Senin, 20 Oktober 2008

Ikhlas

Ini cerita tentang Anisa, seorang gadis kecil yang ceria berusia lima tahun. Pada suatu sore, Anisa menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket. Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa melihat sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Anisa sangat ingin memilikinya.

Tapi... Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji: Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik. Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya :

"Ibu, bolehkah Anisa memiliki kalung ini? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi... "
Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa. Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas. Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten...
"Oke ... Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?"
Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya."Terimakasih..., Ibu".

Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau...

Setiap malam sebelum tidur, Ayah Anisa akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya
"Anisa..., Anisa sayang ngga sama Ayah?"
"Tentu dong... Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah!"
"Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu..."
"Yah..., jangan dong Ayah! Ayah boleh ambil "si Ratu" boneka kuda dari nenek... Itu kesayanganku juga"
"Ya sudahlah sayang,... ngga apa-apa!". Ayah mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.

Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi,
"Anisa..., Anisa sayang nggak sih, sama Ayah?"
"Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah?".
"Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu."
"Jangan Ayah... Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini.." Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain. Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk kekamarnya, Anisa sedang duduk diatas tempat tidurnya.

Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari matanya, mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya...
"Ada apa Anisa, kenapa Anisa?" Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya

"Kalau Ayah mau... ambillah kalung Anisa" Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa.

Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih... sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Anisa...

"Anisa... ini untuk Anisa. Sama bukan? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau" Ya..., ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.

Demikian pula halnya dengan ALLAH. Terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Anisa: Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga,dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan.. . baik itu berupa barang/harta ataupun orang yang kita kasihi.

Untuk itulah perlunya sikap ikhlas, karena kita HARUS yakin tidak akan ALLAH mengambil sesuatu dari kita jika tidak akan menggantinya dengan yang lebih baik.

Kamis, 16 Oktober 2008

Bapa Surgawi

Terima Kasih untuk semua anugerah-Mu dalam kehidupanku
Terima kasih untuk kasih-Mu yang tanpa batas bagiku,
keluargaku dan orang orang di sekitarku.
Terima Kasih menjadikan aku sebagai alasan Engkau memberkati lingkunganku,
pekerjaanku dan komunitasku.

Semua kutukan nenek moyangku, kedua orangtuaku, keluargaku dan aku sendiri, aku patahkan dalam KUASAMU.
Segala sakit penyakit dalam tubuhku dan keluargaku telah ENGKAU sembuhkan oleh bilur bilur-Mu.
Tahirkan lidah, mulut dan bibirku sehingga hanya kata kata berkat dan Firman-Mu saja yang bisa aku katakan
Tahirkan mataku sehingga hanya hal hal yang daripadaMu saja yang aku lihat, untuk pertumbuhan imanku
Tahirkan telingaku sehingga hanya kebenaranMu yang aku dengar dan perdengarkan

Berkatilah aku, pasangan hidupku, anak-anakku, semua keluargaku, rumahku, pekerjaanku serta teman-temanku.
Jadikanlah kami perpanjangan hati dan tanganMU.
Terima Kasih Bapa untuk semuanya

Dalam nama TUHAN YESUS aku berdoa.
AMIN....

Sabtu, 20 September 2008

TUHAN YESUS, INI OWE, A CONG....

Ini sebuah kisah nyata yang menarik dan menyentuh. Ada seorang laki-laki paruh baya, umur 50 tahunan. Ia dipanggil A Cong. Miskin harta, tetapi jujur dan tekun. Kejujuran dan ketekunan itu mendapat perhatian seorang pemilik toko material di daerah Glodok, Pinangsia, Jakarta. A Cong diangkat menjadi CEO (chief executive officer) atau penanggung jawab penuh toko tersebut. Usaha material itu meraup sukses luar biasa.

Sedemikian sibuknya A Cong di toko itu melayani pembeli, sampai ia tak sempat makan dengan teratur. Bahkan tidak jarang ia makan sambil tetap melayani… Tetapi, di tengah kesibukannya, setiap jam 12 siang ia menyempatkan diri berlari ke sebuah Gereja di dekat situ. Dan itu ia lakukan tiap hari, sudah lebih dari tiga setengah tahun.

Sampai pada suatu hari kecurigaan seorang pastor memuncak .. ! Ia telah memperhatikan dan mengamati fenomena aneh ini di Gerejanya. A Cong datang di pintu Gereja, hanya berdiri saja, membuat tanda salib, lalu segera pergi lagi...
Ritual itu setia dilakukan A Cong, tiap-tiap hari, itu-itu saja. Adakah udang dibalik batu??? Jangan-jangan ..... Romo yang penasaran itu mencari kesempatan menghadang si A Cong, dan bertanya tanpa basa-basi lagi;
”Maaf, Cek (panggilan menghormat bagi laki-laki Tionghoa), kenapa Encek saben hari datang jam 12 begini, cuman berdiri aja di pintu, bikin tanda salib, terus cepet-cepet pergi?”
Kaget, si A Cong menjawab tersipu: “Hah?!...? Lomo, owe ini olang sibuk, owe punya waktu seliki, tapi owe seneng dateng kemali.”
Jelas, Romo belum puas dan terus mendesak: ”Emangnya apa yang Encek lakukan di pintu gereja gitu?”
Jawab A Cong dengan polos: “Ngga ada apa-apa. Benel Owe cuman bilang ini doang: Tuhan Yesus, ini owe, A Cong. Uuudah .”
Terbengong, hanya 'Oh....!' yang bisa dilontarkan sang Romo. Dan A Cong pun bergegas kembali ke tokonya.

Pada suatu hari A Cong sakit parah karena super sibuk dan makan sekenanya, tidak teratur. Komplikasi penyakitnya cukup berat sehingga ia dilarikan kerumah sakit. A Cong bukan orang kaya, maka ia menempati kamar kelas 3, satu kamar dihuni 8 orang pasien. Sejak masuknya A Cong, kamar itu menjadi ceria, penuh canda tawa.Tak terasa 3 bulan sudah A Cong dirawat. Ia pun sembuh dan diperbolehkan pulang.

Ia gembira, tentunya, tetapi teman-teman sekamarnya bersedih. Selama dirawat itu, semua sesama pasien dihiburnya. A Cong setiap pagi menghampiri teman-teman pasiennya, satu per satu, dan menanyakan keadaan masing-masing.. Sayang, sekarang A Cong harus pulang dan kamar itu akan kembali sunyi.

Akhirnya salah seorang sesama pasien mencoba bertanya: ”Eh, Cek A Cong, mau nanya nih. Kenapa sih Encek begitu gembira, dan selalu gembira, padahal penyakit Encek 'kan serius?”

Acong tercenung dan menjawab, ”saben ali yam lua welas, yah, ada olang laki lambut gondlong dateng, megang kaki owe, dia bilang: A Cong, ini aku, Yesus Kristus. Gimana owe nggak seneng, coba...”
Moral of the story

Sesibuk-sibuknya kita, sisihkan waktumu, untuk selalu bersama Tuhan Yesus, ..

Sabtu, 13 September 2008

Pada Pelajaran Olah Raga

Olah raga adalah sesuatu yang menyenangkan... tetapi sayang sekarang saya nggak punya kesempatan untuk itu. Tetapi sekali waktu saya akan meluangkan waktu untuk berolah raga lagi.
Pada saat kelas V SD pelajaran Olah raga diberikan oleh Bapak Soesanto. Dan biasanya dari dua jam pelajaran, sepuluh sampai lima belas menit pertama untuk pemanasan dengan senam ringan yang dipimpin oleh Pak Santo atau anak yang ditunjuk. Setelah itu kami sebagai muridnya diberi kebebasan untuk masuk dalam kelompok sesuai olah raga yang diinginkan, antara lain: bultangkis, tenis meja, atau bola voli, kadang-kadang ada sepak bola.

Sebenarnya tidak sepenuhnya dibebaskan, karena sekolah hanya menyediakan fasilitas penuh untuk bola voli. Sedangkan yang lain siswa membawa sendiri, kecuali meja dan lapangan tentunya.

Entah kenapa, pada pelajaran olah raga tiba-tiba muncul istilah kelompok elite dan kelas kambing (mestinya klompok kambing ya...). Kelompok Elite adalah kelompok yang memilih bulutangkis, karena pada saat itu harga raket dan bolanya termasuk mahal, apalagi untuk ukuran anak-anak pinggiran kota Palembang. Sedang yang ke sekolah hanya bermodal uang jajan pas-pasan atau tak punya uang jajan sekalian, pasti memilih bola voli atau sepakbola dan masuk kelompok kelas kambing.

