Minggu, 14 Oktober 2018

NUANSA RUMAH KITA (50)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (50)
*Happy Aniversary
Oleh Agust Wahyu

Perjalanan cinta Tari dan Mas Hen memang tidaklah selalu berjalan mulus dan nyaman begitu saja, kadang hambatan dan perbedaan pendapat juga kerap kali mengisi kisah romansa cinta mereka. Hen juga mengetahui bahwa Tari tak akan selalu sabar dengannya. Tapi kadang Hen juga kerap kali bertingkah bodoh hanya demi memenangkan statement yang diyakininya. Dia kadang hanya berlaku pasrah dan meyakini bahwa Tari akan memaafkannya bila dia berbuat salah. Dia terlalu yakin bila Tari akan selalu menggenggam erat kedua sayapnya sehingga tak akan meninggalkannya. Sikap ini yang kemarin menjengkelkan Tari. Kepergian Hen ke kota untuk belanja keperluan kebun dan reuni sama teman-temannya hingga larut malam tanpa kabar sedikitpun. Tari yang menantinya di rumah tentunya sangat cemas, apalagi kondisi Hen yang sangat tergantung dengan kursi rodanya.

“Selamat malam, Sayang…,” sapa Hen dengan lembut pada istrinya sama sekali tak digubris. Tari langsung masuk kamar dan berusaha membaringkan tubuhnya. Satu sisi dia merasa lega karena suaminya telah tiba di rumah dengan selamat tapi sisi lain dia hatinya teriris perih merasa sebagai istri tidak diperhatikan sama sekali. Ingin rasanya dia menangis, tapi berusaha ditahannya dehingga sesak di dada. Dikatupnya kedua matanya dengan rapat dan ditutupnya lagi mukanya dengan bantal. Lampu kamarnya juga dimatikannya tak menyisakan lampu kecil di sudut kamar seperti biasa. Dia tak menggubris sama sekali, apa yang akan dilakukann suaminya. Apakah akan mandi dengan air hangat yang sudah disiapkan tapi kembali dingin? Apakah akan makan malam dengan lauk kesukaannya yang juga sudah dingin karena sudah disiapkan sedari sore hari.

Tari tak tahu kapan mulai tertidur. Saat dia membalik tubuhnya, tangannya merasakan begitu dingin tempat tidur di sampingnya. Saat digerakkan, tangannya menyentuh sesuatu yang bukin kaget. Sebuah kado untuknya. “Buat Tari, istriku tercinta.” Dia baru sadar kalau hari itu adalah ulang tahun perkawinannya. Dibuka pelan-pelan kotak dengan pita yang indah seikat bunga warna merah itu. Didapati sebuah gelang indah berukir namanya dan secarik kertas yang bertuliskan tangan Hen. “Bantu aku terus dengan genggaman hangatmu. Aku akan selalu bertahan untuk terus bersamamu. Walau aku tak mampu berlari tapi aku tak akan pernah malas untuk menjemput pelukmu.” Dan Tari hanya dapat meneteskan air mata hingga tak sadar orang yang begitu mencintainya memeluknya.

#nuansarumahkita
#pentigraf_aw

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Selasa, 11 September 2018

NUANSA RUMAH KITA (49)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (49)
*Foto-foto Jadul
Oleh Stella Christiani Ekaputri Widjaja

"Aku pingin beli HP baru ah, Mas", kata Tari pada Mas Hen. Memang sudah beberapa waktu ini dia merasa gawainya mulai llambat dan itu menjengkelkan sekali. Setiap kali dia harus menunggu beberapa detik untuk membuka atau berpindah aplikasi. Memang tidak terlalu lama tapi tetap saja itu mengganggu. Jadi dia ingin menggantinya. Apalagi saat dilihatnya beberapa teman di kantor juga sudah mengupgrade gawai mereka dengan keluaran baru. Setiap ada iklan di TV Tari makin tergoda. Sudah beberapa waktu dia juga membanding-bandingkan harga dan berbagai fitur canggih yang ditawarkan.

