereka. Tapi hingga usia 37 tahun, Yoyun belum ada tanda-tanda untuk menikah apalalgi punya anak sedangkan Sandra sudah memiliki Angel, gadis cantik berusia 16 tahun yang datang mengantarkan kado. Yoyun hanya mampu menutup wajahnya, sedih, malu, kesal, atau menyesal. Tapi semua karena sikapnya sendiri yang tak pernah punya pendirian. Yah mungkin karena Yoyun angel* makanya tidak dapat Angel.

*angel dari bahasa Jawa artinya susah, sukar, sulit
Brastagi, 24 Juni 2018
#baladayoyun
#pentigraf_aw

#baladayoyun
Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini fiktif
- Pentigraf atau penagraf ini didedikasikan buat seorang sahabat yang jadi inspirator kami
- pentigraf atau penagraf ini sifatnya humor dan mdiisi oleh siapa saja dengan tokoh utama Yoyun, pemuda single berusia 35 tahunan yang belum punya pacar (tapi data ini bisa berubah lho!)
- Penulis yang telah menyumbangkan naskahnya: Merry Srifatmadewi, Budi Hantara, Camelia Septiyati Koto, Agust Wahyu, Florida Wartini, Yosep Yuniarto, Maria Miguel, Jenny Seputro, Waty Sumiati Halim, Dhewy Trisna,Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Albertha Tirta, Yosef Kurniawan (Ocep),Hery Sujatmo, Siu Hong-Irene Tan, Agusanna Ernest,Ypb Wiratmoko

Kamis, 21 Juni 2018

BALADA YOYUN (98)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (98)
*Arti Kejujuran
Oleh Yosep Yuniarto

Lebaran kali ini Yoyun sekeluarga pergi ke Pangandaran selama 3 hari. Berangkat jam 6 pagi jalanan nyaris lengang, tak heran jam 10 kurang sudah sampai di kota Banjar dan berhenti di sebuah SPBU untuk mengisi bahan bakar dan juga ke toilet. Saat melihat ada seorang penjual bakso Yoyun bergegas mendekatinya. Lumayan buat 'ganjal perut' begitu kira-kira pikirannya. Namun di luar dugaan saat Yoyun hendak memesan semangkuk bakso, bapak penjual bakso tersebut menolak dengan alasan air nya belum mendidih, kalau mau sabar menunggu 10 menit lagi. Yoyun ngeyel bilang airnya belum begitu mendidih tidak apa-apa karena dia sudah lapar. Namun Bapak penjual bakso tetap menolak dan menjelaskan kalau Yoyun nanti malah jadi sakit perut. Yoyun sempat dongkol namun akhirnya bisa memahami. Ngeyelnya Yoyun yang super beken itu ternyata kalah juga oleh kejujuran Bapak penjual bakso.

Terpaksa Yoyun meninggalkan SPBU tersebut dengan perut yang gagal 'diganjal' oleh semangkok bakso. Sampai di Pangandaran dan mendapat tempat menginap Yoyun istirahat dan baru keluar sorenya untuk menikmati pantai dan menunggu sunset. Di tengah jalan Yoyun mendekati seorang penjual buah-buah an. Saat hendak memilih-milih jeruk, sang penjual berkata jika untuk kali ini jeruk-jeruknya kurang begitu manis. Saat hendak memilih sawo pun diberitahu jika sawonya masih belum matang nunggu dua hari lagi. Ah Yoyun betul-betul takjub mendapati ternyata masih ada juga orang-nrang yang jujur dan tidak mudah tergoda oleh lambaian uang di zaman seperti sekarang ini.

Esok paginya dengan penuh semangat Yoyun mendekati seorang tukang sewa perahu. Cowok ganteng ini tak sabar ingin menyeberang ke pulau yang indah berpasir putih. Namun ternyata Bapak tukang sewa perahu bilang jika kawanan monyet yang biasanya banyak itu kini sudah pada betah tinggal di tengah hutan lebat di dalam pulau tersebut dan jarang keluar menemui pengunjung seperti tahun-tahun sebelumnya. Akhirnya Yoyun memutuskan batal menyeberang ke pulau tersebut. Dia betul-betul kecewa niatnya untuk membalas dendam kepada seekor monyet jantan yang mencuri rotinya 2 tahun yang lalu gagal kesampaian. Padahal Yoyun sudah amat menghafal ciri-cirinya meski tak tahu siapa nama si monyet tersebut.

BALADA YOYUN (97)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (97)
*Pilkades
Oleh Agust Wahyu

Usai lebaran, desa yang ditinggalin Yoyun sibuk dengan persiapan Pilkades, Pemilihan Kepala Desa. Kebetulan kepala desa yang lama tak dapat melanjutkan tugasnya hingga waktunys berakhir bulan Agustus nanti karena Tuhan memanggilnya beberapa hari sebelum lebaran. Ada tiga calon yang sedianya mengajukan diri. Pertama, incumbent tetapi otomatis batal karena telah meninggal dunia. Kedua adalah Ganjar, warga setempat yang baru pulang merantau dari Jakarta karena sudah pensiun sebagai PNS. Dan ketiga, Yoyun pemuda lajang berusia 37 tahun yang merupakan tokoh pemuda setempat. Bila Incumbent masih ada berat bagi kedua calon bersaing dengannya karena selama kepimpinanya pembangunan desa maju dengan pesat, terutama sektor industri kecil. Yoyun makin bersemangat menghadapi pilkades. Dia sering mengumpulkan tim suksesnya merencanakan dengan seksama dan sistematis langkah-langkah untuk mencapai pemenangan pilkades.

Segala berkas perlengkapan yang dibutuhkan sudah diserahkan kepada KPUD, Komisi Pemilihan Umum Desa, yang dibentuk khusus untuk Pilkades. "Bapak dan ibu pasti merestui, tapi jangan takabur. Tetap berdoa pada Tuhan," demikian pesan orang tuanya. Yoyun merasa peluangnya menghadapi Ganjar sangat besar, apalagi dia merupakan orang yang cukup dikenal di desa ini dibandingkan dengan Ganjar yang telah lama meninggalkan desa ini. Menjelang hari akhir masa kampanye tiba-tiba ada pemberitahuan yang ditujukan kepada keamanan desa bahwa akan ada demonstrasi dari warga ke kantor kepala desa yang merangkap kantor KPUD. Pada hari yang ditentukan, Yoyun bersiap-siap untuk menerima perwakilan warga yang berdemo dan berencana mengajak mereka berdialog setelah mendapat laporan dari timsesnya.

Saat demo berlangsung, timsesnya buru-buru melaporjan, ternyata ada dua kelompok warga, yang pro dan kontra. Salah satu poster dari yang kontra bertuliskan, "MENOLAK KADES JOMBLO!" dari AWS, Aliansi Warga Sayang Istri. Dan kelompok kedua yang pro dengan jumlah yang sedikit menampilkan poster, "YOYUN KADES BARU YANG GANTENG," di bagian bawah tertulis PWC, Perwakilan Wanita Cantik, yang anggotanya para janda. Yoyun membatalkan untuk menemui mereka, dia hanya bisa terpekur. Bayangan wajah-wajah wanita yang dikencaninya silih berganti. Ada Dian, Subiyem, Rohana, Mia, dan lain-lain yang kebanyakan ada di barisan PWC dan ada juga yang istri dari AWS. Tapi tak ada di antara mereka yang mau serius dengan Yoyun. Dan... akhirnya Yoyun cuma pasrah apapun hasil pemungutan suara nanti.

Dukuhsari, 18 Juni 2018

BALADA YOYUN (96)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (96)
*Sahabat Online
Oleh Jenny Seputro

Yoyun sudah sejak lama berkutat dalam dunia tulis-menulis di media sosial. Baginya menulis bukan saja sebagai hobi dan ekspresi diri, tapi juga sebagai ajang pertemanan. Tidak sedikit kenalan online Yoyun berujung pada persahabatan di darat, bahkan sempat ada beberapa gadis yang benar-benar menjadi pacarnya. Sayang seiring kandasnya kisah cinta mereka, persahabatan online merekapun berakhir. Yoyun sempat merasa takut untuk berteman dekat lagi dengan para penggemarnya di dunia maya, hingga sebulan yang lalu saat ia menemukan seseorang dengan nama pena "Clever girl". Meski sudah bagaikan selebritis yang dikerumuni penggemar yang sangat menyayanginya, Yoyun belum pernah merasa seperti ini dengan siapapun. Sejak dua hari berteman, Yoyun tidak bisa menghilangkan Clever girl dari benaknya. Gadis itu tidak seperti yang lain, profilnya misterius, tidak ada foto, bahkan setelah sebulan akrab bercanda di chat room, Yoyun belum tahu nama aslinya. Terbalik dengan Yoyun yang fotonya terpampang di mana-mana, dan seluruh kehidupannya sudah tertulis di lapak-lapak media sosial. Tapi yang pasti, Clever girl membuat Yoyun bahagia.

Karena terlalu sering chatting dengan Clever girl, kuota bulanan Yoyun habis jauh sebelum waktunya. Ditambah HP jadul yang sering ngadat, Yoyun terpaksa pergi ke warnet terdekat untuk chatting. Mana tahan tidak ngobrol dengan pujaan misteriusnya itu. Yoyun duduk berhadapan dengan seorang gadis cantik. Sambil asyik chatting dengan Clever girl, Yoyun terus melirik dan memperhatikan gadis di depannya. Akhirnya Yoyun memberanikan diri mengajak kenalan. Namanya Sally, ternyata dia juga senang menulis. Saat ini sedang setengah jalan menulis novel perdananya. Jiwa playboy Yoyun terusik. Daripada Clever girl yang tidak pernah mau menunjukkan dirinya, lebih baik mencoba dengan Sally. Diajaknya Sally makan siang, dan ternyata ajakannya diterima. Hati Yoyun berbunga. Saat itu Clever girl mengatakan kalau dia sudah siap untuk menemui Yoyun, tetapi Yoyun sudah berpindah hati.

Saat Sally permisi ke toilet sebelum mereka pergi makan, Yoyun cepat-cepat menulis pesan untuk Clever girl. Intinya minta maaf untuk memutuskan pertemanan mereka. Berbagai alasan klise seperti aku tak cukup baik bagimu dan semacamnya diumbarnya panjang lebar. Sampai lama tidak ada jawaban. Tapi Yoyun tidak peduli, Clever girl sudah tidak penting lagi. Karena Sally lama sekali di toilet, Yoyun yang penasaran mencuri lihat layar Sally, apa yang membuat gadis itu tersenyum-senyum sendiri sejak tadi. Dengan horor Yoyun melihat layar chattingannya dengan Clever girl di sana. Otaknya berpikir ekspres bagaimana menghapusnya, tapi tidak ada waktu. "Heh, ngapain lihat-lihat monitorku?" Sally membentaknya dari belakang. Yoyun langsung kabur tunggang langgang meninggalkan warnet, bahkan tidak sempat untuk logout dari komputernya.