Saya sering merasa iri... ingin sekali meminjam raket pada teman-teman saya dan merasakan main bulutangkis di lapangan yang tergolong baik. Untuk ukuran saat itu, lapangan bulutangkis yang diplester semen sudah termasuk baik, dibandingkan lapangan voli yang kalau hujan berkubang lumpur. tatapi keinginan itu saya pendam terus, tetapi saya tetap berniat untuk sekali waktu bisa memiliki raket dan membawa shuttlecock.

Sebenarnya saya pernah minta pada orang tua, tapi belum dikabulkan. Dan saya juga tahu diri sehingga tak pernah meminta lagi, mengingat kondisi keluarga saat itu dimana kami merupakan keluarga besar dengan tujuh saudara. Selain meminta pada orang tua, tak lupa meminta pada Tuhan dengan berdoa.

Saya dari dulu percaya kalau doa dipanjatkan dengan tulus akan dikabulkan, termasuk untuk mendapatkan raket dan shuttlecock. Entah dari mana, tiba-tiba suatu hari orang tua saya menghadiahkan barang yang saya idam-idamkan tersebut. Katanya sih dari sesorang. Raketnya tidak baru, tetapi shuttlecocknya baru. Saya bersyukur dan berterimakasih sekali.

Dengan penuh kebanggaan, saya membawa raket dan shuttlecock itu ke sekolah pada saat jam pelajaran. Dan agak beda dengan biasanya, setelah pemanasan... dengan bangga saya masuk kelompok bulutangkis. Entah kenapa tiba-tiba Pak Santo menarik tangan saya,
"Kembali ke sana!"
Dia menunjuk ke lapangan Voli.
"Tapi, Pak!"
Belum sempat saya jawab, dia sudah memukul punggung saya. Padahal saya belum jelaskan apa-apa.
"Kalau ga punya raket jangan di sini. Kere aja mau lagak punya."
Saya sudah keburu ketakutan dan merasa sakit di punggungku. Entah dia tahu apa tidak kalau saya sebenarnya menangis dalam hati. Begitu menyakitkan jadi orang miskin. Dia tak percaya kalu saya mampu punya raket dan shuttlecock.

Semenjak itu saya sangat membencinya.... dan saya sukar melupakan bayangan wajahnya saat itu. Matanya melotot dengan bertolak pinggang dbalut kaos tanpa lengan berwarna merah.

Tapi aku telah memaafkannya... dan ketika saya pindah ke Jakarta. Saya ceritakan semuanya... dan malahan saya berterimakasih dan minta doakan agar saya bisa menjadi orang yang kaya dan tidak dihina lagi.

Terima kasih Pak Santo.

Bapak J. Soesanto

Dengan membicarakan lagu, saya jadi teringat kenangan semasa di kelas VI SD Xaverius III, Jalan Sekojo (Sekarang Urip Sumoharjo), Sungai Buah, Palembang. Bagaimana keadaan sekolah ini sekarang? Sudah lama saya tidak melihatnya, tepatnya semenjak meninggalkan Palembang hampir 20 tahun silam.

Pada saat kelas VI SD, wali kelas saya adalah Bapak Soesanto. Kabar terakhir dia sudah dipanggil Tuhan beberapa tahun silam. Semoga Tuhan melapangkan jalan-Nya hingga dapat sampai pintu surga.

Banyak kenangan manis dan kenangan pahit dengan Pak Santo, demikian panggilannya. Saya masih ingat profilnya... gemuk pendek dan berkumis lebat. Sukanya pelajaran Matematika (waktu itu berhitung) dan Olah raga. Waktu itu belum seperti sekarang, wali kelas merangkap guru serba bisa... mengampu semua mata pelajaran.

Sebenarnya saya menyukai beliau, karena dia punya kesamaan dengan saya... tidak dapat menyanyi, sehingga selama setahun menjadi wali kelas, belum pernah sekalipun mengajarkan seni suara. Hal ini yang menyenangkan diri saya...

Hal lain yang menyenangkan... mungkin sama lagi, dia menyukai pelajaran matematika. Sehingga setiap hari ada matematika... dan ini sangat menyenangkan bagi saya. Mungkin ini salah satu faktor yang membuat saya menyukai matematika.

Terus hal yang tidak menyenangkan apa? Banyak sekali... tapi kalu saya ungkapkan di sini bukan berarti berniat mengungkap kejelekannya, tapi justru merupakan refleksi saya sebagai guru.

Pertama dan yang utama yang dulunya membuatku sangat membencinya adalah karena dia pernah memukul punggungku sehingga punggungku memar tanpa tahu apa kesalahanku. Cerita mengenai hal ini akan saya tuliskan pada kesempatan lain, karena kalau di sini akan jadi panjang lebar. Lengkapnya dapat klik pada tulisan: Pada Pelajaran Olah Raga.

Kedua, dia berlaku tidak adil. Saya bisa katakan ini karena memang dia berlaku tidak adil dengan saya dan beberapa teman saya yang lain. Tetapi kami tak mampu berbuat apa-apa dan hanya bisa menerima keadaan ini.

Ketiga, dia menghalangi kreativitasku untuk menggambar. Salah satu kesenangan saya dulu adalah menggambar. Tetapi sama seperti seni suara, dia juga tak menyukai pelajaran menggambar sehingga tak ada pelajaran menggambar selama setahun.

Demikian hal-hal yang tidak menyenangkan yang pernah saya alami. Semoga ini menjadi refleksi bagi saya selama jadi guru. Semoga saya tidak melakukan kekerasan kepada anak didikku, berlaku adil dan tidak menghalangi kreativitas anak didikku.

Bapak Ag. Suhadi

Masih seputar lagu... saya teringat kenangan saat kelas IV dan V SD. Saat itu wali kelas saya adalah Pak Suhadi, tapi lebih sering saya sebut "Ag" yang nama depannya sama dengan nama saya...

Pak Suhadi ini bagi saya guru yang menyenangkan juga menyebalkan... dan memang semua orang punya sisi baik dan sisi buruknya... tapi walau begitu, pada saat menyebalkan pun saya jadikan sebagai situasi yang menyenangkan.

Saya akan ceritakan dulu situasi yang menyenangkan dulu. Dia mengajar di kelas IV adalah guru IPA dan Seni Suara. Tentunya menyenangkan kalau mengajar IPA. Menyenangkan karena dia membebaskan siswa-siswanya mencatat kalau memng pelajaran yang diterangkannya sudah dimengerti. Karena saya memang senang membaca maka apa yang diterangkannya bukan merupakan hal baru bagi saya, jadi nggak perlu dicatat. Dan ternyata pada saat ulangan nilai saya selalu bagus.

Pelajaran IPA di SD Xaverius III Palembang tempat saya belajar dulu, dibagi dua bagian: Ilmu Hewan dan Ilmu Tumbuh-tumbuhan. Dan buku catatannya boleh disatukan dalam satu buku. Bagian ilmu hewan dari depan sedangkan ilmu tumbuh-tumbuhan dari tengah. Dengan bebas mencatat memang sangat menyenangkan karena bebas dari capek dan tidak menghabiskan kertas dan ballpoint. Jadi tidak usah heran kalau buku tipis yang saya sediakan tidak pernah habis terpakai.

Untuk pelajaran seni suara terbagi dalam pelajaran teori dan praktek, bergantian tiap minggu. Bila minggu ini teori maka minggu depan praktek. Untuk teori mempelajari not balok dan praktek bisanya menyanyi bergantian. Pada saat menyanyi bergantian, saya selalu tahu diri untuk keluar kelas. Mulanya sih saya diusir karena tidak mau menyanyi depan kelas, tetapi selanjutnya tahu diri keluar sebelum diusir.

Di luar kelas sangat menyenangkan karena dapat melihat teman-teman kelas lain yang sedang bermain bola pada jam olah raga. Hal ini bagi saya adalah hal yang menyebalkan tetapi saya anggap menyenangkan. Keadaan ini berlaku hingga kelas V SD.

Walau tidak pernah ikut praktek tetapi nilai pelajaran Seni Suara lumayan baik. Hal ini karena pada nilai teori selalu mendapat nilai terbaik. Tetapi ini bukan tanpa usaha... pernah pak Suhadi memberi saya nilai jelek, tapi saya protes. Kira-kira begini:

Saya menghadap Pak Suhadi dan tanya, "Pak koq nilai saya jelek"
"Habis tidak pernah mau nyanyi."
"Kan ga bisa pak"
"Ya jangan berharap nilai bagus."
"Tapi bapak kan juga selalu pinjam buku saya."
Memang saya punya catatan yang lengkap dan kalau dia mau ngasi catatan di kelas lain selalu buku saya yang dipinjam.

Semanjak itu saya dapat nilai lumayan baik... dan bagi saya tetap saling menguntungkan. Terimakasih Pak Suhadi.