"Jangan terburu-buru. Kamu bersihkan saja dulu HP-mu. Hapuslah foto-foto, video-video dan aplikasi-aplikasi yang jarang kau gunakan," jawab Mas Hen. Tari sudah hampir membantah. Memilah-milah foto-foto itu kan menghabiskan waktu. Dan lagi ada ribuan foto di gawainya. Lebih asyik jika beli gawai baru apalagi yang kameranya lebih canggih dan memorinya lebih besar. Tapi Tari pikir Mas Hen ada benarnya juga. Membeli gawai baru akan mengurangi tabungan yang rencananya akan mereka gunakan untuk merenovasi rumah mereka. Rencana itu sudah beberapa kali tertunda karena Mas Hen kehilangan pekerjaan sehingga tabungan mereka sedikit banyak terkuras.

Sejenak kemudian Tari sudah mulai sibuk membuka satu per satu folder foto-foto di gawainya. Dengan telaten dihapusnya gambar-gambar humor yang dikirim kawan-kawannya. Foto-foto yang mirip dipilihnya hanya yang terbaik. Sesaat dia mengusap air mata tapi kemudian tertawa. Ada begitu banyak kenangan yang terangkat kembali karena melihat-lihat foto-foto lamanya. Ada fotonya dan Mas Hen pada kencan pertama mereka di pinggir danau. Ditemukannya juga foto sepiring lasagna. Tari jadi teringat suatu hari mas Hen mengajaknya kencan di sebuah cafe. Lasagnanya enak dan mas Hen suka sekali. Dia berjanji untuk membuatkan tapi lalu janji itu terlupakan. Kini dia diingatkan. Nanti sore dia memenuhi janjinya yang sudah sekian lama terabaikan.

#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Senin, 10 September 2018

NUANSA RUMAH KITA (48)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (48)
*Amplop Merah Jambu
Oleh: Jenny Seputro

Untuk yang kesekian kalinya, Tari melihat Nila menghela napas berat. Kopi di hadapannya baru berkurang seteguk. Sudah beberapa tahun Tari kehilangan kontak dengan sahabat SMA-nya itu. Tidak sengaja bertemu, ternyata Nila sudah bercerai dari suaminya. Kepada Tari, Nila berterus terang kalau ia masih memikirkan Bobby, salah satu teman dekat mereka masa sekolah dulu. Semua orang tahu kalau Bobby dulu menyukai Nila, tapi tidak pernah berani mengungkapkannya. "Andaikan dia berani nembak aku ya Ri," kata Nila dengan nada menyesal, "mungkin seharusnya aku juga tidak jual mahal. Aku bisa bilang duluan kalau aku juga sayang padanya." Ia tidak pernah sungguh-sungguh mencintai mantan suaminya. Ternyata hingga kini hatinya masih tertambat pada Bobby.

Setelah pertemuan dengan Nila itu, Tari berusaha mencari jejak Bobby di media sosial. Lewat beberapa teman lama, akhirnya Tari menemukannya. Bobby begitu gembira bisa menyambung kontak lagi dengan Tari. Setelah berbasa-basi dan saling bertukar kabar, pembicaraan menjadi serius. Karena pernyataan cintanya tidak digubris oleh Nila, Bobby akhirnya menurut saja dijodohkan dengan gadis pilihan orang tuanya. Perkawinan tanpa cinta itupun akhirnya kandas. "Kurasa aku masih mencintai Nila. Entah di mana dia sekarang," tulisnya. Walau tidak bisa melihat wajahnya, Tari dapat merasakan kesedihan kawan lamanya itu.