BALADA YOYUN (95)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (95)
*Aksi Yoyun
Oleh Agust Wahyu

Mentari masih mengintip malu. Sang bayu berhembus lembut menyentuh kulit, dinginnya hingga ke tulang. Lebaran kedua di desa tempat tinggal Yoyun diwarnai dengan berita duka. Dari mushola, pak dukuh memberitakan bahwa telah meninggal Bapak Atmodikromo, usia 92 tahun, merupakan tetangga Yoyun sekaligus kakek dari Subiyem, janda cantik dua anak yang sangat terkenal di desa tersebut. "Yun... bangunl" ibunya mengetuk pintu kamarnya cukup keras. Yoyun sebagai seksi sosial kepemudaan desa tersentak bangun, tugas segera menanti.

Bila ada warga yang meninggal, Yoyun segera mengumpulkan dana dari warga dengan cara mendatangi rumah perumah. Lalu penyumbang akan menuliskan nama dan jumlah sumbangannya di daftar yang sudah dibuat sebelumnya oleh Yoyun. Para penyumbang sebelum memberi sumbangannya dan menuliskan nama dan jumlah sumbangan yang akan diberikan, biasanya akan melihat lebih dulu penyumbang sebelumnya. Yoyun menyadari hal itu, sehingga biasanya sebelum diedarkan ke warga, dia akan menuliskan pertama kali namanya dengan sumbangan yang cukup besar. Warga berikutnya, biasanya akan mengikuti di atasnya atau di bawahnya. Pengalaman menjadi seksi sosial dan pengumpul sumbangan mengajarkannya banyak hal. Dari pengalaman tersebut, hasil kerja Yoyun terbilang sukses.

"Sukses, Mak!" jawab Yoyun dengan antusias saat ibunya bertanya karena siang hari sudah di rumah. Setelah dihitung dan dibuat laporan, Yoyun segera menyerahkannya pada keluarga Bapak Atmodikromo, tentunya lewat Subiyem yang dikaguminya. Harapan Yoyun hubungan dengan pujaannya meningkat ke tahapan yang lebih tinggi, tak sekedar HTS, hubungan tanpa status, apalagi mengingat usia Yoyun yang sudah tak populer lagi di kalangan brondong. "Terima kasih Mas Yoyun," disertai senyum manis Subiyem yang membuat susah tidur. Kali ini Yoyun dapat keuntungan mendapatkan senyuman, merasakan tangan lembut lewat salaman yang cukup lama, dan masih ada satu lagi yang tak diketahui warga. Nama Yoyun didaftar pertama penyumbang sebenarnya hanya kamuflase untuk menarik penyumbang lain, dia sendiri tak pernah rela mengeluarkan uang sepeserpun.dari dompetnya.

Dukuhsari, 16 Juni 2018

BALADA YOYUN (94)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (94)
*Pecah Telur
Oleh Merry Srifatmadewi

Manis senyumnya, ramah-tamah, pandai bergaul, mandiri, bagus karyanya, suka belajar untuk meningkatkan keahliannya, romantis. Aku mengenalnya di suatu komunitas yang aku ikuti. Namanya Sally. Dari awal aku merasa ada chemistry dengannya. Rambutnya pendek, tubuhnya langsing, tinggi semampai, awet muda di usianya yang melewati 40 tahun, sangat gesit- lincah. Apa yang kurang dari dirinya adalah umurnya lebih tua daripadaku dan statusnya janda beranak dua. Aku tidak ingin jika perempuan yang aku nikahi lebih tua daripada diriku. Konon katanya, setelah menikah perempuan lebih cepat tua dari umur sebenarnya.

Dulu kriteriaku untuk memilih calon isteri adalah yang bersedia tinggal di tempatku, di pinggiran Tegal yang dikelilingi hutan di sekelilingnya. Aku yakin dia pasti bersedia untuk hidup bersamaku. Di kacamata pengamatanku, orangnya sangat sederhana, tidak suka kehidupan glamour, berpenampilan apa adanya, hanya lipstick yang menghiasi dan kini tinggal di kota kecil pasti mudah beradaptasi. Hanya aku ragu untuk membina hubungan dengannya terutama karena umur. Bagiku mengenai anak-anaknya tidak masalah, aku sangat suka dengan tingkah lucu mereka. Hingga hari ini aku menyimak status curahan hatinya di facebook. Dia sering bercerita di statusnya tentang kedua anaknya. Aku merasa cocok untuk menjadi papa anak-anaknya tapi tidak untuk menikahi dia. Sudah beberapa kali aku memujinya lewat komentar bahwa dia paling cantik dan sebagainya, sadarkah dia bahwa aku mulai jatuh cinta padanya? Aku bila berucap mulut dan hati sama. Bunga cinta telah kutebar dan respon jawabannya juga bagus, rasanya dia juga jatuh cinta padaku. Ehem..ehem... membuat hatiku semakin klepek-klepek.

Hingga hari ini belum ada keberanian di hatiku untuk menyatakan 'I love you' kepadanya. Ragu karena umurnya dan cepat kisut dirinya nanti setelah menikah. Aku tidak ingin setelah menikah, mataku masih jelalatan pindah ke lain hati. Selama ini aku sudah sering berpacaran, umurnya lebih muda dan membuat aku terasa muda terus tapi sayangnya tidak ada yang mau diajak hidup bersama denganku di pinggiran Tegal. Akan kucoba untuk memacari yang lain dulu, nanti ketika umur 40 tahun akan kuputuskan menikah. Masih ada dua tahun lagi, menikah tidak perlu terburu-buru menentukan pilihan. Bila akhirnya pilihan jatuh pada yang lebih tua mungkin tidak apa-apa. Dan pembaca perlu ketahui bahwa hingga hari ini belum sekalipun aku bertemu fisik dengan Sally yang dari tadi aku ceritakan, hanya melalui facebook. Jika tidak ada perempuan lain, mungkin aku akan menikahinya di umurku ke 40 tahun. Saatnya pecah telur daripada kadaluarsa.

Jakarta, 30 Mei 2018.
#pentigrafSF

BALADA YOYUN (93)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (93)
Yoyun Berlebaran
Oleh Agust Wahyu

Sebagai orang yang dituakan di kampungnya, orang tua Yoyun akan banyak didatangi tamu pada saat lebaran, baik tetangganya, maupun sanak-saudaranya. Di kampungnya, lebaran bukan hanya hari besar agama tertentu tetapi diperingati semua warga sebagai budaya. Silaturahmi terjadi antar warga masyarakat, dengan saling mengunjungi terutama yang muda berkunjung pada orang yang lebih tua atau dituakan. Tak heran bila kedua orang tuanya juga mempersiapkan berbagai makanan dan minuman untuk menjamu tamu-tamu yang bakal datang berkunjung.

Pagi-pagi sebelum panggilan Sholat Idulfitri berkumandang dari Mushola An Nur di kampungnya, Yoyun telah bangun. Langsung mandi dan berdandan rapi, siap pergi. "Mak, aku jemput Dian dulu ya," pamitnya. Ibunya agak kaget tapi tak bertanya lebih lanjut. Terlalu banyak nama wanita yang telah diperkenalkan Yoyun pada ibunya sehingga ingatan tuanya tak mampu menampungnya lagi. Dengan menggunakan kendaraan umum, Yoyun berangkat menuju ke pantai, tak mungkin mengunjungi Dian. Gadis manis berambut panjang itu sudah tak dapat dihubungi sejak dua hari yang lalu. Dengan bermodalkan kertas koran dan sebotol air mineral, dia duduk sedakep di tepi pantai menikmati ombak yang berkejar-kejaran. Bagai dirinya yang banyak dikelilingi wanita tapi saat dikejar tak satu pun yang berhasil digapainya.

Menjelang sore, sambil menahan lapar dan setelah menghabiskan tetes air mineralnya, Yoyun beringsut dan berniat pulang. Badannya penat tapi hatinya lebih lega berlebaran di pantai, dibandingkan bila di rumah dan mendapat pertanyaan yang diulang-ulang setiap tahun dan serupa, "Kapan undangannya?" atau "Kapan emakmu momong cucu?" Dia juga sudah menyiapkan jawaban bila ibunya bertanya di mana Dian? Dan utamanya dia melarikan diri ke pantai sebenarnya adalah agar tak perlu mengeluarkan "angpao" dari kantungnya buat anak-anak kecil yang datang bersama orang tuanya sebagai tamu-tamu bapak dan ibu.

Dukuhsari, 15 Juni 2018

BALADA YOYUN (92)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (92)
*Kejujuran Yoyun
Oleh Albertha Tirta

Pesta telah usai, cuti telah berakhir. Dunia kerja menantinya. Sebagai seorang kasir di toko buah swalayan, Yoyun sangat bertanggung jawab. Selama ia cuti, pekerjaan dipegang oleh temannya. Memang cukup membantu, tetapi banyak pekerjaan yang masih harus dibenahi. Nota-nota berantakan, belum dibuat stok opname barang, crosscheck dengan keuangan. Ini perlu ketelitian yang tinggi.

Awal masuk kerja ternyata awal liburan anak sekolah dan cuti bersama. Swalayan tempat kerja Yoyun sangat ramai. Rupanya masa puasa menjelang lebaran, buah - buahan menjadi menu favorite tambahan. Ini menjadi berkah bersama. Walau demikian pelayanan Yoyun terhadap pembeli tidak surut sedikitpun

Sore ini, antrian di kasir cukup mengular, Yoyun kelihatan baru sibuk mencari uang kembalian. Ia bongkar kotak cash register, yang dicari belum juga ketemu. Setelah satu jam, pembeli yang menunggu uang kembalian berbicara, kurang berapa kembaliannya. Yoyun dengan wajah kusam menjawab, kurang dua ratus rupiah bu. Spontan ibu itu menjawab tidak apa-apa kalau kurang kembaliannya. Dengan wajah melotot Yoyun menjawab : "Satu juta, kalau kurang dua ratus rupiah, bukan satu juta lagi bu. Semua hitungan harus pas."

BALADA YOYUN (91)

#penagraf_lepas
BALADA YOYUN (91)
*Tamu Terakhir
Oleh Agust Wahyu

Sinar mentari pagi yang menerobos masuk ke kamarnya lewat celah jendela kaca yang tak tertutup korden, dan mengena langsung pada wajahnya membuat Yoyun terbangun. Diliriknya jam dinding bergambar Mickey, sudah menunjukkan pukul 09.15. Untung hari ini tugasnya jaga malam, sehingga tak kesiangan. Menggeliat sejenak, memutar badan ke kiri dan kanan membuat beberapa bagian tubuhnya gemeretak. Badannya terasa masih lelah, kemarin seharian disibukkan dengan menerima ucapan selamat ulang tahun dari teman-temannya baik langsung atau lewat gadgetnya. Beberapa kado masih tertumpuk di atas meja kamarnya dan sebuah undangan berwarna merah jingga dari tamu terakhirnya juga tergeletak di atasnya.

"Tok... tok... tok!" ketukan yang cukup keras terdengar saat tak berapa lama Yoyun mengunci pintu rumahnya. Sudah hampir tengah malam saat tamu terakhirnya datang. "Selamat ulang tahun. Semoga cepat memberikan cucu buat bapak dan simbokmu," kata mereka hampir serentak. Entah kenapa kata-kata itu kali ini terasa mengena. Apalagi yang mengatakan adalah bekas tetangga dekatnya yang dulu saat belum sekolah sering diejeknya ingusan sedang Yoyun udah SMP. Selain memberikan ucapan selamat, mereka memberikan kado dan menyampaikan undangan pernikahan.