Lagu Kenangan

Suatu saat, pada saat akan memulai pelajaran... anak-anak minta saya menyanyi... Aku bingung mesti nyanyi apa karena jujur saja emang saya nggak bisa menyanyi. Dan otomatis saya tidak punya lagu favorit. tetapi bukan berarti saya tidak menyukai lagu. Saya menyukai dan dapat menikmati hampir semua lagu yang didengar.

Anak-anak minta lagu mungkin sehubungan tugas dari Mr. Keith, Native Speakernya, dan saya pun mendapat tugas yang serupa dan seharusnya sudah harus siap kemarin (11 September 2009). Tetapi kemarin masih bisa mangkir nggak masuk les Inggris dengan alasan harus mendampingi XII IPA 1 dan XII IPA 2 latihan misa.

Saya ingat kembali masa lalu tentang lagu... semenjak kelas 1 SD saya hanya hapal dan mau menyanyikan satu lagu. Apakah ini lagu favorit?

Aku tukang pos rajin sekali
Surat kubawa naik sepeda
siapa saja aku layani tidak kupilih
miskin dan kaya
Kring kring pos

Saya tidak ingat persis kenapa menyukai lagu di atas? Mungkin karena pendek. Tetapi mungkin juga karena saya melihat tukang pos saat itu adalah pekerjaan mulia. Dan yang jelas pada saat SMP dan SMA serta waktu kuliah... saya banyak tergantung tukang pos yang selalu berjasa mengantar wesel buat saya hasil tulisan-tulisan saya di media massa...

Jumat, 09 Mei 2008

Kekuatan Maaf

Di balik cerita Pedonor sumsum tulang belakang dan pelaku pemerkosaan.

Di suatu Koran Itali, muncullah berita pencarian orang yang istimewa. 17 Mei 1992 di parkiran mobil ke 5 Wayeli (nama kota, tak tahu aku bener nggak nulisnya), seorang wanita kulit putih diperkosa oleh seorang kulit hitam. Tak lama kemudian, sang wanita melahirkan seorang bayi perempuan berkulit hitam. Ia dan suaminya tiba-tiba saja menerima tanggung jawab untuk memelihara anak ini. Sayangnya, sang bayi kini menderita leukemia kanker darah). Dan ia memerlukan transfer sumsum tulang belakang segera.

Ayah kandungnya merupakan satu-satunya penyambung harapan hidupnya. Berharap agar pelaku pada waktu itu saat melihat berita ini, bersedia menghubungi Dr. Adely di RS Elisabeth. Berita pencarian orang ini membuat seluruh masyarakat gempar. Setiap orang membicarakannya. Masalahnya adalah apakah orang hitam ini berani muncul. Padahal jelas ia akan menghadapi kesulitan besar.

Jika ia berani muncul, ia akan menghadapi masalah hukum, dan ada kemungkinan merusak kehidupan rumah tangganya sendiri. Jika ia tetap bersikeras untuk diam,ia sekali lagi membuat dosa yang tak terampuni.

Kisah ini akan berakhir bagaimanakah? Seorang anak perempuan yang menderita leukimia ternyata menyimpan suatu kisah yang memalukan di suatu perkampungan Itali.

Martha, 35 thn, adalah wanita yang menjadi pembicaraan semua orang. Ia dan suaminya Peterson adalah warga kulit putih, tetapi diantara kedua anaknya, ternyata terdapat satu yang berkulit hitam. Hal ini menarik perhatian setiap orang disekitar mereka untuk bertanya, Martha hanya tersenyum kecil berkata pada mereka bahwa nenek berkulit hitam, dan kakeknya berkulit putih, maka anaknya Monika mendapat kemungkinan seperti ini.

Musim gugur 2002, Monika yang berkulit hitam terus menerus mengalami demam tinggi. Terakhir, Dr. Adely memvonis Monika menderita leukimia. "Harapan satu-satunya hanyalah mencari pedonor sumsum tulang belakang yang paling cocok untuknya"

Dokter menjelaskan lebih lanjut. "Di antara mereka yang ada hubungan darah dengan Monika merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan pedonor tercocok. Harap seluruh anggota keluarga kalian berkumpul untuk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang."

Raut wajah Martha berubah, tapi tetap saja seluruh keluarga menjalani pemeriksaan. Hasilnya tak satupun yang cocok. Dokter memberitahu mereka, dalam kasus seperti Monika ini, mencari pedonor yang cocok sangatlah kecil kemungkinannya. Sekarang hanya ada satu cara yang paling manjur, yaitu Martha dan suaminya kembali mengandung anak lagi. Dan mendonorkan darah anak untuk Monika. Mendengar usul ini Martha tiba-tiba menjadi panik, dan berkata tanpa suara "Tuhan..kenapa menjadi begini ?"

Ia menatap suaminya, sinar matanya dipenuhi ketakutan dan putus asa. Peterson mengerutkan keningnya berpikir. Dr. Adely berusaha menjelaskan pada mereka, "saat ini banyak orang yang menggunakan cara ini untuk menolong nyawa para penderita leukimia, lagi pula cara ini terhadap bayi yang baru dilahirkan sama sekali tak ada pengaruhnya." Hal ini hanya didengarkan oleh pasangan suami istri tersebut, dan termenung begitu lama. Terakhir mereka hanya berkata, "Biarkan kami memikirkannya kembali."

Malam kedua, Dr. Adely tengah bergiliran tugas, tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka, pasangan suami-istri tersebut. Martha menggigit bibirnya keras, suaminya Peterson, menggenggam tangannya, dan berkata serius pada dokter. "Kami ada suatu hal yang perlu memberitahumu. Tapi harap Anda berjanji untuk menjaga kerahasiaan ini, karena ini merupakan rahasia kami suami-istri selama beberapa tahun." Dr. Adely menganggukkan kepalanya. Lalu mereka menceritakan: "10 tahun lalu, Martha ketika pulang kerja telah diperkosa seorang remaja berkulit hitam. Saat Martha sadar, dan pulang ke rumah dengan tergesa-gesa, waktu telah menunjukkan pukul 1 malam. Waktu itu aku bagaikan gila keluar rumah mencari orang hitam itu untuk membuat perhitungan. Tapi telah tak ada bayangan orang satupun. Malam itu kami hanya dapat memeluk kepala masing-masing menahan kepedihan. Sepertinya seluruh langit runtuh."

Bicara sampai sini, Peterson telah dibanjiri air mata, Ia melanjutkan kembali . "Tak lama kemudian Martha mendapati dirinya hamil. Kami merasa sangat ketakutan, kuatir bila anak yang dikandungnya merupakan milik orang hitam tersebut. Martha berencana untuk menggugurkannya, tapi aku masih mengharapkan keberuntungan, mungkin anak yang dikandungnya adalah bayi kami. Begitulah, kamiketakutan menunggu beberapa bulan.

Maret 1993, Martha melahirkan bayi perempuan, dan ia berkulit hitam. Kami begitu putus asa, pernah terpikir untuk mengirim sang anak ke panti asuhan. Tapi mendengar suara tangisnya, kami sungguh tak tega. Terlebih lagi bagaimanapun Martha telah mengandungnya, ia juga merupakan sebuah nyawa. Aku dan Martha merupakan warga Kristen yang taat, pada akhirnya kami memutuskan untuk memeliharanya, dan memberinya nama Monika."

Mata Dr. Adely juga digenangi air mata, pada akhirnya ia memahami kenapa bagi kedua suami istri tersebut kembali mengandung anak merupakan hal yang sangat mengkuatirkan. Ia berpikir sambil mengangguk-anggukkan kepala berkata "Memang jika demikian, kalian melahirkan 10 anak sekalipun akan sulit untuk mendapatkan donor yang cocok untuk Monika."

Beberapa lama kemudian,ia memandang Martha dan berkata "Kelihatannya, kalian harus
mencari ayah kandung Monika. Barangkali sumsum tulangnya cocok untuk Monika. Tetapi, apakah kalian bersedia membiarkan ia kembali muncul dalam kehidupan kalian?"

Martha berkata: "Demi anak, aku bersedia berlapang dada memaafkannya. Bila ia bersedia muncul menyelamatkannya. Aku tak akan memperkarakannya." Dr. Adely merasa terkejut akan kedalaman cinta sang ibu. Martha dan Peterson mempertimbangkannya baik-baik, sebelum akhirnya memutuskan memuat berita pencarian ini di koran dengan menggunakan nama samaran. November 2002, di koran Wayeli termuat berita pencarian ini, seperti yang digambarkan sebelumnya. Berita ini memohon sang pelaku pemerkosaan waktu itu berani muncul, demi untuk menolong sebuah nyawa seorang anak perempuan penderita leukimia! Begitu berita ini keluar, tanggapan masyarakat begitu menggemparkan. Kotak surat dan telepon Dr. Adely bagaikan meledak saja, kebanjiran surat masuk dan telepon, orang-orang terus bertanya siapakah wanita ini. Mereka ingin bertemu dengannya, berharap dapat memberikan bantuan padanya. Tetapi Martha menolak semua perhatian mereka, ia tak ingin mengungkapkan identitas sebenarnya, lebih tak ingin lagi identitas Monika sebagai anak hasil pemerkosaan terungkap. Seluruh media penuh dengan diskusi tentang bagaimana cerita ini berakhir.