Tari tahu kalau Bobby memang pernah menuliskan ungkapan hatinya untuk Nila. Surat itu terlipat rapi dalam sebuah amplop merah jambu. Hanya saja Nila tidak pernah menerimanya. Amplop itu diselipkan Bobby ke dalam saku jaket yang dipakai Nila. Jaket milik Tari yang kebetulan dipinjamkan untuk sahabatnya itu. Tidak ada yang tahu kalau dulu Tari pun mengharapkan cinta Bobby. Tari masih didera rasa bersalah karena tidak pernah menyampaikan surat itu. Selama ini alasannya karena Nila dan Bobby sudah memiliki pasangan masing-masing. Tapi sekarang mereka sama-sama sendiri. Diteleponnya Nila, untuk bertemu di sebuah kafe. Dihubunginya Bobby, untuk bertemu di kafe yang sama. Tari memasukkan amplop merah jambu yang sudah bertahun-tahun disimpannya ke dalam tas tangannya. Semoga belum terlambat untuk meminta maaf.

Perth, 10 September 2018
#pentigraf_lepas
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Minggu, 09 September 2018

NUANSA RUMAH KITA (47)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (47)
*Rapat Perusahaan
Oleh : Yosep Yuniarto

Saat sedang membersihkan rumah, Tari menemukan pakaian kerja lamanya yang sudah usang. Walau begitu ia sudah menyimpannya lebih dari sepuluh tahun. Baju itu mengingatkannya akan masa-masa sulit yang berhasil dilaluinya. Dulu begitu lulus SMA, Tari bekerja sebagai resepsionis di ibukota, sekitar tiga jam perjalanan dari rumahnya. Profesi yang menuntutnya harus selalu bersikap ramah dan murah senyum walau hati sedang galau. Seperti saat ibunya memberitahu lewat telpon bahwa adiknya yang SMP sudah beberapa bulan menunggak biaya sekolah. Penghasilan orang tuanya tak menentu. Sedangkan gaji Tari setelah dipotong untuk bayar kost, makan dan berbagai kebutuhan lainnya hanya ada lebih sedikit. Tari juga hanya bisa pulang ke rumah tiap satu bulan sekali.

Suatu hari perusahaan Tari mengadakan rapat dan evaluasi tahunan. Pak Paulus, sang direktur utama memasuki ruang rapat dan langsung menghimbau para karyawan untuk maju memenuhi deretan kursi bagian depan yang masih kosong. Mbak Bertha mengajak Tari untuk duduk di deretan kursi baris ke dua. Baris pertama untuk para pimpinan perusahaan. Namun tetap banyak karyawan yang memilih untuk duduk di deretan tengah bahkan belakang. Mungkin bagi mereka acara rapat seperti ini bukan sesuatu yang menarik bahkan membosankan. Jika duduk di deretan depan tentu jadi tidak bebas untuk mengobrol atau bermain gawai. Pak Paulus segera memulai rapat. Rupanya beliau kurang peduli meski deretan kursi depan masih banyak yang kosong. Tari nampak serius mengikuti dan memperhatikan berbagai hal yang disampaikan dalam rapat tersebut. Beberapa manajer menyampaikan laporan hasil-hasil yang sudah dicapai oleh divisinya. Pak Paulus kembali ke depan dan nampaknya bersiap hendak mengakhiri acara rapat.

Namun tiba-tiba sang direktur flamboyan itu meminta para peserta rapat untuk melongok ke bawah kursi masing-masing. Bagi yang menemukan sesuatu, segera dibaca dan maju ke depan! Tari menemukan sebuah amplop berisi sebuah kertas bertuliskan Satu Juta Rupiah, begitu juga dengan Mba Bertha. Ternyata diam-diam Pak Paulus sudah merancang sebuah kejutan. Beliau sengaja menaruh voucher belanja di bawah semua kursi deretan baris kedua. Namun yang beruntung mendapatkannya hanya Tari dan Mbak Bertha. Karyawan lain hanya dapat menyesal bercampur iri kepada mereka berdua. Tari amat gembira, sekarang dia dapat menyisihkan gajinya nanti untuk membayar semua tunggakan biaya sekolah adiknya. Tari juga hendak membelikan dia tas dan sepatu baru karena yang dipunyai sekarang sudah amat lusuh.