"Kanya dan Don, Mbok!" jawab Yoyun ketika ibunya bertanya tentang undangan merah jingga tersebut. Ibunya seakan kaget dan tak percaya. Mungkin karena selama ini ibunya tak pernah dengar kabar tentang mereka lalu tiba-tiba sudah mau menikah. "Kowe mbek'e Dian yah opo?" tanya hubungannya dengan Dian. Yoyun tak bisa menjawab karena bersama gadis manis berambut panjang itu masih HTS, hubungan tanpa status. Selama ini pertemuan mereka sebatas kuliner, tak pernah ada pembicaraan serius. Seandainya melangkah serius apakah Dian mau diajak hidup di Tegal?

Selain undangan, Kanya dan Don juga memberikan kado sebuah buku dengan judul "Saatnya Memilih" dengan sub judul "Panduan Memilih Jodoh" yang ditulis Ypb Wiratmoko. Kembali Yoyun terpukul, sudah saatnya dia mengganti buku wasiatnya selama ini, "Menjadi Cowok Idaman para Bidadari". Selama ini dia hanya belajar menjadi seorang pemuda agar disukai wanita sehingga dia terbuai dalam lingkungan bidadari. Lupa bahwa umurnya terus bertambah dan belum memilih satu di antaranya untuk menjadi pendamping hidupnya.

"Mbok bingung karo kowe, saiki Dian, wingi Mia, Maria. Mbuh sopo maneh," tiba-tiba ibunya nyeletuk saat Yoyun sarapan. Ingin rasanya dia memuntahkan semua yang udah dimakannya. Tapi dia sadar, mungkin simboknya juga sudah muak dengan tingkahnya yang selalu ganti-gantu pacar, tapi tak mungkin terucap dari seorang ibu. "Mungkin perlu kowe pikirken Sumiyem, ben wus due anak namung isih ayu lan sugih!" Ibunya mengusulkan agar Yoyun mempertimbangkan Sumiyem, janda dengan dua anak yang masih cantik dan kaya. Yoyun garuk-garuk kepala, tapi dalam hati mengiyakan, terserah orang bilang apa yang penting hidup nyaman.

Dukuhsari, 14 Juni 2018
#penagraf_aw
#baladayoyun

BALADA YOYUN (90)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (90)
*Ketika Pesta Usai
Oleh Stella Christiani Ekaputri Widjaja

Pagi tadi Yoyun bangun dengan hati gembira. Dia bangkit dari tempat tidur dan beranjak membuka jendela kamar. Sinar matahari fajar bersinar lembut menyapa. Angin sepoi-sepoi berhembus mengelus kulitnya. Dipandanginya dengan penuh cinta bunga-bunga warna-warni yang sengaja ditata berderet rapi tepat di bawah kusen jendela. Tampak tetesan embun di atas helai-helai daun dan kelopak bunga yang merekah indah. Yoyun merasa Sang Pencipta sedang memberinya ucapan selamat ulang tahun.

Yoyun sengaja cuti dari pekerjaannya karena dia sudah mengundang semua teman-teman KPKDG untuk merayakan hari jadinya. Dia harus membersihkan rumah terutama ruang tamunya. Sambil bersiul-siul dia menyapu dan mengepel lantai. Tak lupa dia juga mengelap kusen-kusen jendela. Ternyata bukan hanya kebawelannya tapi kerapian dan ketelitiannya bahkan melebihi wanita.

Pada sore hari teman-teman mulai berdatangan. Mereka semua membawa kado berbagai ukuran. Setelah diawali doa ucapan syukur, Yoyun meniup lilin ulang tahun dan makan malampun dimulai. Hidangan lezat seakan tak ada habisnya, dari nasi goreng, cumi telur asin, sampai kue-kue dan pudding. Setelah ini tak ada satupun yang akan menyebutnya pelit. Bahkan pada saat mereka pulang sebagai tanda terima kasih Yoyun memberi mereka semua souvenir berupa telanan bergambar dirinya. Dengan cengiran puas Yoyun melangkah masuk sambil membayangkan betapa besok teman-temannya akan mengelu-elukannya sebagai orang yang murah hati. Ketika tiba di dapur Yoyun hampir pingsan melihat tumpukan piring dan gelas yang harus dicuci.

BALADA YOYUN (89)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (89)
*Pesan Mawar Buat Yoyun
Oleh Ypb Wiratmoko

Hari Ulang Tahun Yoyun telah berlalu. Kemeriahan dan kenangan dari para sahabat baik Yoyun yang datang pada saat pesta hari ulang tahunnya masih menyisakan perasaan sukacita. Mulai dari canda-tawa, salam hangat, pelukan mesra hingga bau parfum yang mereka pakai pun harumnya bagaikan masih menempel di dinding-dinding ruangan pesta di rumahnya.

Ucapan selamat ulang tahun pun juga datang lewat telepon, SMS, WA, dan FB. Dari sekian ucapan selamat ultah yang diterimanya ada sebuah kado berupa tulisan lewat FB. Dengan hati berbunga-bunga Yoyun membacanya. Awal dari tulisan itu berbunyi, "Selamat Hari Ulang Tahun sahabatku Yoyun yang ganteng dan kucintai". Tulisan berikutnya, "Ini kado terindah dariku sahabatmu yang jauh di seberang, hanya buatmu seorang, 'Serba 3'. Ada 3 hal yang tidak bisa kembali yaitu waktu, ucapan dan kesempatan. Jaga ketiganya jangan sampai menyesal. Ada 3 hal yang bisa menghancurkan hidup ini yaitu, amarah, kesombongan,dan dendam. Hindari selalu ketiga hal tersebut. Ada 3 hal yang tidak boleh hilang dan harus selalu dipelihara, yaitu harapan, keikhlasan, dan kejujuran. Ada 3 hal yang paling berharga dan mesti harus selalu kita pupuk, yaitu kasih sayang, cinta, dan kebaikan. Ada 3 hal dalam hidup ini yang tidak pernah pasti dan jangan terobsesi untuk melengkapinya yaitu mimpi, kekayaan, dan kejayaan. Ada 3 hal yang dapat membentuk watak dan harus kita upayakan sejauh mampu yaitu komitmen, ketulusan, dan kerja keras. Ada 3 hal yang dapat membuat hidup kita sukses dan harus diupayakan sungguh-sungguh yaitu tekat, kemauan dan perhatian. Ada 3 hal yang tak pernah kita tahu dan selalulah mohon kepada Tuhan yaitu rezeki, umur, dan jodoh. Ada 3 hal di dalam hidup ini yang pasti dan harus dipersiapkan sebaik-baiknya yaitu tua, sakit, dan mati. Sekali lagi kauucapkan Selamat Hari Ulang Tahun, Yoyun sahabatku yang ganteng dan baik hati. Tuhan Yesus memberkatimu".

Dengan rasa haru Yoyun membaca pesan sebagai kado ultahnya itu. Suatu pesan yang bagus yang harus diaminkannya. Ia bergegas, rupanya pesan itu sangat berguna dan ia pun berniat ingin membagikan pesan itu kepada sahabat-sahabat baiknya yang lain. Bagi Yoyun segala yang baik dan benar sangat mendesak untuk segera dibagikan. Yoyun mengelus dadanya yang bidang seraya menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan-lahan. Wangi melati ditiup semilir angin menerobos pintu jendela kamarnya. Yoyun bernafas lega.

(Rumah Sastra, Ngawi, 13 Juni 2018.Pukul 13.55: 40 WIB)

BALADA YOYUN (88)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (88)
*Undangan Ulang Tahun
Oleh Siu Hong-Irene Tan

Libur lebaran tiba. Teman-teman sudah sepakat untuk berkumpul di Jakarta. Kami yang selama ini cuma 'chit chat' lewat media sosial ingin juga ngobrol di dunia nyata. Kompak menulis serial 'Semburat Jingga' dengan penuh semangat menimbulkan kedekatan satu dengan yang lain sebagai sahabat. Tetiba Mas Agus menghubungi kami semua, acara temu sahabat yang sedianya akan diselenggarakan secara sederhana di rumah Ci Merry, kini dipindahkan ke Restoran ANGKE - Kelapa Gading. Aku menjadi agak heran dan memberanikan diri bertanya kepada Mas Agus. Ternyata ini adalah undangan dari Yoyun. Rencana pertemuan kami memang kebetulan bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Waaah 'surprise' sekali, maklum teman yang satu ini terkenal sangat ... sangat ... pelit. Awalnya sempat ragu, Mas Agus meyakinkan, dan menjelaskan bahwa semua sudah diatur dengan baik oleh Dian. Reservasi di resto atas nama Dian, menu juga sudah dipesan. Dia meminta kami untuk memakai 'dress code' warna merah, tidak perlu bawa kado juga kue ulang tahun.

Sore yang cerah itu kami bertemu dalam suasana yang penuh dengan canda dan keakraban. Kami semua tidak menyangka, Yoyun yang di medsos tampak culun, ternyata tidak seculun yang kami bayangkan, bisa menjadi tuan rumah undangan yang baik. Dian adalah pendamping yang serasi, cantik dan luwes. Dalam bincang-bincang akrab ini Ci Merry dan Suster Maria yang selalu berhasil mematahkan semua argumen Yoyun. Tampaknya penyakit bawel itu benar-benar sudah melekat sejak Yoyun lahir. Bicaranya seperti 'shinkansen', tanpa titik dan koma. Acara potong kue pun berlangsung meriah, Pak Budi dan Pakde Moko tampak mengabadikan momen-momen indah kebersamaan ini. Sambil berbincang santai, aku, dr.Waty, Florida, Mas Agusanna, Mas Weren, dan Camelia mengamati tingkah laku Yoyun dengan seksama. Hhmmmm .... Yoyun ternyata tidak phobia foto, malahan sangat hobby difoto. Di pojok sisi seberang tampak Mbak Agnes, Mbak Albertha, Mbak Dhewy, dan Mbak Rida tertawa lepas menyaksikan pose-pose Yoyun dan Dian. Sungguh pasangan yang mesra luar biasa. Sementara itu diam-diam Mas Agus, Jenny, dan Stella mengambil kado besar yang sudah kami siapkan. Walaupun sudah dipesan untuk tidak membawa kado, kami tetap ingin memberikan sesuatu yang spesial untuk Yoyun. Wajah Yoyun sangat bahagia menerima kado besar itu, rautnya sangat penasaran dengan isi kado. Aku tersenyum simpul membayangkan ekspresi Yoyun saat nanti membuka kado di rumah. Sepuluh bantal pink berbentuk hati itu akan diletakkan dimana yaaa? Waaaaaah ...., aku hampir tidak bisa menahan tawa.