Orang hitam itu akan munculkah?

Jika orang hitam ini berani muncul, akan bagaimanakah masyarakat kita
sekarang menilainya?

Akankah menggunakan hukum yang berlaku untuk menghakiminya Haruskah ia menerima hukuman dan cacian untuk masa lalunya, ataukah ia harus menerima pujian karena keberaniannya hari ini? Saat itu berita pencarian juga muncul di Napulese, memporakporandakan perasaan seorang pengelola toko minuman keras berusia 30 tahun. Ia seorang kulit hitam, bernama Ajili. 17 Mei 1992 waktu itu, ia memiliki lembaran terkelam merupakan mimpi terburuknya di malam berhujan itu. Ia adalah sang peran utama dalam kisah ini. Tak seorangpun menyangka, Ajili yang sangat kaya raya itu, pernah bekerja
sebagai pencuci piring panggilan.

Dikarenakan orang tuanya telah meninggal sejak ia masih muda, ia yang tak pernah mengenyam dunia pendidikan terpaksa bekerja sejak dini. Ia yang begitu pandai dan cekatan, berharap dirinya sendiri bekerja dengan giat demi mendapatkan sedikit uang dan penghargaan dari orang lain. Tapi sialnya, bosnya merupakan seorang rasialis, yang selalu mendiskriminasikannya. Tak peduli segiat apapun dirinya, selalu memukul dan memakinya. 17 Mei 1992, merupakan ulang tahunnya ke 20, ia berencana untuk pulang kerja lebih awal merayakan hari ulang tahunnya. Siapa menyangka, ditengah kesibukan ia memecahkan sebuah piring. Sang bos menahan kepalanya, memaksanya untuk menelan pecahan piring. Ajili begitu marah dan memukul sang bos, lalu berlari keluar meninggalkan restoran. Di tengah kemarahannya ia bertekad untuk membalas dendam pada si kulit putih. Malam berhujan lebat, tiada seorangpun lewat, dan di parkiran ia bertemu Martha. Untuk membalaskan dendamnya akibat pendiskriminasian, ia pun memperkosa sang wanita yang tak berdosa ini.

Tapi selesai melakukannya, Ajili mulai panik dan ketakutan. alam itu juga Ia menggunakan uang ulang tahunnya untuk membeli tiket KA menuju Napulese, meninggalkan kota ini.Di Napulese, ia bertemu keberuntungannya. Ajili mendapatkan pekerjaan dengan lancar restoran milik orang Amerika. Kedua pasangan Amerika ini sangatlah mengagumi kemampuannya, dan penikahkannya dengan anak perempuan mereka, Lina, dan pada akhirnya juga mempercayainya untuk mengelola toko mereka.

Beberapa tahun ini, ia yang begitu tangkas,tak hanya memajukan bisnis toko minuman keras ini, ia juga memiliki 3 anak yang lucu. Di mata pekerja lainnya dan seluruh anggota keluarga, Ajili merupakan bos yang baik, suami yang baik, ayah yang baik. Tapi hati nuraninya tetap membuatnya tak melupakan dosa yang pernah diperbuatnya. Ia selalu memohon ampun pada Tuhan dan berharap Tuhan melindungi wanita yang pernah diperkosanya, berharap ia selalu hidup damai dan tentram. Tapi ia menyimpan rahasianya rapat-rapat, tak memberitahu seorangpun.

Pagi hari itu, Ajili berkali-kali membolak-balik koran, ia terus mempertimbangkan kemungkinan dirinyalah pelaku yang dimaksud. Sedikitpun ia tak pernah membayangkan bahwa wanita malangitu mengandung anaknya, bahkan menanggung tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga anak yang awalnya bukanlah miliknya. Hari itu, Ajili beberapa kali mencoba menghubungi no.Telepon Dr.Adely. Tapi setiap kali, belum sempat menekan habis tombol telepon, ia telah menutupnya kembali. Hatinya terus bertentangan, bila ia bersedia mengakui semuanya, setiap orang kelak akan mengetahui sisi terburuknya ini, anak-anaknya tak akan lagi mencintainya, ia akan kehilangan keluarganya yang bahagia dan istrinya yang cantik. Juga akan kehilangan penghormatan masyarakat disekitarnya. Semua yang ia dapatkan dengan ditukar kerja kerasnya bertahun-tahun.

Malam itu, saat makan bersama, seluruh keluarga mendiskusikan kasus Martha. Sang istri, Lina berkata: "Aku sangat mengagumi Martha. Bila aku diposisinya, aku tak akan memiliki keberanian untuk memelihara anak hasil perkosaan hingga dewasa. Aku lebih mengagumi lagi suami Martha, ia sungguh pria yang patut dihormati, tak disangka ia dapat menerima anak yang
demikian." Ajili termenung mendengarkan pendapat istrinya, dan tiba-tiba mengajukan pertanyaan: "Kalau begitu, bagaimana kau memandang pelaku pemerkosaan itu ?"

"Sedikitpun aku tak akan memaafkannya !!! Waktu itu ia sudah membuat kesalahan, kali ini juga hanya dapat meringkuk menyelingkupi dirinya sendiri, ia benar-benar begitu rendah, begitu egois, begitu pengecut ! Iabenar-benar seorang pengecut !" demikian istrinya menjawab dengan dipenuhi api kemarahan. Ajili mendengarkan saja, tak berani mengatakan kenyataan pada istrinya.

Malam itu, anaknya yang baru berusia 5 tahun begitu rewel tak bersedia tidur, untuk pertama kalinya Ajili kehilangan kesabaran dan menamparnya. Sang anak sambil menangis berkata :"Kau ayah yang jahat, aku tak mau peduli kamu lagi. Aku tak ingin kau menjadi ayahku". Hati Ajili bagai terpukul keras mendengarnya, ia pun memeluk erat-erat sang anak dan berkata: "Maaf, ayah tak akan memukulmu lagi. Ayah yang salah, maafkan papa ya."

Sampai sini, Ajili pun tiba-tiba menangis. Sang anak terkejut dibuatnya, dan buru-buru berkata padanya untuk menenangkan ayahnya: "Baiklah, kumaafkan. Guru TK ku bilang, anak yang baik adalah anak yang mau memperbaiki kesalahannya."Malam itu, Ajili tak dapat terlelap, merasa dirinya bagaikan terbakar dalam neraka. Di matanya selalu terbayang kejadian
malam berhujan deras itu, dan bayangan sang wanita. Ia sepertinya dapat mendengarkan jerit tangis wanita itu. Tak henti-hentinya ia bertanya pada dirinya sendiri: "Aku ini sebenarnya orang baik, atau orang jahat ?"

Mendengar bunyi napas istrinya yang teratur, ia pun kehilangan seluruh keberaniannya untuk berdiri. Hari kedua, ia hampir tak tahan lagi rasanya.Istrinya mulai merasakan adanya ketidakberesan pada dirinya, memberikan perhatian padanya dengan menanyakan apakah ada masalah Dan ia mencari alasan tak enak badan untuk meloloskan dirinya. Pagi hari di jam kerja, sang karyawan menyapanya ramah: "Selamat pagi, manager!" Mendengar itu, wajahnya tiba-tiba menjadi pucat pasi, dalam hati dipenuhi perasaan tak menentu dan rasa malu. Ia merasa dirinya hampir menjadi gila saja rasanya. Setelah berhari-hari memeriksa hati nuraninya, Ajili tak dapat lagi terus diam saja, iapun menelepon Dr. Adely. Ia berusaha sekuat tenaga menjaga suaranya supaya tetap tenang: "Aku ingin mengetahui keadaan anak malang itu."