Tegal, 9 September 2018
#pentigraf_lepas
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Jumat, 07 September 2018

NUANSA RUMAH KITA (46)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (46)
*Mulut ke Mulut
Oleh: Merry Srifatmadewi

Hanya satu hari Tari berniat membantu berjaga di Rumah Duka. Bukan pada hari pertama tapi jatuh pada hari ketiga. Tubuhnya masih terasa lelah dan belum cukup istirahat sejak terakhir membantu berjaga selama tiga hari berturut-turut dari pagi hingga malam di Rumah Duka seminggu yang lalu. Dari pagi hingga malam tangannya tidak berhenti bekerja. Mulai menulis nomor di buku tamu, menambahkan isi wadah makanan, mengelap meja, menerima amplop dari pelayat, melipat kertas sembahyangan. Tidak lupa sebelum berangkat, Tari membeli sedikit makan siang untuk keluarga yang berduka terutama untuk saudaranya yang baru tiba dari Negara Kangguru.

Masih banyak yang harus diurus, dari pemesanan kendaraan untuk berangkat ke pemakaman, iring-iringan voorijder, memesan kue dan nasi kotak menjelang malam kembang hingga pemesanan makanan untuk para pelayat makan di dekat pemakaman. "Harga nasi kotak ada yang murahan ga?" tanya Anita, saudaranya yang dari Negara Kangguru. Sebelumnya Anita ingin mengikuti kemauan istri almarhum memesan makanan dari restoran terkenal 24 jam, sayang harganya lumayan kemahalan. Tari bingung mau pesan ke siapa makanan yang harganya agak murahan tapi enak karena itu merupakan beban moral tersendiri.

Diambilnya kertas catatan kumal dari dompetnya yang berisi nama pedagang kue dan makanan. Ada yang agak murah tapi harus ambil sendiri. Ada yang bukanya siang, sedangkan yang dibutuhkan makanan yang jam tujuh pagi sudah siap berada di Rumah Duka sebelum diangkut ke pemakaman. Ditelusurinya lagi nama demi nama. Ahaaa... mengapa tidak berbagi rezeki pada saudara juga, makanannya cukup enak, harga murah tapi tidak murahan dan bisa diantar tepat waktu. Pujian tentang makanan diterima oleh Tari. Ada kepuasan ketika bisa membantu memesan yang terbaik. Tak lupa Tari menyampaikan kabar sukacita pada saudaranya, pemilik restoran. "Tar, terima kasih atas pesanannya. Karena pertolonganmu aku dapat sedikit bernapas. Sejak peraturan ganjil genap ASIAN Games diterapkan, usahaku sangat sepi sekali."

Jakarta, 6 September 2018.
#pentigrafSF
#pentigraf_lepas
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Kamis, 06 September 2018

NUANSA RUMAH KITA (45)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (45)
*Malaikat Tak Bersayap 
Oleh : Jenny Seputro 

Belakangan ini Tari merasa uring-uringan. Entah mengapa ia seolah meragukan cinta Mas Hen untuknya. Mungkin karena aktivitasnya menulis di media-media sosial. Tetapi Tari tidak ingin menjadi seorang istri yang tidak rasional. Ia juga tidak ingin bertanya pada Mas Hen, salah-salah dianggap cemburu buta. Siang itu Tari makan sendirian di sebuah pujasera, sambil berdoa minta petunjuk untuk menenangkan keresahannya. Alangkah baiknya seandainya zaman sekarang Tuhan masih mengirimkan malaikatnya. Tari meraba liontin berinisial LH, Lestari-Hendra, yang tergantung di lehernya sambil melamun. Seorang laki-laki berpenampilan rapi dan menarik duduk di seberang Tari. Ia tersenyum, sebelum melontarkan pujian pada liontin kalung yang dipakai Tari itu. 