Tidak terasa malam sudah semakin larut. Jam di tanganku menunjukkan angka 9. Yoyun berdehem dan mulai berbicara, menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas perhatian, kado besar juga pesta ulang tahun yang mengejutkan ini. Kami semua saling berpandangan tidak mengerti dengan maksud perkataan Yoyun : 'pesta ulang tahun yang mengejutkan ini', bukankah dia yang mengundang kami? Melihat kebingungan kami, Dian segera mengambil kendali pembicaraan. Ditepuknya tangan Yoyun dengan lembut. Sambil menggandeng Yoyun, Dian mengucapkan terima kasih kepada kami semua telah bersedia hadir dalam undangan ulang tahun Yoyun. Yoyun tampak terheran-heran dan memandang Dian dengan rasa tidak percaya. "Darimana kau dapatkan uang untuk acara pesta ini?" suara Yoyun terdengar pelan dan tertahan. Dian dengan santai tersenyum kepada Yoyun,"Uang 5 juta yang Mas Yoyun titipkan ke Dian itu. Sesekali kita yang traktir teman-teman, bukankah selama ini Mas Yoyun terus yang selalu ditraktir?" Yoyun-pun diam seribu bahasa kehilangan kata-kata, wajahnya tampak pucat pasi. Mas Agus yang cepat tanggap segera mengambil teh hangat untuk Yoyun, disuruhnya Yoyun duduk tenang dan minum teh terlebih dahulu. Yoyun masih tampak shock, dengan lemas dia bergumam,"Habislah hasil kerjaku selama momen lebaran!"

Bogor 13 Juni 2018

BALADA YOYUN (87)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (87)
•Jodoh
Oleh: Agusanna Ernest

"Nanti malam nggak usah ngluyur kemana-mana, adikmu mau datang sama suami dan anaknya, kita mau makan sama sama." Suara Ibu tegas, masih terkesan sifat galaknya meski umur mau tujuh puluh. Aku antara senang tidak senang mendengar ucapan ibu tadi. Senang, karena berarti ibu akan masak spesial. Tidak senangnya, karena pasti akan ada pertanyaan yang menyakitkan hati yang biasa diajukan adikku. Bahkan ponakanku yang mulai masuk ABG pun sudah berani ikut-ikutan. Kapan kawin? Huh, Siapa juga yang mau jadi jomblo pakai formalin begini. Kalau ngomongin pengen, ya sudah sejak lama aku pengen, tapi apa daya, tak ada perempuan yang betah jadi pacarku lebih dari dua bulan, entah oleh sebab apa.

Tapi suasana makan bersama kali ini berbeda. Kuamati wajah ibu, adik perempuanku, suaminya, ponakan centil yang biasa reseh itu, serius mengunyah, tanpa ada obrolan. Terus terang aku curiga. Tapi empal gentong empuk di piringku menyuruhku abai pada suasana yang ganjil ini. "Ibu mau ngomong serius." Suara alto ibu memecah keheningan. Telingaku langsung terpasang. Adikku, suaminya dan ponakanku pun menghentikan kegiatan mengunyahnya. "Yun, karena seminggu lagi umurmu 37 dan kamu belum berhasil cari istri sendiri, ibu sepakatan sama bu Dahlan mau jodohin kamu sama anaknya, si Maria Miguel. Kamu tahu kan yang mana anaknya?" Maria Miguel? Nggak salah denger ini? Maria Miguel kan super cantik dan sexy, mirip-mirip Rosalinda telenovela itu, aku membatin. Degup jantungku mendadak dapat didengar semua orang di seluruh ruangan. "Tapi Maria Miguelnya mau nggak?" Iparku yang pendiam tapi rajin mengunyah itu tiba tiba bersuara.

Seminggu berlalu. Besok tepat hari ulang tahun ku. Berhari-hari ini aku kepikiran sama omongan ibu soal Maria Miguel. Usiaku memang tidak muda lagi. Teman-teman sebayaku sudah punya anak satu-dua, bahkan ada yang empat. Bahwa pada akhirnya ada yang mau menikah denganku adalah berita baik yang aku tunggu selama ini. Tapi ada sesuatu yang harus aku sampaikan pada ibu. Aku tak ingin mengecewakannya. Kuhampiri ibu yang tengah nonton tv."Bu, mohon maaf, soal perjodohan yang ibu buat kemaren, aku.. (terbata), aku tidak bisa. Aku mau hidup membiara."

BALADA YOYUN (86)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (86)
*Ultah Yoyun
Oleh Florida Wartini

Hari ini tepatnya hari rabu, special hari yang di nanti oleh Yoyun. Dia tidak pernah lupa dengan tanggal ulang tahunnya. Dengan ceria, sebelum hari kelahirannya, selalu memberi khabar teman-temannya. Yoyun selalu mengundang teman-teman Yoyun untuk datang. Yoyun menganggap hari ulang tahun sangat berarti. Sampai malam sebelum hari ulang tahunnya, tidak bisa tidur.

Sebelum ulang tahun, Yoyun memesan kue ulang tahun. Tapi sayang, langganan kue kali ini tutup karena menjelang lebaran. Akhirnya karena terpaksa, Yoyun memesan ke toko kue lewat online. Bagi Yoyun tidak masalah, yang penting ada kue ulang tahun. Semua perlengkapan untuk perayaan ulang tahun sudah siap. Hari ini teman- teman Yoyun akan datang jam empat sore.

Tibalah saat yang di nanti. Semua hiasan sudah terpasang . Yoyun senang sekali. Ada yang membuat gelisah, kue ulang tahun belum datang juga. Waktu toko kue di tanya, penjaga menjawab untuk sabar. Pesanan sudah di antar. Kali ini teman- teman Yoyun sudah berdatangan. Tiba- tiba pesanan datang. Langsung kue tart di taruh di atas meja yang sudah disediakan. Betapa terkejutnya semua. Waktu acara potong kue, ternyata buka kardus kue tart. Yang ada kue tart untuk perempuan. Malu bukan main hati Yoyun. Konfirmasi ke toko kue, hanya di jawab singkat, "maaf pak, saya kira, Yoyun itu nama untuk wamita. Bapak tidak kasih tahu tadi". Terdiam..lemes sudah hati Yoyun. Hari ini...antara bahagia dan sendu.

BALADA YOYUN (85)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (85)
*Birthday Yoyun
Oleh Jenny Seputro

Pagi ini, Yoyun langsung melompat bangun begitu jam wekernya berbunyi pertama kali. Padahal biasanya dia masih terus berbaring sampai setengah jam kemudian. Hari ini adalah ulang tahunnya. Kalau orang dewasa kebanyakan galau dengan bertambahnya usia, Yoyun dengan jiwa mudanya tetap semangat menyambut hari istimewanya. Terbayang sambutan teman-teman kerjanya yang mengelu-elukan dirinya begitu menapakkan kaki di kantor. Belum lagi kue tart yang besar dan makanan yang enak-enak. Yoyun sudah terlihat super ganteng saat tiba di kantor dan ternyata... semuanya biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa. Sapaan selamat pagi dari para karyawan tidak beda dengan hari-hari yang lain. Tidak seorangpun, termasuk Ella sekretarisnya yang cantik, mengucapkan selamat. Bagaimana mungkin mereka semua tidak ada yang ingat? Padahal bukan hanya sekali dua kali Yoyun gembar-gembor tentang ulang tahunnya yang sudah dekat. Semangat empat lima Yoyun runtuh seketika. Bukan itu saja, bahkan Dian tidak meneleponnya sama sekali, dan ini sudah lewat waktu makan siang.

Terlalu galau dan tak bisa konsentrasi, Yoyun memutuskan meninggalkan kantor. Tapi dia tidak pulang. Dia menyendiri di sebuah cafe, melamun dan membiarkan kopi di hadapannya dingin. Dilihatnya sekelompok muda-mudi asyik tertawa dan bercanda, dan Yoyun merasa begitu kesepian. Belum pernah ulang tahunnya terasa segersang ini. Matanya mulai terasa sembab. Akhirnya Yoyun pulang ke rumah. Di situ Dian sudah menunggu, dengan sebuah kue muffin kecil yang diberi sebatang lilin kecil. Suasana rumah gelap, hanya ada sinar dari lilin kecil itu. "Selamat ulang tahun Mas Yoyun," katanya mesra, "kok lama sekali pulangnya." Yoyun sangat terharu, diletakkannya muffin di atas meja dan dipeluknya Dian erat-erat. Ternyata masih ada orang yang ingat, walaupun itu cuma Dian.

Dian bilang, tadi dia mengundang teman-teman Yoyun yang lain, juga orang-orang kantornya, tapi tidak ada yang mau datang. Jadi malam ini biar Dian saja yang menemani. Rasa sakit kembali menghantam dada Yoyun. Dipeluknya kembali Dian sambil berkata kalau yang Yoyun butuhkan hanya Dian. Dia tidak perlu teman-teman dan orang-orang kantor yang menyebalkan itu, toh dia tidak pernah menyukai mereka. Saat itulah lampu-lampu menyala, dan semua teman-teman dan orang-orang kantor bermunculan dari tempat persembunyian mereka. Ella membawa sebuah kue tart yang besar, dan masing-masing orang membawa sepiring makanan, minuman, atau pencuci mulut. Beramai-ramai mereka menyanyikan lagu Happy Birthday untuk Yoyun. Yoyun terpana, untung saja teman-temannya sangat menyayanginya, sehingga tidak ada yang sakit hati dengan apa yang dikatakannya tadi. Akhirnya Yoyun mendapatkan pesta ulang tahun yang paling berkesan.

Perth, 13 Juni 2018

BALADA YOYUN (84)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (84)
*Tambalan Gigi Yoyun
Oleh Waty Sumiati Halim

Pagi yang cerah. Yoyun sudah rapi. Ia berniat menghadiri misa pagi walaupun hari ini bukan Minggu. Dengan penuh semangat ia menyiapkan roti untuk sarapannya seperti biasa. Roti isi selai kacang bertabur mesyes. Hm harumnya... Air liurnya segera memenuhi rongga mulutnya. Tiba-tiba ia tersadar kalau mau menghadiri misa ia puasa. Cepat-cepat diletakkannya roti yang sudah siap santap itu. Lalu ia ke kamar mandi. Sikat gigi dulu!

Terburu-buru Yoyun menyikat giginya sampai secara tak sengaja kepala sikat menyenggol tambalan gigi depannya. Lidahnya merasakan ada benda kecil sebesar biji kacang hijau. Yoyun kaget. Ia segera berkumur dan lidahnya merasa ada bagian tajam pada gigi depannya. Yoyun lalu memeriksa bayangan giginya di kaca wastafel. Ya ampuuun... tambalan sementara gigiku! batin Yoyun. Ia baru ingat perwatan giginya memang belum selesai dan memang sudah lama sekali ia tidak kontrol gigi, sejak ia pingsan di acara baksos itu... Segera diraihnya gawainya. Dicobanya minta jadwal periksa ke dokter gigi Ayu.