Dr. Adely memberitahunya, keadaan sang anak sangat parah. Dr.Adely menambahkan kalimat terakhirnya berkata: "Entah apa ia dapat menunggu hari kemunculan ayah kandungnya." Kalimat terakhir ini menyentuh hati Ajili yang paling dalam, suatu perasaan hangat sebagai sang ayah mengalir keluar, bagaimanapun anak itu juga merupakan darah dagingnya sendiri ! Ia pun membulatkan tekad untuk menolong Monika. Ia telah melakukan kesalahan sekali, tak boleh kembali membiarkan dirinya meneruskan kesalahan ini. Malam hari itu juga, ia pun mengobarkan keberaniannya sendiri untuk memberitahu sang istri tentang segala rahasianya. Terakhir ia berkata : "Sangatlah mungkin bahwa aku adalah ayah Monika. Aku harus menyelamatkannya." Lina sangat terkejut, marah dan terluka, mendengar semuanya, ia berteriak marah: "Kau PEMBOHONG !"

Malam itu juga ia membawa ketiga anak mereka, dan lari pulang ke rumah ayah ibunya. Ketika ia memberitahu mereka tentang kisah Ajili, kemarahan kedua suami-istri tersebut dengan segera mereda. Mereka adalah dua orang tua yang penuh pengalaman hidup, mereka menasehatinya : "Memang benar, kita patut marah terhadap segala tingkah laku Ajili di masa lalu. Tapi pernahkah kamu memikirkan, ia dapat mengulurkan dirinya untuk muncul, perlu berapa banyak keberanian besar. Hal ini membuktikan bahwa hati nuraninya belum sepenuhnya terkubur. Apakah kau mengharapkan seorang suami yang pernah melakukan kesalahan tapi kini tersedia memperbaiki dirinya, ataukah seorang suami yang selamanya menyimpan kebusukan ini didalamnya?" Mendengar ini Lina terpekur beberapa lama.

Pagi-pagi di hari kedua, ia langsung kembali ke sisi Ajili, menatap mata sang suami yang dipenuhi penderitaan, Lina menetapkan hatinya berkata: "Ajili,pergilah menemui Dr. Adely ! Aku akan menemanimu!"

3 Februari 2003, suami istri Ajili, menghubungi Dr. Adely. 8 Februari, pasangan tersebut tiba di RS Elisabeth, demi untuk pemeriksaan DNA Ajili. Hasilnya Ajili benar-benar adalah ayah Monika. Ketika Martha mengetahui bahwa orang hitam pemerkosanya itu pada akhirnya berani memunculkan dirinya, ia pun tak dapat menahan air matanya. Sepuluh tahun ini ia terus memendam dendam kesumat terhadap Ajili, namun saat ini ia hanya dipenuhi perasaan terharu. Segalanya berlangsung dalam keheningan. Demi untuk melindungi pasangan Ajili dan pasangan Martha, pihak RS tidak mengungkapkan dengan jelas identitas mereka semua pada media, dan juga tak bersedia mengungkapkan keadaan sebenarnya, mereka hanya memberitahu media bahwa ayah kandung Monika telah ditemukan. Berita ini mengejutkan seluruh pemerhati berita ini. Mereka terus-menerus menelepon, menulis surat pada Dr. Adely, memohon untuk dapat menyampaikan kemarahan mereka pada orang hitam ini, sekaligus penghormatan mereka padanya. Mereka berpendapat: "Barangkali ia pernah melakukan tindak pidana, namun saat ini ia seorang pahlawan !"

10 Februari, kedua pasangan Martha dan suami memohon untuk dapat bertemu muka langsung dengan Ajili. Awalnya Ajili tak berani untuk menemui mereka, namun pada permohonan ketiga Martha, iapun menyetujui hal ini. 18 Februari, dalam ruang tertutup dan dirahasiakan di RS, Martha bertemu langsung dengan Ajili.

Ajili baru saja memangkas rambutnya, saat ia melihat Martha, langkah kakinya terasa sangatlah berat, raut wajahnya memucat. Martha dan suaminya melangkah maju, dan mereka bersama-sama saling menjabat tangan masing-masing, sesaat ketiga orang tersebut diam tanpa suara menahan kepedihan, sebelum akhirnya air mata mereka bersama-sama mengalir.

Beberapa waktu kemudian, dengan suara serak Ajili berkata: "Maaf...mohon maafkanku! Kalimat ini telah terpendam dalam hatiku selama 10 tahun. Hari ini akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengatakannya langsung kepadamu." Martha menjawab :"Terima kasih kau dapat muncul. Semoga Tuhan memberkati, sehingga sumsum tulang belakangmu dapat menolong putriku". 19 Februari, dokter melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang Ajili. Untungnya, sumsum tulang belakangnya sangat cocok bagi Monika. Sang dokter berkata dengan antusias : "Ini suatu keajaiban !"

22 Februari 2003, sekian lama harapan masyarakat luas akhirnya terkabulkan. Monika menerima sumsum tulang belakang Ajili, dan pada akhirnya Monika telah melewati masa kritis. Satu minggu kemudian, Monika boleh keluar RS dengan sehat walafiat. Martha dan suami memaafkan Ajili sepenuhnya, dan secara khusus mengundang Ajili dan Dr. Adely datang kerumah mereka untuk merayakannya. Tapi hari itu Ajili tidak hadir, ia memohon Dr. Adely membawa suratnya bagi mereka. Dalam suratnya ia menyatakan penyesalan dan rasa malunya berkata :"Aku tak ingin kembali mengganggu kehidupan tenang kalian. Aku berharap Monika berbahagia selalu hidup dan tumbuh dewasa bersama kalian. Bila kalian menghadapi kesulitan bagaimanapun, harap hubungi aku, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu kalian".

"Saat ini juga, aku sangat berterima kasih pada Monika, dari dalam lubuk hatiku terdalam, dialah yang memberiku kesempatan untuk menebus dosa. Dialah yang membuatku dapat memiliki kehidupan yang benar-benar bahagia di saparuh usiaku selanjutnya. Ini adalah hadiah yang ia berikan padaku !" ( Italia post)

Terkadang dosa-dosa masa lalu kita masih terus membayangi kita, dan walaupun mungkin kita sudah bahagia dengan kehidupan kita yang sekarang, tetapi selalu saja terbayang dengan dosa-dosa masa lalu kita.

Yang menjadi bahan renungan aku dari cerita ini : Jika pada saatnya Tuhan membuka kesempatan bagi aku untuk meminta maaf atas segala dosa-dosaku, apakah aku akan berani seperti Ajili ini untuk mengakui semua dosa-dosaku, walaupun dengan taruhan aku akan kehilangan semuanya. Tuhan itu begitu baik ... pada saat Dia mengetahui bahwa kita masih menderita akan dosa-dosa masa lalu kita, Dia membuka jalan bagi kita untuk meminta maaf dan membersihkan hati kita, yang memungkinkan kita untuk menyambut masa depan tanpa ada rasa terbeban lagi dalam hati kita.

Kiriman: Agnes

Rabu, 30 April 2008

PANGGILAN SEORANG PELAYAN

Bacaan Setahun : 1Tawarikh 9-11
Nats : Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Filipi 2:8)

PANGGILAN SEORANG PELAYAN
Bacaan : Yohanes 6:32-40


Suatu kali seseorang bertanya kepada Ibu Teresa, "Ibu telah melayani kaum miskin di Kolkata, India. Tetapi, tahukah Ibu, bahwa masih ada jauh lebih banyak lagi orang miskin yang terabaikan? Apakah Ibu tidak merasa gagal?" Ibu Teresa menjawab, "Anakku, aku tidak dipanggil untuk berhasil, tetapi aku dipanggil untuk setia ...."

Setiap pelayan Tuhan di mana pun dan dalam peran apa pun, tidak dipanggil untuk berhasil. Sebab jika panggilannya adalah keberhasilan, ia akan sangat riskan jatuh pada kesombongan atau penghalalan segala cara. Pelayan Tuhan dipanggil untuk setia. Melakukan tugas pelayanannya dengan penuh komitmen dan tanggung jawab. Semampunya, bukan semaunya.

Itulah yang diteladankan oleh Tuhan Yesus. Menurut ukuran dunia, Tuhan Yesus bisa dibilang tidak berhasil semasa hidup-Nya. Betapa tidak, Dia harus menjalani hukuman salib. Satu murid-Nya mengkhianati-Nya. Satu murid lagi menyangkali-Nya. Dan, para murid-Nya yang lain kocar-kacir meninggalkan-Nya dan bersembunyi. Tiga tahun berkarya, ujung-ujungnya hanya begitu. Namun, Dia toh tetap setia menjalankan tugas pelayanan-Nya; melaksanakan kehendak Bapa, dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yohanes 4:34). Dia tidak undur sedikit pun. Itu sebabnya, Allah sangat meninggikan Dia (ayat 9). Kesetiaan-Nya membuahkan keselamatan manusia.