Pria itu melanjutkan bahwa kalung inisial seperti itu adalah tanda sayang seorang suami untuk istrinya di hari ulang tahun perkawinan. Dia juga bilang kalau Tari seorang wanita yang beruntung, suaminya betul-betul menyayanginya meskipun kondisi fisiknya tidak sempurna. Tari terpana, bagaimana dia bisa tahu semuanya itu? Mereka jadi asyik bercakap-cakap, hingga laki-laki itu melirik jam tangannya, lalu cepat-cepat berdiri. "Jangan galau ya Mbak Tari," katanya sambil pamit pergi. Tari terhenyak, seingatnya tadi dia tidak memperkenalkan diri. Orang itu jelas bukan teman lama atau rekan Mas Hen. Cepat-cepat Tari menyusul keluar, dan benar saja orang itu sudah lenyap bagai ditelan bumi. Mungkin Tuhan memang masih mengirimkan malaikat untuk menjawab kegalauannya. 

Sementara itu di bilangan Pasar Baru, seorang laki-laki berlari-lari masuk ke sebuah toko perhiasan. Gara-gara asyik mengobrol, jam makan siangnya molor sepuluh menit, salah-salah nanti dia dipecat. Terpaksa ia harus berlari kembali ke toko. Ia gembira telah membuat wajah Tari yang tadi murung kembali ceria. Masih teringat jelas olehnya beberapa bulan yang lalu saat seorang pria memakai tongkat, memesan sebuah liontin berinisial LH dengan desain khusus untuk istrinya. Ia dapat melihat cinta kliennya itu yang begitu besar kepada istrinya. Liontin itu adalah desain terindah yang pernah dibuatnya, dan ia tak mengira hari ini dapat melihatnya menggantung di leher pemiliknya yang cantik.

Perth, 6 September 2018
#nuansarumah kita

Penulis yang sudah berpartisipasi

Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Kamis, 30 Agustus 2018

NUANSA RUMAH KITA (44)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (44)
*Vape
Oleh Merry Srifatmadewi

Tari menatap seorang eksekutif muda yang sedang duduk gelisah di sebuah kantin. Di meja pria tersebut tergeletak sebungkus rokok, korek api, secangkir kopi sambil berkali-kali menyedot vape. Mungkin pria itu gelisah stress terhadap pekerjaannya atau sedang menunggu seseorang tapi bukan itu yang menarik dipikirkan di benak Tari. Pikiran teringat akan temannya yang meninggal dalam usia muda, punya jabatan penting di perusahaannya. Saat itu usia temannya baru 30 tahun. Suka merokok. Sejak dokter melarangnya merokok karena ada vlek di parunya, dia menuruti perkataan dokter. Berhenti total merokok karena secara mengejutkan ayah yang dicintainya meninggal akibat kanker paru.

Berjalan tiga bulan temannya sanggup menahan tidak merokok, paling-paling begadang teringat ayahnya yang meninggal mendadak setelah dikira ada kesembuhan. Untuk menenangkan diri yang semakin galau, temannya memilih vape yang "katanya" lebih aman daripada rokok. Tahu-tahunya ditemukan pingsan di unit apartemen dan hanya dua hari dirawat di Rumah Sakit kemudian menyusul ayahnya, meninggal karena kanker paru. Tari menyadari dia tidak mengenal eksekutif muda itu dan belum tentu bila dia menginformasikan atau menceritakan kesaksian tentang temannya dapat membawa pencerahan bagi pria itu. Tari memilih diam dan menikmati sarapan paginya.