"Mas Yoyun apa kabar?" Suara dokter gigi yang memang Ayu itu membesarkan hati Yoyun yang memang masih ketakutan periksa gigi. Yoyun menjawab dengan suara sangat perlahan sambil mencari posisi yang nyaman di kursi gigi. Ia berusaha membuka mulut sesedikit mungkin sejak tadi pagi, juga saat misa tadi. Yoyun sudah berniat akan bersikap baik dan tak ingin membuat kekacauan pada pemeriksaan gigi hari ini agar perawatan berjalan lancar. Ia memilih menutup mata sepanjang perawatan gigi untuk dua alasan. Pertama, ia masih takut, ke dua ia takut degup jantungnya makin kencang kalau melihat wajah dokter cantik itu di dekatnya. Ketika dokter Ayu memintanya membuka mata. Yoyun sebenarnya agak segan, tetapi ia tahu harus menurut instruksi dokternya. Maka saat Yoyun membuka matanya, ia melihat di cermin yang disodorkan kepadanya : bayangan giginya yang sudah tertambal rapi. Daaan oh, dokter Ayu dan perawat giginya tersenyum ramah serta memberinya salam... "Selamatulang tahun, Mas Yoyun! Hadiahnya tambalan gigi...!"

Bandung, 13062018

#baladayoyun

BALADA YOYUN (83)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (83)
*Kado Spesial
Oleh: Budi Hantara

Semilir angin pagi menebar harum wangi bunga. Kupu-kupu terbang menari ditingkah suara kicau burung nan merdu. Mentari tersenyum ramah menyapa cowok tampan berpenampilan perlente yang tampak sangat bahagia. Dia seorang pengusaha muda yang sukses. Usianya kini 37 tahun. Sahabat-sahabat dekatnya memanggilnya Yoyun. Dia tampan, baik hati dan dermawan. Banyak gadis cantik berlomba-lomba untuk mendapatkan cintanya. Namun Yoyun masih berlagak jual mahal.

Hari ini suasana rumah Yoyun tampak istimewa. Ruang tamu yang luas disulap menjadi ruang pesta. Yoyun mendatangkan seorang design interior ternama untuk menciptakan nuansa spesial di hari bahagianya. Yoyun ingin berbagi kebahagiaan dengan saudara-saudara di sekitarnya dan sahabat. Sebenarnya dia ingin menggelar pesta meriah, tapi karena masih bulan puasa Yoyun membatasi diri. Dia sangat toleran pada saudaranya yang menjalankan ibadah puasa. Maka diputuskan untuk mengadakan pesta ulang tahunnya pada sore hari sekaligus buka bersama. Bingkisan sudah disiapkan untuk para undangan. Seluruh karyawan dan tetangga sekitar hadir memenuhi rumah Yoyun.

Sekitar jam lima sore acara dimulai. Yoyun memasuki ruang pesta diiringi alunan musik yang indah. Gadis-gadis cantik berteriak histeris melihat ketampanan Yoyun. Dia menebar senyum menawan kepada semua hadirin dan memberikan sambutan singkat. Usai memberikan sambutan Yoyun langsung membagi-bagikan bingkisan supaya saat berbuka puasa tiba mereka bisa menikmati pesta bersama. Yoyun terkejut ketika suasana mendadak riuh. Sekelompok badut memasuki ruang pesta sambil berjoget dan bernyanyi "Selamat Ulang Tahun." Yoyun digotong dan dielu-elukan oleh para badut. Wajah Yoyun memerah mengekspresikan gejolak rasa yang tak bisa dilukiskan. Satu demi satu badut itu memeluk Yoyun dan memberikan kado spesial. Badut pertama menghadiahkan dua buah novel yang membuat Yoyun ternganga karena surprise. Badut berikutnya menghadiahkan bantal pink berbentuk hati dan talenan bergambar tokoh Balada Yoyun. Yoyun tertawa bahagia ketika pasukan badut itu serentak mengucapkan "HBD Yoyun. We love You." Para badut membuka topengnya dan Yoyun sangat bahagia. Mereka sahabat Yoyun dari Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias.

Wonosari, 13 Juni 2018.
Edisi spesial Ulang Tahun Sahabatku "Yoyun" Yosep Yuniarto

#baladayoyun

BALADA YOYUN (82)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (82)
*Kelahiran Yoyun
Oleh Agust Wahyu

Hujan turun dengan derasnya membuat halaman depan rumah pasangan keluarga muda itu dipenuhi air hingga selutut. Harusnya bulan Juni tak lagi banyak hujan tapi siklus perubahan musim sudah tak menentu. Di dalam rumah, sedang terjadi persalinan seorang ibu yang dibantu oleh seorang bidan desa. Untungnya proses kelahiran bayi mungil itu berjalan dengan lancar. Dapat dibayangkan apa yang terjadi bila harus dilakukan rujukan ke rumah sakit dalam keadaan hujan deras, jalan sempit berbatu yang tak dapat dilalui kendaraan roda empat dan tergenang air, serta jarak yang puluhan kilometer sampai rumah sakit terdekat. Setelah mendengar tangis bayi, sang bapak langsung sujud syukur, "Puji Tuhan... Tuhan Maha Besar!"

Kejadian di sebuah desa di Tegal itu terjadi sudah 37 tahun lalu. Walau diterima dengan rasa syukur, tapi ada sedikit rasa kecewa yang terpancar dari pasangan suami istri itu. Melihat penampilan sang ibu saat hamil yang makin cantik, tetangga menduga anak yang lahir seorang perempuan. Penantian panjang untuk mendapatkan anak perempuan diharapkan berakhir. Kelahiran anak perempuan disambut dengan antusias. Persiapan telah dilakukan, dimulai dari tempat tidur, pakaian, pernak-pernik, dan bantal berwarna pink. Juga telah disiapkan nama yang cantik, Yosephina Yuniarta yang artinya harta yang didapat di bulan Juni. Karena yang lahir anak laki-laki maka diubah menjadi Yosep Yuniarto dengan panggilan Yoyun.

Dalam keluarga yang penuh kasih, Yoyun tumbuh menjadi pemuda dewasa. Wajah tampannya perpaduan serasi bapak dan ibunya. Kepintaran darn hobinya berolah raga dari bspaknya. Dan Yoyun punya kelebihan yang beda dari kebanyakan cowok, dia agaknya ditakdirkan jadi cowok yang ceriwis dan bawel. Cita-citanya sangat mulia, membahagiakan orang tua sebagai bukti baktinya pada orang tua. Hari ini ulang tahunnya, setelah bapak dan ibu mengucapkan selamat ulang tahun, Yoyun berujar, "Maafkan Yoyun belum dapat memberikan cucu karena Yoyun belum dapat isteri seperti ibu." Kedua orang tuanya terpana tak tahu harus berkata apa.

Dukuhsari, 13 Juni 2018
#pentigraf_aw
#baladayoyun

BALADA YOYUN (81)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (81)
*Traktiran Yoyun
Oleh Camelia Septiyati Koto

Hari ini adalah ulang tahun Yoyun, jadi kami ingin memberikan kejutan pada Yoyun. Karna di antara kami berlima Yoyun yang paling hapal ulang tahun kami masing-masing. Dan Yoyun tak pernah lupa mengucapkan dan memberi doa pada kami, sebagai imbalannya Yoyun akan meminta kami yang berulang tahun untuk mentraktirnya. Baik makan sekenyang-kenyangnya di tempat dan membawa bekal pulang dengan alasan stok makanan di kulkas sudah habis dan belum sempat membeli. Sebetulnya bukan maslah mentaraktirnya tapi cara Yoyun melakukannya pada kami, tak pernah ia menanyakan dulu apa kami punya uang atau bawa uang. Dan hari ini kami berencana ingin memberikan kejutan yang tak akan terlupakan pada Yoyun, sebagai balasan kepedulian Yoyun yang selalu mengucapkan ulang tahun pada kami.

Sebetulnya Yoyun tak pernah memberi tahu kami kapan ia berulang tahun, mungkin karna tak mau kami memintanya mentarktir. Dan tanpa sepengetahuan Yoyun kami berusaha mencari informasinya. Rencana sudah kami atur secara rapih untuk esok hari dan aku sudah meminta bantuan mbak Maria Miquel untuk mencari restoran yang bagus untuk acara tersebut. Waktu dan tempat sudah ada lalu aku menghubungi Yoyun apakah ia besok ada acara atau tidak. Ku ceritakan padanya kalau besok aku dan teman-teman yang lain ingin berkumpul dan makan bersama. Sepertinya Yoyun tertarik dan mengatakan padaku kalau besok jadwalnya kosong dan siap sedia untuk kumpul bersama kami. Akhirnya pembalasanku dan teman-teman akan terwujud.

Ku hubungi mbak Maria Miguel apa ia sudah menghubungi yang lainnya dan ia katakan sudah. Ku hubungi kembali Yoyun kalau kami akan menunggunya di Restoran Moro Tresno di Jalan Raya Slawi karna di sana tempatnya nyaman dan masakan tidak mengecewakan. Setelah kami semua berkumpul kupesan makanan pada pramu sajinya berupa ikan bakar, cumi goreng, udang saus padang, sapi lada hitam, cap cay special, tempe mendoan dan tak lupa bakmi goreng. Tak lupa juga ku bilang pada pramu sajinya untuk membukus masing-masing satu porsi untuk kami bawa pulang. Mendengar hal itu Yoyun pun ikutan memesan untuk dibungkus. Kami makan bersama sambil tertawa dan tak ada satu pun di antara kami yang menyinggung ulang tahun Yoyun. Setelah kami kenyang, ku beri kode mbak Maria Miguel untuk pulang duluan bersama ibu Merry Srifatmadewi dan mas Weren Taseseb. Setelah mbak Maria dan teman-teman berpamitan Yoyun menayakan pesanannya padaku, ku katakan sebentar ya aku tanyakan dulu ke kasir. Mungkin Yoyun berpikir kalau aku akan membayarnya. Setelah dikasir kuambil pesananku, kukatakan pada petugas restorannya kalau untuk tagihan di antar saja pada Yoyun yang sedang menunggu bill tagihannya.

Kampung Sawah, 12 Juni 2018

#baladayoyun

BALADA YOYUN (80)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (80)
*Hari Ulang Tahun
Oleh: merry srifatmadewi

Tanggal 13 Juni 2018 umur Yoyun tepat 37 tahun. Hari bersejarah buat hidup Yoyun dikelilingi banyak teman-teman yang sangat menyayangi Yoyun. Undangan telah disebar melalui SMS ke mantan pacar terutama yang berasal dari daerah sekitar Surabaya seperti Margorejo, Darmo, Kenjeran, Manyar, Sawahan, Bronggalan, Klampis, Siwalankerto, juga daerah Lamongan dan Bogor. Tak ketinggalan Yoyun mengundang Jenny untuk spesial datang dari Perth menghadiri ulangtahun Yoyun. Erna, Flora, Steffy, Irma, Inem, Imey, Tantri, Erni, Puspa, Keisha, Friska dan tidak ketinggalan Banci mantan pacar Yoyun semua diundang.