Dalam melayani, bisa saja kita melihat bahwa apa yang kita lakukan seolah-olah tidak ada hasilnya. Bila kita menghadapi situasi demikian, jangan undur. Tetaplah setia. Kesetiaan kita dalam melayani Tuhan tidak akan pernah sia-sia -AYA

LAKUKAN BAGIAN KITA SEBAIK-BAIKNYA
DAN SERAHKAN HASILNYA KEPADA TUHAN

GBU :)

Y o k e H a r s a r i
PT WIRATMAN & Associates
Graha Simatupang Tower II Block A & D
Jl. TB. Simatupang Kav 38
Jakarta 12540



KEMATIAN

PENJELASAN YANG MENYENANGKAN!!!

Seorang pasien berpaling menghadap dokternya, selagi dokter itu bersiap untuk pergi, "Dokter, Aku takut mati. Ceritakan apa yang ada disebelah sana "

Dengan lembut, dokter itu berkata, "Saya tidak tahu."

"Anda tidak tahu? Anda, seorang Kristen, tidak tahu apa yang ada di sebelah sana ?" Dokter itu sedang memegang gagang pintu kamar di sebelah sana terdengar suara garukan dan keluhan, begitu pintu itu dibukanya, seekor anjing menerobos masuk dan lompat kearahnya dengan antusias dan senang sekali.

Menoleh ke arah sang pasien, dokter berkata, "Anda lihat anjing saya? Ia belum pernah masuk ruangan ini sebelumnya. Ia tidak tahu ada apa di dalamnya. Ia tidak tahu apa-apa, kecuali bahwa tuannya ada di dalam, dan ketika pintu dibuka, ia langsung masuk tanpa takut.

Saya hanya tahu sedikit tentang ada apa di sebelah kematian tapi saya tahu benar tentang satu hal... saya tahu Tuhan saya ada di sana dan itu cukup."
Kiriman: Agnes

Sabtu, 05 April 2008

Kisah Seorang Penjual Tempe

Ada seorang hamba Tuhan asal Surabaya, yang menceritakan kesaksian seorang ibu penjual tempe. Peristiwanya terjadi di sebuah desa di Jawa Tengah.

Adalah seorang ibu setengah baya yang sehari-harinya berjualan tempe buatan sendiri di desanya. Pada suatu hari, seperti biasanya, pada saat ia akan pergi ke pasar untuk menjual tempenya, ternyata pagi itu, tempe yang terbuat dari kacang kedele masih belum jadi tempe alias masih setengah jadi. Ibu ini sangat sedih hatinya, sebab jika tempe tersebut tidak jadi berarti ia tidak akan mendapatkan uang karena tempe yang belum jadi tentunya tidak laku dijual. Padahal mata pencaharian si ibu hanyalah dari menjual tempe saja agar ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Dalam suasana hatinya yang sedih, si ibu yang memang aktif beribadah di gerejanya teringat akan firman Tuhan yang menyatakan bahwa Tuhan dapat melakukan perkara-perkara ajaib, bahwa bagi Tuhan tiada yang mustahil. Lalu ia pun menumpangkan tangannya di atas tumpukan beberapa batangan kedele yang masih dibungkus dengan daun pisang tersebut.

"Bapak di Surga, aku mohon kepadaMu agar kedele ini menjadi tempe. Dalam nama Yesus, Amin".

Demikian doa singkat si Ibu yang dipanjatkannya dengan sepenuh hati. Ia yakin dan percaya pasti Tuhan menjawab doanya. Lalu, dengan tenang ia menekan-nekan bungkusan bakal tempe tersebut dengan ujung jarinya.

Dengan hati yang deg-deg-an ia mulai membuka sedikit bungkusannya untuk melihat mukjijat kedele jadi tempe terjadi. Namun apa yang terjadi? Dengan kaget dia mendapati bahwa kedele tersebut masih tetap kedele! Si Ibu tidak kecewa. Ia berpikir bahwa mungkin doanya kurang jelas didengar Tuhan.

Lalu kembali ia menumpangkan tangan di atas batangan kedele tersebut. "Bapa di surga, aku tahu bahwa bagiMu tiada yang mustahil. Tolonglah aku supaya hari ini aku bisa berdagang tempe karena itulah mata pencaharianku. Aku mohon dalam nama Yesus jadilah ini menjadi tempe.Dalam nama Yesus, Amin."

Dengan iman iapun kembali membuka sedikit bungkusan tersebut. Lalu apa yang terjadi? Dengan kaget ia melihat bahwa kacang kedele tersebut? Masih tetap begitu!

Sementara hari semakin siang dimana pasar tentunya akan semakin ramai. Si ibu dengan tidak merasa kecewa atas doanya yang belum terkabul, merasa bahwa bagaimanapun sebagai langkah iman ia akan tetap pergi ke pasar membawa keranjang berisi barang dagangannya itu. Ia berpikir mungkin mujijat Tuhan akan terjadi di tengah perjalanan ia pergi ke pasar. Lalu iapun bersiap-siap untuk berangkat ke pasar. Semua keperluannya untuk berjualan tempe seperti biasanya sudah disiapkannya.

Sebelum beranjak dari rumahnya, ia sempatkan untuk menumpangkan tangan sekali lagi. "Bapa di surga, aku percaya Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju pasar, Engkau akan mengadakan mukjijat buatku. Dalam nama Yesus, Amin."

Lalu ia pun berangkat. Di sepanjang perjalanan ia tidak lupa menyanyikan beberapa lagu puji-pujian. Tidak lama kemudian sampailah ia di pasar. Dan seperti biasanya ia mengambil tempat untuk menggelar barang dagangannya. Ia yakin bahwa tempenya sekarang pasti sudah jadi. Lalu iapun membuka keranjangnya dan pelan-pelan menekan-nekan dengan jarinya bungkusan tiap bungkusan yang ada. Perlahan ia membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya. Apa yang terjadi?

Ternyata saudara-saudara... tempenya benar-benar ... belum jadi! Si Ibu menelan ludahnya. Ia tarik napas dalam-dalam. Ia mulai kecewa pada Tuhan karena doanya tidak dikabulkan. Ia merasa Tuhan tidak adil. Tuhan tidak kasihan kepadanya. Ia hidup hanya mengandalkan hasil menjual tempe saja.

Selanjutnya, ia hanya duduk saja tanpa menggelar dagangannya karena ia tahu bahwa mana ada orang mau membeli tempe yang masih setengah jadi. Sementara hari semakin siang dan pasar sudah mulai dengan pembeli. Ia melihat dagangan teman-temannya sesama penjual tempe yang tempenya sudah hampir habis. Rata-rata tinggal sedikit lagi tersisa. Si ibu tertunduk lesuh. Ia seperti tidak sanggup menghadapi kenyataan hidupnya hari itu. Ia hanya bisa termenung dengan rasa kecewa yang dalam.

Yang ia tahu bahwa hari itu ia tidak akan mengantongi uang sepeserpun. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sapaan seorang wanita.

"Bu?..! Maaf ya, saya mau tanya. Apakah ibu menjual tempe yang belum jadi? Soalnya dari tadi saya sudah keliling pasar mencarinya."

Seketika si ibu tadi terperangah. Ia kaget. Sebelum ia menjawab sapaan wanita di depannya itu, dalam hati cepat-cepat ia berdoa "Tuhan, saat ini aku tidak butuh tempe lagi. Aku
tidak butuh lagi. Biarlah daganganku ini tetap seperti semula. Dalam nama Yesus, dalam namaYesus, Amin."

Tapi kemudian, ia tidak berani menjawab wanita itu. Ia berpikir jangan-jangan selagi ia duduk-duduk termenung tadi, tempenya sudah jadi. Jadi ia sendiri saat itu dalam posisi ragu-ragu untuk menjawab ya kepada wanita itu.

"Bagaimana nih?" ia pikir. "Kalau aku katakan iya, jangan-jangan tempenya sudah jadi. Siapa tahu tadi sudah terjadi mukjijat Tuhan?"

Ia kembali berdoa dalam hatinya, "Ya Tuhan, biarlah tempeku ini tidak usah jadi tempelagi. Sudah ada orang yang kelihatannya mau beli. Tuhan, tolonglah aku kali ini. Tuhan dengarkanlah doaku ini.." ujarnya berkali-kali.

Lalu, sebelum ia menjawab wanita itu, ia pun membuka sedikit daun penutupnya. Lalu? apa yang dilihatnya Saudara-Saudara? Ternyata... ternyata... memang benar tempenya belum jadi! Ia bersorak senang dalam hatinya. Puji Tuhan..Puji Tuhan, ka tanya. Singkat cerita wanita tersebut memborong semua dagangan si Ibu itu.

Sebelum wanita itu pergi, ia penasaran kenapa ada orang yang mau beli tempeyang belum jadi. Ia bertanya kepada si wanita. Dan wanita itu mengatakan bahwa anaknya di Yogya mau tempe yang berasal dari desa itu. Berhubung tempenya akan dikirim ke Yogya jadi ia harus membeli tempe yang belum jadi, supaya agar setibanya di sana tempenya sudah jadi.