Sayang seribu sayang sejak kejadian memilih diam menimbulkan rasa bersalah pada diri Tari. Bangsa kita lebih suka memilih diam untuk kebenaran. Tari menyesal tidak berbuat sesuatu untuk menyelamatkan atau setidaknya mencegah. Apa yang telah berlalu biarlah berlalu. Berpijak hari ini untuk hari esok yang lebih baik. Tari mulai menulis dan berbagi, menjangkau lebih banyak orang untuk lebih mengerti arti pentingnya kesehatan. Memang benar bila belum waktunya mati, takkan mati. Tetapi bila sakit, menguras banyak uang, waktu dan psikis keluarga yang tidak terlintas dalam pikiran bila sampai harus dirawat di Rumah Sakit dan pasienpun sangat menderita menjalani pengobatan demi pengobatan menyakitkan. Kesehatan adalah investasi berharga dan tidak dapat dinilai dengan uang semata.

Jakarta, 28 Agustus 2018.
#pentigrafSF
#pentigraf_lepas
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara, Kriswo Rini

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Senin, 27 Agustus 2018

NUANSA RUMAH KITA (43)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (43)
*Hal yang Tak Terduga
Oleh Kriswo Rini

Setiap hari Tari disibukkan dengan kegiatan berjualan di warung kecilnya. Lumayan, penghasilan dari warung sayuran sederhana yang sedikit itu bisa menopang kehidupan keluarganya. Apalagi saat ini sang suami tidak mampu bekerja lagi. Karena kesibukannya itu ia tidak bisa lagi mengunjungi kakak serta kedua orang tuanya sesering dahulu. Suatu hari dalam sebuah acara keluarga, Tari menyempatkan menghadirinya. Sekali-sekali menutup warung untuk bersilaturahmi dengan keluarga tak akan membuatnya rugi. Bagaimanapun ia merindukan Kakak, juga Ayah dan Ibu.

Sudah menjadi kebiasaan, Tari selalu membawa buah tangan jika berkunjung, ia hampir hapal semua makanan kesukaan Kakak dan kedua orang tuanya. Dibelinya oleh-oleh untuk mereka dari penghasilannya yang tidak seberapa. Kue dan buah-buahan terbaik menurut Tari. Dengan gembira ia bergabung dalam kegembiraan keluarga. Mia kakak Tari memeluknya lalu mengatakan betapa kangennya ia pada Tari. Lalu nasehat-nasehat dari semua keluarganya di dengar Tari dengan penuh perhatian. Mereka menyarankan sesulit apapun keadaannya, tali silaturahmi harus selalu dijaga. Jangan sampai terputus di Jalan. Jangan sampai sibuk bekerja hingga melupakan saudara. Sebagai saudara harus saling membantu. Nasehat itu selalu Tari ingat. Hingga sore hari acara itu selesai. Setelah Tari melambaikan tangan pada kakaknya yang pulang terlebih dahulu dengan mobil pribadinya, Taripun pulang menggunakan angkutan umum seperti saat berangkat.

Tiba di rumah, Gendis anak bungsunya itu memberitahukan ia telah diterima di perguruan tinggi ternama, dan tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tari pun gembira dan was was, memikirkan dari mana bisa mendapatkan uang kuliah untuk anaknya. Tapi ia tetap menyemangati Gendis anaknya. Di tengah kekhawatirannya, Tari masih sempat mengabari Mbak Mia, kakak sulungnya. Ucapan selamat dan semoga sukses diterima diterimanya. Dan yang sangat mengharukan adalah doa dari Mbak Mia dan pesannya, "Nanti uang kuliah Gendis biar mbak yang bayar ya." Tuhan ternyata mendengar doa-doa Tari selama ini.

#nuansarumah kita
Boyolali, 27082018

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

NUANSA RUMAH KITA (42)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (42)
*Penjual Beras Merah
Oleh Agust Wahyu

Pasar sudah mulai sepi pembeli, malahan ada penjual yang telah mengemasi barang-barangnya karena dagangannya yang sudah habis terjual. Tapi tidak dengan Mbok Jumilah. Dia yang menempati sebuah kios kecil di pojok pasar hanya dapat termenung memandang jualannya yang masih tertata rapi. Belum satu pun beras merah yang dijajakannya terjual. "Mbok... regone piro?" pengunjung yang lewat biasanya sebatas bertanya kemudian berlalu. Mungkin karena lokasi kiosnya yang kurang strategis, beras merah organik yang dijualnya cukup mahal, atau karena belum banyak orang yang mengetahui manfaat beras merah dibandingkan dengan beras putih.