Rumah telah didekorasi dengan balon warna-warni, ada tulisan Happy Birthday di tembok. Sederhana tapi berkesan di hati Yoyun. Jas hitam, kemeja putih, berdasi kupu-kupu merah menambah kegantengan. Jam yang ditentukan telah tiba tapi mengapa belum ada satupun yang hadir. Yoyun juga sudah mengundang rekan-rekan penulis dan pembaca setia pentigraf serial Semburat Merah Jingga dan pentigraf lepas Balada Yoyun. Terbayang keakraban dan kehebohan yang akan terjadi pada pesta spesial ulangtahun Yoyun hari ini. Keringat mengucur membasahi, tak dapat disangkali kecemasan menyergap Yoyun yang sangat percaya diri. Satu jam telah berlalu, pupus harapan. Digantinya dengan kaos kutang dan celana boxer sambil mengipas-ngipas pakai kipas sate di atas kursi goyang. Sempat terpikir apa karena para undangan diberi syarat bawa makanan masing-masing sehingga tidak ada yang mau datang atau marah karena hubungan tidak berlanjut lagi? Yoyun tertidur sejenak sambil mendengar lagu "I sail over seven seas."

Tiba-tiba serombongan penulis yang dikomandoi Agust Wahyu masuk menyerbu rumah Yoyun sambil menyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun" dan masing-masing membawa makanan khas daerah asal rekan-rekan penulis. Yoyun meneteskan air mata haru atas kehadiran teman penulis seperti oase di padang gurun. Canda ria dan senda gurau menggema. Jepretan foto tiada henti. Satu jam kemudian semua serentak permisi pulang. Padahal Yoyun masih mau ngobrol-ngobrol biar lebih akrab. Keesokan harinya tayangan Balada Yoyun dengan foto pertama kalinya dengan kaos kutang dan celana boxer bergambar Hello Kitty.

Jakarta, 11 Juni 2018.
#pentigrafSF
#baladayoyun

BALADA YOYUN (79)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (79)
*Kado Buat Lelaki Bawel
Oleh: Maria Miguel

Alarm di gawaiku berbunyi, mengingatkan kalau hari ini ulang tahun teman bawelku Yoyun. Hari masih pagi, sengaja hari itu aku mengambil cuti satu hari untuk memberikan surprise buat temanku yang unyu - unyu itu.
Satu jam aku berada di galeri khusus yang menjual aksesoris laki - laki, tadinya aku ingin memberikan sebuah kado hair wax ( pengeras rambut ) biar Yoyun nampak stylist, tapi akhirnya kuurungkan karena kupikir tidak sesuai dengan dirinya yang innocent.

Setelah berkeliling lebih dari dua jam akhirnya aku berhenti di sebuah toko buku yang besar, setelah kutemukan dan kubeli buku yang kucari, akhirnya aku pulang. Kubungkus rapi kado yang sudah aku beli di salah satu galeri, sambil tersenyum aku menuliskan kata - kata di kartu ucapan ulang tahun, Happy Birthday mas Yoyun, semoga kado ini bisa membuat mas Yoyun menjadi lelaki yang bisa di gregetin oleh para wanita. Tidak lupa aku tuliskan namaku disitu. Dari teman bawelmu Maria Miguel.

Malamnya aku sengaja datang ke pesta yang sudah direncanakan, setelah menyalami beberapa teman dari grup KPKDG, ada Pak Agust Wahyu, Ibu Merry, mbak Stella, mbak Florida, mbak Jenny yang datang jauh - jauh dari Sydney, Mbak Camelia, dan lain lain, aku langsung menghampiri Yoyun dan kuberikan kadoku dan senyum termanisku untuknya.

#baladayoyun

BALADA YOYUN (78)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (78)
*Hikayat Bantal Pink
Oleh Jenny Seputro

Sebulan sekali, Dian membantu Yoyun membereskan rumahnya yang penuh rongsokan, sementara Yoyun asyik ongkang-ongkang kaki sambil memainkan gawainya. Melihat bantal pink bentuk hati yang tampak usang di sudut ranjang Yoyun, Dian ingin membuangnya. "JANGAN!" teriak Yoyun sambil merebut bantal itu. Dian geleng-geleng kepala dan keluar dari kamar. Duduk di pinggir ranjang sambil memeluk bantal pink erat-erat, pikiran Yoyun melayang kembali dua belas tahun yang lalu. Bermula dari liburan di Singapura, Yoyun menginap di sebuah hotel berbintang. Saat itu masih pakai uang orang tua, jadi Yoyun belum pelit. Yoyun berkenalan dengan seorang gadis Malaysia bernama Anita.

Mereka sedang berjalan meninggalkan lobby. Saking kesengsem memandangi Anita, Yoyun tidak melihat pintu kaca bening di hadapannya. DUOK!! Yoyun menabraknya dengan telak. Semua orang menoleh ke arahnya. Secara refleks Yoyun mengulurkan tangan ke dahi Anita dan mengusapnya, sambil dengan keras bertanya, "Are you okay?" Merah padam muka Anita. Tapi justru kemarahannya itulah yang menjadi cikal bakal persahabatan mereka. Selama lima hari mereka terus bersama, menumbuhkan benih-benih cinta yang tak mungkin berlanjut. Yoyun senyum-senyum mengingat malam terakhir mereka bersama. Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang terjadi di balik rimbunnya pepohonan di taman hotel. Yang pasti itu adalah dua menit paling indah dalam hidup Yoyun, memori yang akan dibawanya hingga akhir hayatnya.

Keesokan harinya, Yoyun tidak lagi menemukan Anita. Resepsionis bilang kalau Anita sudah check out, dan menitipkan sebuah bantal pink bentuk hati, terbungkus kertas kaca yang cantik untuknya. Dalam suratnya, Anita mengatakan tidak sanggup untuk berpisah dengan Yoyun. Karena itu dia langsung pergi, dan meninggalkan hatinya untuk Yoyun. Dengan mata berkaca-kaca, Yoyun memeluk bantal itu erat-erat. Tak peduli berapa banyak gadis lain yang mengisi hidupnya, dan tak peduli betapa usangnya bantal pink ini, untuk selamanya Yoyun akan menyimpan hati Anita yang telah dititipkan kepadanya.

BALADA YOYUN (77)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (77)
*Yoyun Kena Gendam
Oleh Merry Srifatmadewi

Dari kampung pinggiran kota Tegal, Yoyun datang ke ibukota hendak mengunjungi temannya di Kampung Sawah. Dengan menjinjing sebuah tas berisi pakaian dan sedikit oleh-oleh khas Tegal. Tiba di terminal Pulogadung Yoyun mencari angkutan umum menuju Kampung Sawah. Saking bingungnya harus naik kendaraan yang mana, tindakan celengak-celenguk planga-plongonya diamat-amati seseorang.

Dengan ramah orang tersebut menghampiri Yoyun. "Mas, mau kemana?" Yoyun dengan lugu tanpa tendensi apa-apa menceritakan bahwa dia mau bertemu Agust Wahyu dengan menunjukkan sebuah kertas yang telah ditulisnya berisi nama dan alamat. Beruntung bertemu orang baik yang akan mengantarkan Yoyun hingga ke rumah Pak Agust, pikir Yoyun dalam hati. Orang tersebut membantu membawakan tas walau sudah dibilang tidak usah. Yoyun mengikuti langkah demi langkah orang itu. Menelusuri gang demi gang di ibukota. Sempat Yoyun bertanya apakah benar orang itu tahu jalannya, orang itu mengangguk yakin. "Mas, jam berapa sekarang?" tanyanya sambil menunjuk ke arah jam Yoyun. Diberitahukan Yoyun sekarang jam berapa.

Yoyun terus berjalan hingga akhirnya Yoyun tiba di sebuah perkampungan. Orang-orang melihatnya risih. Yoyun tidak peduli. Tetap berjalan sambil planga-plongo celengak-celenguk mencari alamat. "Mas, ini baju buat tutupi," kata seorang ibu muda menyodorkan pakaian. Yoyun tampak linglung. Terbukalah matanya. Yoyun telanjang bulat menyusuri jalan. Dengan malu, cepat-cepat memakai pakaian yang diberikan ibu muda tersebut. Baru tersadarlah dari hipnotis ketika Yoyun diajak bicara oleh ibu muda tersebut. Yoyun dihipnotis ketika menuruti perkataan orang untuk melihat jam. Tetangga ibu muda lainnya ada yang memberikan minum. Setelah benar-benar sadar siuman dari hipnotis, Yoyun bercerita bahwa tasnya diambil orang. Yang Yoyun ingat, orang itu bertanya Yoyun sudah jam berapa. Dan tanpa disadari setelah melihat jam, Yoyun menyerahkan jam tangan, dompet, gawai, kalung berinitial E dan tasnya serta melucuti semua pakaiannya. "Mengapa ibu mau menolong aku?" tanya Yoyun. "Aku melihat kulit kamu bersih terawat, ganteng, tubuh atletis, rambut rapi, tidak seperti orang gila," jawab ibu muda diiringi anggukkan tetangga lainnya. Dengan sedikit bekal uang dari ibu muda dan tetangganya, Yoyun memilih pulang kampung dan tidak meneruskan perjalanan menemui temannya. Rencana mau membuat kejutan tak terduga untuk Agust Wahyu jadi berantakan oleh kejamnya ibukota.

Jakarta, 9 Juni 2018.
#pentigrafSF
#baladayoyun

BALADA YOYUN (76)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (76)
*Yoyun Kena Gendam
Oleh: merry srifatmadewi

Dari kampung pinggiran kota Tegal, Yoyun datang ke ibukota hendak mengunjungi temannya di Kampung Sawah. Dengan menjinjing sebuah tas berisi pakaian dan sedikit oleh-oleh khas Tegal. Tiba di terminal Pulogadung Yoyun mencari angkutan umum menuju Kampung Sawah. Saking bingungnya harus naik kendaraan yang mana, tindakan celengak-celenguk planga-plongonya diamat-amati seseorang.

Dengan ramah orang tersebut menghampiri Yoyun. "Mas, mau kemana?" Yoyun dengan lugu tanpa tendensi apa-apa menceritakan bahwa dia mau bertemu Agust Wahyu dengan menunjukkan sebuah kertas yang telah ditulisnya berisi nama dan alamat. Beruntung bertemu orang baik yang akan mengantarkan Yoyun hingga ke rumah Pak Agust, pikir Yoyun dalam hati. Orang tersebut membantu membawakan tas walau sudah dibilang tidak usah. Yoyun mengikuti langkah demi langkah orang itu. Menelusuri gang demi gang di ibukota. Sempat Yoyun bertanya apakah benar orang itu tahu jalannya, orang itu mengangguk yakin. "Mas, jam berapa sekarang?" tanyanya sambil menunjuk ke arah jam Yoyun. Diberitahukan Yoyun sekarang jam berapa.

Yoyun terus berjalan hingga akhirnya Yoyun tiba di sebuah perkampungan. Orang-orang melihatnya risih. Yoyun tidak peduli. Tetap berjalan sambil planga-plongo celengak-celenguk mencari alamat. "Mas, ini baju buat tutupi," kata seorang ibu muda menyodorkan pakaian. Yoyun tampak linglung. Terbukalah matanya. Yoyun telanjang bulat menyusuri jalan. Dengan malu, cepat-cepat memakai pakaian yang diberikan ibu muda tersebut. Baru tersadarlah dari hipnotis ketika Yoyun diajak bicara oleh ibu muda tersebut. Yoyun dihipnotis ketika menuruti perkataan orang untuk melihat jam. Tetangga ibu muda lainnya ada yang memberikan minum. Setelah benar-benar sadar siuman dari hipnotis, Yoyun bercerita bahwa tasnya diambil orang. Yang Yoyun ingat, orang itu bertanya Yoyun sudah jam berapa. Dan tanpa disadari setelah melihat jam, Yoyun menyerahkan jam tangan, dompet, gawai, kalung berinitial E dan tasnya serta melucuti semua pakaiannya. "Mengapa ibu mau menolong aku?" tanya Yoyun. "Aku melihat kulit kamu bersih terawat, ganteng, tubuh atletis, rambut rapi, tidak seperti orang gila," jawab ibu muda diiringi anggukkan tetangga lainnya. Dengan sedikit bekal uang dari ibu muda dan tetangganya, Yoyun memilih pulang kampung dan tidak meneruskan perjalanan menemui temannya. Rencana mau membuat kejutan tak terduga untuk Agust Wahyu jadi berantakan oleh kejamnya ibukota.

Jakarta, 9 Juni 2018.
#pentigrafSF
#baladayoyun

BALADA YOYUN (75)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (75)
*Playgroup
Oleh Jenny Seputro

Pada hari Sabtu, Dian ingin kumpul-kumpul dengan kelompok teman wanitanya untuk 'girls outing'. Masalahnya ada beberapa temannya yang sudah punya anak dan harus mengantar anak-anak itu ke playgroup. Untuk itu Dian minta tolong Yoyun untuk menemani anak-anak mereka selama di playgroup. Sebenarnya Yoyun segan, tapi dia takut menolak keinginan Dian, juga karena teman-teman Dian cantik-cantik, Yoyun ingin tampil sebagai pahlawan. Apalagi si kecil Haris bilang kalau di playgroup disediakan makanan gratis. Akhirnya Yoyun membawa empat orang anak ke playgroup sementara ibu-ibu mereka berjalan-jalan. Di playgroup, Yoyun mengkonfirmasi pada mbak Mari yang jaga di kantor, kalau memang disediakan makanan gratis. Mbak Mari membenarkan, sudah termasuk dalam iuran bulanannya, katanya.

Yoyun pergi ke halaman belakang tempat para pengantar menunggu. Tidak banyak orang di situ, tapi ada satu grup ibu-ibu muda yang duduk di tikar sambil makan-makan seperti piknik. Mereka asyik mengobrol dan tertawa. Pikir Yoyun, betapa egoisnya mereka mengambil semua makanan itu untuk mereka sendiri, padahal para pengantar yang lain tidak kebagian. Dengan penuh percaya diri, Yoyun bergabung dengan mereka. Sedikit basa-basi lalu langsung melahap makanan yang ada. Ibu-ibu itu terdiam, tidak lagi mengobrol dan bercanda. Mereka hanya menatap Yoyun dengan bingung. Yoyun tidak peduli, toh ini jatah bersama. Setelah habis makanannya, Yoyun kembali ke tempat mbak Mari untuk melaporkan, kalau sekelompok ibu-ibu memonopoli makanan yang disediakan.

Dengan kaget mbak Mari menjelaskan, kalau makanan gratis itu disediakan untuk anak-anak, dan bukan untuk pengantar. Ibu-ibu tadi membawa sendiri makanan mereka. Yoyun malu bukan kepalang. Apalagi minggu depannya Dian lagi-lagi meminta Yoyun menemani anak-anak temannya. Yoyun sedang berpikir keras bagaimana menolaknya ketika Grace, salah satu anak itu berseru, "Nggak mau diantar om Yoyun lagi. Teman-teman semua bilang yang ngantar Grace rakus, ngabisin makanan maminya mereka." Ketiga anak yang lain menimbrung, berlomba-lomba menceritakan kejadian itu. Yoyun tidak tahu apa yang membuatnya nyaris pingsan, apakah tatapan buas Dian, ataukah tatapan OMG teman-temannya yang cantik.

Perth, 8 Juni 2018

#baladayoyun

Jumat, 08 Juni 2018

BALADA YOYUN (74)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (74)
*Kena Deh!
Oleh Merry Srifatmadewi

Belum lama restoku dibuka, masuklah bapak dan anak melihat-lihat makanan prasmanan yang kujual. Mereka tidak menyadari kehadiranku yang baru keluar dari belakang tembok dapur. Satu-persatu makananku dibahas mereka dan mencatat semua nama menu masakanku. Lalu mereka mengajak kasirku ngobrol-ngobrol. "Mbak, siapa namanya? Kenalkan nama aku Yoyun, cowok paling ganteng," kata lelaki tersebut memperkenalkan diri sambil tertawa untuk mengakrabkan diri.

Aku masuk lagi ke belakang tembok, mengintip dari pinggir celah tempat keluar masuk makanan. Darahku mulai mendidih. Karyawanku satu-persatu dibujuk untuk bekerja pada mereka. Pembeli makanan diacuhkan karyawanku yang sibuk diajak bicara. Tidak bisa dibiarkan, darahku makin menggelegak. Aku keluar dan mengusir bapak dan anak tersebut. "Kalian terlalu, tidak tahu malu ya.... bapak dan anak sama saja! Aku tahu kalian yang punya resto di depan itu! Tidak jantan, sungguh memalukan!" kukata-katai mereka sambil menunjuk-nunjuk. Aku tidak peduli semua pembeli melihati kami. Sudah keterlaluan sekali saingan bisnis pakai cara kotor, hatiku sangat geram dongkol.

"Kami mau beli makanan di sini. Memang tidak boleh kami beli di sini? Memang tidak boleh lihat-lihat makanannya?" Yoyun ngeyel membela bapaknya. "Pokoknya kalian jangan pernah masuk lagi ke restoku!" kataku tambah marah. Kuminta karyawanku mengusir mereka menjauhi restoku. Resto bapaknya dan Yoyun sebenarnya buka lebih dulu tetapi sepi. Sirik lihat bisnis restoku sangat maju. Kemarin kokiku beritahu bahwa dia mau ditarik kerja oleh mereka tetapi menolak karena hingga saat ini semua fasilitasnya aku penuhi.

Jakarta, 6 Juni 2018.
#pentigrafSF
#baladayoyun

BALADA YOYUN (73)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (73)
*Reuni
Oleh Jenny Seputro

Sewaktu kecil, Yoyun punya sahabat karib bernama Wawan. Mereka bersahabat di masa-masa sulit, saat masih tinggal di kampung dan orang tua mereka sama-sama bekerja sebagai buruh tani. Di tengah kerasnya kehidupan, mereka saling berbagi, mendukung dan menguatkan. Namun sejak keluarga mereka pindah ke kota yang berbeda, Yoyun dan Wawan kehilangan kontak. Hingga minggu lalu di sebuah restoran cepat saji, pertemuan mengharukan itu terjadi. Wawan bilang teman-teman mereka di kampung dulu akan mengadakan reuni, mereka semua sudah jadi orang-orang sukses. Wawan senang sekali bisa menemukan Yoyun.

Yoyun tiba di tempat reuni, sebuah restoran berkelas di pusat Jakarta. Dia kelihatan tampan dengan kemeja bergaris dan dasi warna senada. Di sampingnya, Helen yang cantik dan anggun menggandeng tangannya. Yoyun ingin sekali mengobrol dengan Wawan, tapi rekan-rekan yang lain tak memberinya kesempatan. Mereka mengerumuni Yoyun, sang direktur muda dan tunangannya yang jelita, bagai semut mengerumuni gula. Yoyun menikmati sekali tatapan kagum teman-temannya, pujian yang tak henti terlontar, dan bagaimana semua orang ingin menjadi sahabatnya. Sayangnya Yoyun tidak menyadari kalau Wawan diam-diam pergi meninggalkan tempat itu.

Dalam mobil sepulang reuni, perasaan Yoyun tak karuan. Dia baru tahu kalau Wawan sama sekali tidak sukses. Dia hanya seorang montir yang baru saja bercerai dari istrinya. Dia minder melihat kesuksesan Yoyun. Yoyun menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Diambilnya beberapa lembar uang seratus ribuan dan diberikannya pada Helen. Helen berterima kasih, lalu keluar dari mobil. Lumayan, pikirnya, hanya perlu pura-pura jadi tunangannya, bahkan tidak perlu memberi servis. Yoyun memacu mobil ke rumah Pak Pur, bosnya, untuk mengembalikan mobil. Lalu ia mengendarai motor bututnya pulang ke rumah. Tidak ada yang tahu kalau dia cuma seorang office boy jomblo yang miskin. Tapi seandainya Wawan tahu, mungkin dia masih mau bersahabat dengan Yoyun. Sekarang nomor telepon Wawanpun Yoyun tidak punya. Ia telah menukar sahabatnya dengan gengsi semalam.

Perth, 7 Juni 2018
#baladayoyun

BALADA YOYUN (72)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (72)
*Cowok Magang
Oleh Yosep Yuniarto

Aku adalah seorang gadis yang kuliah di jurusan ekonomi manajemen. Saat memasuki masa praktek, aku memutuskan untuk magang di sebuah gerai Fried Chicken. Kebetulan yang empunya adalah tuako Merry, kakak perempuan tertua papaku. Sore itu tempatku kedatangan seorang cowok yang lumayan ganteng. Aku langsung menyapa, "Silahkan mas, mau pesan paket apa?" Yang langsung dijawab oleh cowok itu: Tiga bungkus nasi, satu potong dada, minumnya es Milo. Aku sempat kaget, bingung, heran bercampur geli. Ini cowok makan nasinya banyak juga, tapi kok lauknya irit banget ya.. Orang lain pada umum nya kan nasi sebungkus ya ayamnya satu potong juga, malah kadang dua potong atau nambah kentang.

Minggu berikutnya saat cowok itu datang lagi dan belum sempat berbicara, aku langsung menyeletuk, "Tiga bungkus nasi, satu potong paha dan es milo ya?" Cowok itu nampak sedikit terkejut, namun sesaat kemudian dia langsung mengacungkan jempolnya sambil tersenyum simpul. Saat itulah ada dua remaja putri yang menyapa dia, "Eh koh Yoyun ternyata suka makan di sini juga ya?" Minggu berikutnya cowok itu kembali datang dan langsung memberikan uang Rp 21.000 sambil berkata pesanan seperti biasa. Aku menggangguk sembari tersenyum. Ah kehadiran cowok itu lumayan memberi warna saat aku magang di tempat ini. Namun sudah hampir sebulan ini, cowok itu tak pernah kelihatan lagi. Aku merasa kehilangan dan seperti ada 'yang kurang'. Ya sepertinya cowok yang bernama Yoyun itu sudag mulai mencuri perhatianku dan mungkin juga sedikit hatiku.

Saat sudah nyaris berhenti berharap, tiba-tiba sore itu aku mendapat suatu kejutan. Yoyun datang dan kali ini rombongan bersama dengan teman-temannya sejumlah sekitar sepuluh orang. Dengan pede Yoyun berkata kepadaku: Pesanannya serti biasa ya! Aku tersenyum geli bercampur senang. Yakin banget tuh cowok jika aku pasti masih pesanan spesial dia. Setelah acara selesai, tiba-tiba Yoyun mendatangiku sembari bertanya,"Maaf apakah ada kantong plastik yang lumayan besar?" Aku menangguk sembari balik bertanya, "Emangnya mau buat apa koh?" Sambil meringis Yoyun menjawab, "Untuk membungkus tulang-tulang dan sisa makanan. Sayang bisa untuk pus aku di rumah yang barusan melahirkan dan nyusuin anaknya."

#baladayoyun

BALADA YOYUN (71)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (71)
*Shinkansen
Oleh: merry srifatmadewj

Baru dua hari ini Minah bekerja di rumah Yoyun. Gadis lugu berumur 15 tahun mencari nafkah untuk membantu keuangan orangtuanya. Bapaknya Minah ketika meninggal tidak punya uang sehingga ibunya Minah terpaksa meminjam uang ke Yoyun dengan syarat, Minah harus bekerja padanya tanpa dibayar hingga hutang lunas. Sebelum meninggal, bapaknya Minah pernah bekerja pada Yoyun. Dengan berat hati Minah bekerja di sana sebagai pelunas hutang. Berada jauh dengan ibu, adik, nenek di kampung. Rasa rindu membuat Minah menangis dan tidak kerasan.

Hari pertama bekerja, Yoyun lebih banyak senyum. Tidak memberi banyak perintah. Selama ini Yoyun menyadari tidak ada satu pembantu rumah tangga yang bertahan lama bekerja di rumahnya. Yoyun ingin merubah sifat dan pandangan orang lain terhadapnya. Sayang seribu kali sayang, sifat yang sudah menjadi karakter yang sudah sukar diubah. Hari kedua Minah diketuk pintu kamarnya. Yoyun memberikan kertas berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan beserta jam kerjanya. Minah kebingungan dan mulai menangis. Yoyun menepuk-nepuk pundak Minah untuk menenangkannya. Dasar Minah ditepuk pundaknya bukannya jadi tenang malah tambah keras menangisnya. Segera Yoyun menelepon ibunya Minah. Ibu Minah berbicara pada Minah ternyata Minah bingung tidak tahu keberadaan pasar dan belum pernah memasak.

"Kalau tidak mengerti tanya saja pada Mas Yoyun. Jangan takut. Nanti Yoyun temani kamu ke pasar, kita belanja sama-sama. Beli bahan-bahan yang sudah dicatat. Yoyun akan ajari kamu masak." Yoyun dengan sigap mengambil keranjang rotan dan berangkat ke pasar dengan berjalan kaki bersama Minah. Sepanjang jalan Yoyun nonstop bicara tanpa henti. Ceritanya banyak sekali terutama cerita ditinggalkan pacar-pacarnya. Cara bicara Yoyun sangat cepat seperti shinkansen, susah ditebak kata-katanya. Minah mengangguk-angguk saja sepanjang jalan. Dalam perjalanan pulang, Minah minta izin pergi ke warung sebentar. Yoyun pikir paling-paling Minah beli pembalut wanita. Minah bukan membeli pembalut tetapi kapas. Yoyun bertanya untuk apa beli kapas. "Untuk menyumpal telingaku yang sakit berdenging, suara Mas Yoyun mirip kaleng cempreng," jawab Minah dengan lugunya.

Jakarta, 2 Juni 2018.
#pentigrafSF
#baladayoyun

Rabu, 06 Juni 2018

BALADA YOYUN (70)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (70)
*Tiga permintaan
Oleh Jenny Seputro

Di suatu sore yang cerah, Yoyun berjalan-jalan di pantai sendirian sambil menikmati semilir angin. Terdengar deru ombak berbaur dengan kicau camar laut. Yoyun memainkan butir-butir pasir di antara jemari kakinya, sambil sesekali memungut kulit-kulit kerang yang cantik. Suasana hatinya sedang baik. Tiba-tiba Yoyun melihat sebuah benda berwarna perak menyembul di gundukan pasir. Penasaran, Yoyun memungutnya. Ternyata sebuah lampu minyak tua, mirip lampu Aladin. Dengan hati-hati Yoyun menggosok lampu itu, dan keluarlah asap tebal. Seorang jin berdiri di hadapan Yoyun.

"Selamat sore Tuan," kata jin lampu, "saya akan mengabulkan tiga permintaan Tuan." Wah, Yoyun tak bisa mempercayai nasib baiknya. Untuk permintaannya yang pertama, dia ingin makanan yang enak-enak, semua kesukaannya, secara berlimpah. Abrakadabra! Seketika terhidang berbagai jenis makanan favorit Yoyun. Yoyun gembira sekali. Tapi tentunya tidak asyik kalau sepi begini. Untuk permintaan kedua, Yoyun ingin punya banyak dayang-dayang cantik yang melayaninya. Ia ingin jadi seperti seorang raja. Abrakadabra! Muncul sekitar dua puluh orang wanita sangat cantik dengan pakaian yang indah. Ada yang langsung memijit pundak Yoyun, ada yang memijit kakinya, ada yang menyuapinya makanan, dan sebagian menari dengan gemulai untuknya.

Punya dayang-dayang cantik memang menyenangkan, tapi seorang raja butuh seorang ratu. Untuk permintaan yang ketiga Yoyun ingin seorang pendamping, yang tidak hanya cantik, tapi juga sangat mencintainya. Wanita yang bersedia mengikuti kemanapun Yoyun pergi, dan tahu apa yang terbaik untuk Yoyun dan bersedia membantu semua pekerjaan Yoyun. Abrakadabra! Jin lampu tersenyum, dia menghadirkan Dian! Dian langsung mengusir semua dayang-dayang Yoyun, lalu membantu Yoyun menghabiskan semua makanan enaknya. Setelah itu Dian menarik tangan Yoyun yang sejak tadi berdiri melongo menyaksikan tragedi yang terjadi di hadapannya. "Ayo Mas Yoyun, kita pulang ke Tegal."

Perth, 4 Juni 2018
#baladayoyun

BALADA YOYUN (69)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (69)
*Seandainya Kau Tahu
Oleh: merry srifatmadewi

Ketika sedang mengerjakan tugas kantor, gawaiku berbunyi dari nomor yang tidak kukenal. Biasanya aku tidak mau mengangkat, berhubung sedang bete dengan tumpukan pekerjaan, aku terima telepon. Bersyukur aku tidak salah mengambil keputusan untuk mengangkat, telepon tersebut dari Lani teman SMA-ku. " Ini Yoyun ya? Mau kabari Risa ada di ICU!" Dikabarkan bahwa Risa mantan pacarku kena auto imun, lupus anemia dirawat di RS daerah Jakarta. Aku tidak bisa menjenguknya saat ini karena menjelang bulan puasa sedang sibuk ramai-ramainya. Apalagi aku tinggal agak jauh, di kota Bandung.

Sabtu aku ditelepon lagi oleh Lani dimana keadaan Risa sudah koma dan sangat berharap aku meluangkan waktu untuk menjenguknya. Tetap aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku yang bertumpuk-tumpuk. Lani setiap hari menjenguk Risa dan memberikan informasi perkembangan keadaan Risa padaku. Hari Minggu Lani masih sempat menjenguk setelah pulang dari rumah ibadah, ternyata se-jam kemudian setelah Lani pulang dari Rumah Sakit, takdir berkata lain. Risa berpulang. Lanipun terkejut tidak percaya akan berita kepergian Risa yang mendadak sekali. Baru saja pulang untuk makan siang di sebuah mall, bunyi gawai berdenting beruntun. Dibacanya, disimak lagi dan disimak lagi berita dukacita Risa bertubi di whatsapp. Hingga Lani mengecek kebenarannya dengan menelepon langsung ke Rumah Sakit. Kabar itu sampai di telingaku.

Hari Senin diam-diam aku kabur dari kantor. Sengaja pintu ruangan dibuka dan lampu tetap dinyalakan. Dengan bergegas aku meluncur ke Rumah Duka. "Risa, ini Yoyun. Maafkan aku yang telah meninggalkanmu." Dulu aku berselingkuh dari Risa dan lebih memilih Flora, teman dekatnya. Adiknya Risa menunjukkan foto yang selama ini ada di dompet Risa padaku. Foto Yoyun ketika memeluk mesra Risa dengan latar Danau Sarangan, tempat Yoyun dan Risa mengenal pertama kali waktu tour sekolah. Yoyun langsung lemas pingsan. Selama ini Yoyun tidak ada keberanian bertemu muka dengan Risa. Yoyun mengira Risa membencinya karena telah mengkhianatinya. Jika saja Risa tahu betapa Yoyun menyesali berpacaran dengan Flora dan hanya ada Risa di hati Yoyun. Kini aku datang untuk terakhir kalinya mengucapkan selamat tinggal pada Risa.

Jakarta, 30 Mei 2018.
#pentigrafSF
#baladayoyun

Selasa, 05 Juni 2018

BALADA YOYUN (68)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (68)
* Jualan Takjil
Oleh Ocep

Bulan ramadan adalah bulan penuh berkah bagi umat muslim, begitu juga buat Yoyun. Di bulan puasa ini Yoyun ikut andil dalam kegiatan bersama ibu-ibu RT untuk berjualan tahjil. Yoyun dengan senang hati membantu ibu-ibu tersebut. Mereka melakukan pertemuan untuk pembagian tugas. Dengan semangat 45, Yoyun mengajukan usul untuk tugasnya. Yoyun mengajukan usul kalau dia di beri tugas untuk bagian dapur dan berjualan saja. Dengan berbagai alasan Yoyun ngotot untuk bagian itu, karena tidak puasa, jadi bisa icip-icip setiap masakan yang sudah dibuat. Biasa kalau urusan perut Yoyun paling duluan.

Menjelang sore ibu-ibu sudah siap berjualan di alun-alun kota. Bermacam-macam makanan yang mereka jual: ada mendoan, soto tegal, kemronyos, kupat bongkok, glotak, dll. Banyak pembeli yang datang ke tempat Yoyun. Dengan semangat Yoyun melayani para pembeli tersebut. Tiba-tiba seorang pembeli wanita dengan anggunnya datang. Yoyun sangat terpesona melihat penampilannya. Menggunakan seragam putih dengan senyum mempesona. Yoyun terkesima, mulailah Yoyun melakukan aksinya. Dengan merapal ajian semar mesem yang telah dipelajarinya Yoyun mulai merayu. Supaya dagangannya dibeli oleh wanita tersebut. Kelihatannya wanita tersebut terpengaruh, dengan semangat Yoyun melayaninya.

Tiba-tiba wanita tersebut berkata, “Mas, saya minta bonus ya.” Tanpa sadar Yoyun memberikan apa saja yang diminta wanita terebut. Setelah selesai membeli Yoyun bertanya, “Mbak belanja buat siapa?” Jawab wanita tersebut adalah buat suami, anak-anak dan keponakan di rumah. Lanjutnya, karena tidak sempat belanja dan masak. Dengan hati kecewa dan lutut lemas Yoyun hanya bisa tersenyum getir. Muka Yoyun jadi pucat setelah sadar dagangannya habis semua. Tetapi uang nya tidak mencukupi. Soalnya dagangan nya Yoyun berikan kepada wanita tersebut sebagai bonusnya.

#baladayoyun