Kalau tempe yang sudah jadi yang dikirim maka setibanya di sana nanti tempe tersebut sudah tidak bagus lagi dan rasanya sudah tidak enak.

Apa yang bisa kita simpulkan dari kesaksian sederhana?

  1. Kita sering memaksakan kehendak kita kepada Tuhan pada waktu kita berdoa padahal sebenarnya Tuhan lebih mengetahui apa yang kita perlukan.
  2. Tuhan menolong kita dengan caraNya yang sama sekali di luar perkiraan kita sebelumnya.
  3. Tiada yang mustahil bagi Tuhan.
  4. Percayalah bahwa Tuhan akan menjawab doa kita sesuai dengan rancanganNya.
Kiriman: Agnes

Kamis, 06 Maret 2008

2 Manusia Super di Jembatan Setiabudi

Tanpa disadari terkadang sikap apatis menyertai saat langkah kaki mengarungi tuk coba taklukkan ibukota negri ini. Semoga kita selalu diingatkan. Berikut sekedar berbagi cerita dalam keindahan hari ini:

Siang itu, February 6, 2008, tanpa sengaja, saya bertemu dua manusia super. Mereka mahluk mahluk kecil, kurus, kumal berbasuh keringat. Tepatnya di atas jembatan penyeberangan Setia Budi, dua sosok kecil berumur kira kira delapan tahun menjajakan tissue dengan wadah kantong plastik hitam.

Saat menyeberang untuk makan siang mereka menawari saya tissue di ujung jembatan, dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta saya hanya mengangkat tangan lebar-lebar tanpa tersenyum yang dibalas dengan sopannya oleh mereka dengan ucapan "Terima kasih Oom !".

Saya masih tak menyadari kemuliaan mereka dan cuma mulai membuka sedikit senyum seraya mengangguk ke arah mereka.

Kaki-kaki kecil mereka menjelajah lajur lain di atas jembatan, menyapa seorang laki laki lain dengan tetap berpolah seorang anak kecil yang penuh keceriaan, laki laki itu pun menolak dengan gaya yang sama dengan saya, lagi-lagi sayup sayup saya mendengar ucapan terima kasih dari mulut kecil mereka. Kantong hitam tampat stok tissue dagangan mereka tetap teronggok di sudut jembatan tertabrak derai angin Jakarta. Saya melewatinya dengan lirikan kearah dalam kantong itu, duapertiga terisi tissue putih
berbalut plastik transparan.

Setengah jam kemudian saya melewati tempat yang sama dan mendapati mereka tengah mendapatkan pembeli seorang wanita, senyum di wajah mereka terlihat berkembang seolah memecah mendung yang sedang manggayut langit Jakarta.

"Terima kasih ya mbak. Semuanya dua ribu lima ratus rupiah!" tukas mereka, tak lama si wanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sejumlah sepuluh ribu rupiah.

"Maaf, nggak ada kembaliannya.. ada uang pas nggak mbak?" mereka menyodorkan kembali uang tersebut. Si wanita menggeleng, lalu dengan sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri saya yang tengah mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter.

"Oom boleh tukar uang nggak, receh sepuluh ribuan?" suaranya mengingatkan kepada anak lelaki saya yang seusia mereka. Sedikit terhenyak saya merogoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa kembalian food court sebesar empat ribu rupiah.

"Nggak punya, tukas saya!" lalu tak lama siwanita berkata "ambil saja kembaliannya, dik!" sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya ke arah ujung sebelah timur.

Anak ini terkesiap, ia menyambar uang empat ribuan saya dan menukarnya dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakkannya kegenggaman saya yang masih tetap berhenti, lalu ia mengejar wanita tersebut untuk memberikan uang empat ribu rupiah tadi. Siwanita kaget, setengah berteriak ia bilang "sudah buat kamu saja, nggak apa... apa ambil saja!", namun mereka berkeras mengembalikan uang tersebut. " maaf mbak, Cuma ada empat ribu, nanti kalau lewat sini lagi saya kembalikan". Akhirnya uang itu diterima si wanita karena si kecil pergi meninggalkannya.

Tinggallah episode saya dan mereka, uang sepuluh ribu digenggaman saya
tentu bukan sepenuhnya milik saya. mereka menghampiri saya dan berujar
"Oom, bisa tunggu ya, saya ke bawah dulu untuk tukar uang ke tukang ojek!". "eeh.nggak usah... nggak usah... biar aja... nih!" saya kasih uang itu ke si kecil, ia menerimanya tapi terus berlari ke bawah jembatan menuruni tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek.

Saya hendak meneruskan langkah tapi dihentikan oleh anak yang satunya, "Nanti dulu Oom, biar ditukar dulu... sebentar."

"Nggak apa apa, itu buat kalian, " lanjut saya "jangan... jangan Oom, itu uang Oom sama mbak yang tadi juga" anak itu bersikeras.

"Sudah... saya Ikhlas, mbak tadi juga pasti ikhlas! saya berusaha membargain, namun ia menghalangi saya sejenak dan berlari ke ujung jembatan berteriak memanggil temannya untuk segera cepat, secepat kilat juga ia meraih kantong plastik hitamnya dan berlari ke arah saya.

"Ini deh oom, kalau kelamaan, maaf..." ia memberi saya delapan pack tissue.

"Buat apa?" saya terbengong.

"Habis teman saya lama sih Oom, maaf, tukar pakai tissue aja dulu," walau dikembalikan ia tetap menolak.

Saya tatap wajahnya, perasaan bersalah muncul pada rona mukanya. Saya
kalah set, ia tetap kukuh menutup rapat tas plastic hitam tissuenya. Beberapa saat saya mematung di sana, sampai sikecil telah kembali dengan genggaman uang receh sepuluh ribu, dan mengambil tissue dari tangan saya serta memberikan uang empat ribu rupiah.

"Terima kasih Oom!" mereka kembali ke ujung jembatan sambil sayup-sayup terdengar percakapan "Duit mbak tadi gimana...?" suara kecil yang lain menyahut "lu hafal kan orangnya, kali aja ketemu lagi ntar kita kasihin..." percakapan itu sayup sayup menghilang, saya terhenyak dan kembali ke kantor dengan seribu perasaan.

Tuhan..Hari ini saya belajar dari dua manusia super, kekuatan kepribadian mereka menaklukan Jakarta membuat saya trenyuh, mereka berbalut baju lusuh tapi hati dan kemuliaannya sehalus sutra, mereka tahu hak mereka dan hak orang lain, mereka berusaha tak meminta minta dengan berdagang Tissue.

Dua anak kecil yang bahkan belum baligh, memiliki kemuliaan diumur
mereka yang begitu belia.
YOU ARE ONLY AS HONORABLE AS WHAT YOU DO.

Engkau hanya semulia yang kau kerjakan. Saya membandingkan keserakahan kita, yang tak pernah ingin sedikitpun berkurang rezeki kita meski dalam rizeki itu sebetulnya ada milik orang lain.

"Usia memang tidak menjamin kita menjadi Bijaksana, kitalah yang memilih untuk menjadi bijaksana atau tidak"

Semoga pengalaman nyata ini mampu menggugah saya dan teman lainnya
untuk lebih SUPER.

Kiriman: Fransisca Indraswari

Sabtu, 16 Februari 2008

8 kado terindah untuk orang-orang tersayang


(dari blog kawan)

KEHADIRAN
Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir di hadapannya lewat surat, telepon, foto atau faks. Namun dengan berada di sampingnya. Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian , dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagian.

MENDENGAR
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab, kebanyakan orang lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama diketehui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan. Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan Anda dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya. Ini memudahkan Anda memberi tanggapan yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar manis baginya.

DIAM
Seperti kata-kata, di dalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya. Diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya ruang. Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur, mengkritik bahkan mengomeli.

KEBEBASAN
Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya ? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan bukanlah, "Kau bebas berbuat semaumu." Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan

KEINDAHAN
Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik? Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap hari! Selain keindahan penampilan pribadi, Anda pun bisa menghadiahkan keindahan suasana di rumah.Vas dan bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan yang tertata indah, misalnya.

TANGGAPAN POSITIF
Tanpa sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus.
Cobalah ingat, berapa kali dalam seminggu terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula, pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima kasih dan pujian (dan juga permintaan maaf), adalah kado cinta yang sering
terlupakan.

KESEDIAAN MENGALAH
Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran. Apalagi sampai menjadi cekcok yang hebat. Semestinya Anda pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan itu? Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap memberikan kado " kesediaan mengalah".
Okelah, Anda mungkin kesal atau marah karena dia telat datang memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru sekali itu, kenapa mesti jadi pemicu pertengkaran yang berlarut-larut? Kesediaan untuk mengalah juga dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna didunia ini.

SENYUMAN
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputus asaan. pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling kita. Kapan terakhir
kali anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yang dikasih

Kepribadian Sanguinis

1. Kekuatan Emosi Sanguinis Populer

Kepribadian yang menarik, suka berbicara, menghidupkan pesta, rasa humor yang hebat, ingatan kuat untuk warna, secara fisik memukau pendengar, emosional dan demonstratif, antusias dan ekspresif, periang dan penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, baik di panggung,
lugu dan polos, hidup di masa sekarang, mudah diubah, berhati tulus, dan selalu kekanak-kanakan.

2. Sanguinis Populer di Pekerjaan

Sukarelawan untuk tugas, memikirkan kegiatan baru, tampak hebat di permukaan, kreatif dan inovatif, punya energi dan antusiasme, mulai dengan cara cemerlang, mengilhami orang lain untuk ikut, mempesona orang lain untuk bekerja

3. Sanguinis Populer Sebagai Teman

Mudah berteman, mencintai orang, suka dipuji, tampak menyenangkan, dicemburui orang lain, bukan pendendam, cepat minta maaf, mencegah saat membosankan, dan suka kegiatan spontan.

4. Sanguinis Populer Sebagai Orang Tua

Membuat rumah menyenangkan, Disukai teman anak-anak, mengubah bencana menjadi humor, dan merupakan pemimpin sirkus

Senin, 28 Januari 2008

Kangen


Sewu kuto uwis tak liwati
(Seribu kota sudah kulewati)
Sewu ati tak takoni
(Seribu hati kutanyai)
Nanging kabeh
(Namun semuanya)
Podo rangerteni
(Tidak mengerti)
Lungamu neng endi
(Kemana perginya dirimu)
Pirang tahun aku nggoleki
(Bertahun-tahun aku mencari)
Seprene durung biso nemoni
(Namun tak juga dapat kutemukan)

Wis tak coba
(Sudah kucoba)
Nglaliake jenengmu soko atiku
(Melupakan namamu dari hatiku)
Sak tenane aku ra ngapusi
(Sungguh aku tidak berdusta)
Isih tresno sliramu
(Aku masih mencintaimu)

Umpamane kowe uwis mulyo
(Seandainya kamu sudah mulia)
Lilo aku lilo
(Rela aku rela)
Nanging siji dadi panyuwunku
(Namun satu permohonanku)
Aku pengin ketemu
(Aku ingin bertemu)
Sanajan sak kedeping moto
(Meskipun hanya sekejap mata)
Kanggo tombo kangen jroning dodo
(Untuk mengobati rindu di dalam dada)

[Didi Kempot - Sewu Kuto]

Sabtu, 26 Januari 2008

Love

…………………*………………...
...…………**…………..
..**……….*….*……..**
….*..*…..*…..*….*..*
……*…..*……….*.....*
……************……….
……..*..lovel…*
…..*..lovelovelo…*
…*..lovelovelove….*
..*.lovelovelovelove…*…………….*….*
.*..lovelovelovelovelo…*………*..lovel….*
*..lovelovelovelovelove…*….*…lovelovelo.*
*.. lovelovelovelovelove…*….*…lovelovelo.*
.*..lovelovelovelovelove…*..*…lovelovelo…*
..*…lovelovelovelovelove..*…lovelovelo…*
…*….lovelovelolovelovelovelovelovelo…*
…..*….lovelovelovelovelovelovelov…*
……..*….lovelovelovelovelovelo…*
………..*….lovelovelovelove…*
……………*…lovelovelo….*
………………*..lovelo…*
…………………*…..*
………………….*..*

Kamis, 24 Januari 2008

Efek Sering Marah

Walau bisa melepaskan emosi yang terpendam, marah ternyata juga punya segudang efek negatif. Selain efek psikologis, efek fisiknya juga nggak kalah banyak lho! Apa aja tuh?

Ciri-ciri fisik dan emosional orang yang tengah marah, sudah jadi pertanda buruk bagi kesehatan. Coba saja kita lihat:

Tanda-tanda Secara Fisik
Tekanan darah meningkat, hormon stres meninggi, nafas jadi pendek, jantung berdebar, gemetar, membentak, pupil berkontraksi dengan tidak teratur, kekuatan fisik meningkat, impotensi, cara bicara dan gerak lebih cepat dan sering, lebih sensitif. Jelas tanda-tanda ini akan mengakibatkan pergerakan sel dan hormon dalam tubuh jadi tidak sesuai.

Tanda-tanda Secara Emosional
Kritis, pendengki, pendiam, tingkah lakunya agresif, cemburuan, percaya diri rendam, mudah menilai orang dengan negatif, kerap mengutuk orang, selalu tak enak perasaannya, depresi, gelisah, lesu dan mudah lelah.

Nah, banyak sekali kerugian yang bisa didapat dari amarah. Namun amarah memang tak bisa diprediksi. Datang dan pergi begitu saja. Namun ada cara untuk menghadapi rasa kesal yang sering muncul

Tiga Cara Menghadapi Amarah

1. Melihat situasi dengan cara yang berbeda.

Amarah biasanya datang lewat kejadian di sekitar kita. Bisa apa saja tanpa terduga bahkan sepele. Oleh karena itu setiap Anda merasa akan datang masalah, coba pandang masalah itu dari sudut pandang yang berbeda. Ubah pemikiran kita tantang apa yang tengah terjadi dan secara dramatis Anda bisa merubah perasaan Anda tentang hal tersebut.

2. Relaks dan kalem.
Sekali terperangkap oleh amarah kita jadi tak bisa berpikir dengan jernih dan memecahkan masalah dengan baik. Solusinya, Anda harus bisa cooling down sebelum berusaha melakukan sesuatu. Jika perasaan Anda tidak tenang, yang ada nanti masalah malah akan semakin membesar. Coba tarik nafas dalam-dalam dan berkonsentrasi melakukan sesuatu. Jangan terburu-buru. Biarkan perasaan tenang dulu.

3. Bersabar.
Jika Anda terperangkap dalam situasi yang sangat menyebalkan cobalah untuk bersabar. Karena ini juga akan membuat Anda bisa hidup dengan lebih sehat dan awet muda. Amarah bisa disamakan dengan kegemukan. Ia ada dimana-mana namun tak baik untuk siapapun. Menurut artikel yang dirilis harian Harvard Mental Health, perasaan optimis lebih baik dari pada amarah.

Dalam satu studi juga pernah disebutkan, orang dengan tekanan darah normal namun memiliki tingkat amarah yang tinggi punya potensi 3 kali lebih banyak terkena serang jantung. Jadi, masih suka marah-marah?

Ketika Marah...

Marah adalah aspek emosional pada manusia yang merupakan reaksi atas hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. mampu mempengaruhi kondisi fisiologis, meningkatkan hormon adrenalin, cortisol. marah bisa membangkitkan stimulus listrik pada hipothalamus yang akan menaikkan kadar adrenalin dalam darah.

Terangsangnya saraf simpatik akan menyebabkan bertambah aliran darah ke kulit, hati, lambung dan jantung. hormon cortisol sendiri meningkat yang akan menekan sistem imun dalam tubuh.

Menurut psikologi marah adalah perasaan. Amarah datang dari bagian otak yang sangat tua dan biasanya berlangsung hanya selama satu hingga dua detik saja. Namun amarah ini bisa berlangsung dalam jangka waktu lama.

Ciri-ciri fisik dan emosional orang yang tengah marah sudah jadi pertanda buruk bagi kesehatan: Tekanan darah meningkat, hormon stress meninggi, nafas jadi pendek, jantung berdebar, gemetar, membentak, pupil berkontraksi tidak teratur, kekuatan fisik meningkat, impotensi cara bicara dan gerak lebih cepat dan sering, lebih sensitif. Jelas tanda-tanda ini akan mengakibatkan pergerakan sel dan hormon dalam tubuh jadi tak sesuai.

Memang, menahan marah bukan pekerjaan gampang, sangat sulit untuk melakukannya. Ketika ada orang bikin gara-gara yang memancing emosi kita, barangkali darah kita langsung naik ke ubun-ubun, tangan sudah gemetar mau memukul, sumpah serapah sudah berada di ujung lidah tinggal menumpahkan saja. Tapi jika saat itu kita mampu menahannya, maka bersyukurlah, karena kita termasuk orang yang kuat.

Sebenarnya kita tidak dilarang marah namun diperintahkan untuk mengendalikannya agar tidak sampai menimbulkan efek negatif.