Tari sudah mengamati Mbok Jum setiap belanja di pasar. Dalam usianya yang renta, orang tua yang hidup sendiri itu harus terus berjuang menghidupi dirinya. Tari berpikir keras bagaimana dapat membantunya tanpa banyak merugikan dirinya. Dari cerita yang telah dituturkannya, Mbok Jum berdagang di situ atas kebaikan pemiliknya. Dia hanya mendapat keuntungan dari yang dijualnya tanpa perlu mengeluarkan modal terlebih dahulu.

Kejadian di atas terjadi setahun yang lalu. Kini semua telah berubah. "Mbok Jum, jangan lupa saya pesan 5 kg ya," kata pembeli secara bergantian. Kios kecil di sudut pasar tersebut kini tak pernah sepi pembeli. Semua itu karena Tari. Sebelum Mbok Jum menjualnya, Tari mengemasnya kembali dalam kemasan yang lebih bagus. Lalu dia juga menyertainya dengan brosur tentang manfaat dan kelebihan mengkonsumsi beras merah. Selain itu Tari melakukan promosi dan menjualnya secara online.

Dukuh Sari. 18 Agustus 2018
#nuansarumahkita
#pentigraf_aw

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Jumat, 24 Agustus 2018

NUANSA RUMAH KITA (41)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (41)
*Mas Hen Ikut Lomba
Oleh Waty Sumiati Halim

Tari melirik arlojinya. Masih ada waktu, batin Tari sambil mempercepat langkahnya. Ia ingin segera tiba di rumah. Hari ini akan menjadi hari istimewa. Setelah berbelas tahun berlalu, pagi ulang tahun kemerdekaan tanah air tahun ini mencatat sejarah baru. Mas Hen mau ikut lomba! Sejak masa kanak-kanaknya, Tari nyaris tak pernah absen dari kegiatan perayaan ulang tahun kemerdekaan RI. Ia senang ikut berbagai lomba di lingkungan rumahnya setelah ikut upacara di sekolah. Pada malam harinya Tari juga ikut pagelaran malam hiburan. Entah ikut menari, menyanyi atau ikut kabaret. Dan semuanya harus ia lupakan untuk menjaga perasaan Mas Hen.

Entah apa yang menyebabkan Mas Hen berubah. Menjelang tidur tadi malam, Mas Hen membelai pipinya dengan lembut sambil berbisik, "Besok pulang upacara di kantor kita ke lapangan ya? Tahun ini aku mau ikut lomba.." Tentu saja Tari kaget. Namun ia memilih menyembunyikan perasaannya dan merespon dengan memeluk suaminya erat. Tak perlu alasan. Perkembangan yang baik ini hanya untuk disyukuri dan tak perlu dipertanyakan, pikir Tari.

Meski harus duduk di kursi rodanya, Mas Hen tampak bersemangat menanti acara lomba yang ingin diikutinya. Dan ia begitu antusias menyemangati saat Tari ikut berbagai lomba bersama para ibu lainnya. Serasa dilambungkan ke sebuah negeri di awan, Tari nyaris tak dapat menahan air matanya. Mas Hen amat menikmati pagi tujuh belas agustusan di lapangan kompleks perumahan mereka. Bahkan saat mengikuti lomba, Mas Hen tampak sungguh-sungguh berusaha melakukan yang terbaik. Dan hasilnya luar biasa. Mengundang haru dan menguras air mata Tari hanya mampu membisikkan doa yang amat singkat, "Oh, Tuhan, Trimakasih!" ketika ia mengetahui Mas Hen menjuarai lomba makan kerupuk..

Bandung, 17072018
#Pentigraf Weesha
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi