Selasa, 11 September 2018

NUANSA RUMAH KITA (49)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (49)
*Foto-foto Jadul
Oleh Stella Christiani Ekaputri Widjaja

"Aku pingin beli HP baru ah, Mas", kata Tari pada Mas Hen. Memang sudah beberapa waktu ini dia merasa gawainya mulai llambat dan itu menjengkelkan sekali. Setiap kali dia harus menunggu beberapa detik untuk membuka atau berpindah aplikasi. Memang tidak terlalu lama tapi tetap saja itu mengganggu. Jadi dia ingin menggantinya. Apalagi saat dilihatnya beberapa teman di kantor juga sudah mengupgrade gawai mereka dengan keluaran baru. Setiap ada iklan di TV Tari makin tergoda. Sudah beberapa waktu dia juga membanding-bandingkan harga dan berbagai fitur canggih yang ditawarkan.

"Jangan terburu-buru. Kamu bersihkan saja dulu HP-mu. Hapuslah foto-foto, video-video dan aplikasi-aplikasi yang jarang kau gunakan," jawab Mas Hen. Tari sudah hampir membantah. Memilah-milah foto-foto itu kan menghabiskan waktu. Dan lagi ada ribuan foto di gawainya. Lebih asyik jika beli gawai baru apalagi yang kameranya lebih canggih dan memorinya lebih besar. Tapi Tari pikir Mas Hen ada benarnya juga. Membeli gawai baru akan mengurangi tabungan yang rencananya akan mereka gunakan untuk merenovasi rumah mereka. Rencana itu sudah beberapa kali tertunda karena Mas Hen kehilangan pekerjaan sehingga tabungan mereka sedikit banyak terkuras.

Sejenak kemudian Tari sudah mulai sibuk membuka satu per satu folder foto-foto di gawainya. Dengan telaten dihapusnya gambar-gambar humor yang dikirim kawan-kawannya. Foto-foto yang mirip dipilihnya hanya yang terbaik. Sesaat dia mengusap air mata tapi kemudian tertawa. Ada begitu banyak kenangan yang terangkat kembali karena melihat-lihat foto-foto lamanya. Ada fotonya dan Mas Hen pada kencan pertama mereka di pinggir danau. Ditemukannya juga foto sepiring lasagna. Tari jadi teringat suatu hari mas Hen mengajaknya kencan di sebuah cafe. Lasagnanya enak dan mas Hen suka sekali. Dia berjanji untuk membuatkan tapi lalu janji itu terlupakan. Kini dia diingatkan. Nanti sore dia memenuhi janjinya yang sudah sekian lama terabaikan.

#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Senin, 10 September 2018

NUANSA RUMAH KITA (48)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (48)
*Amplop Merah Jambu
Oleh: Jenny Seputro

Untuk yang kesekian kalinya, Tari melihat Nila menghela napas berat. Kopi di hadapannya baru berkurang seteguk. Sudah beberapa tahun Tari kehilangan kontak dengan sahabat SMA-nya itu. Tidak sengaja bertemu, ternyata Nila sudah bercerai dari suaminya. Kepada Tari, Nila berterus terang kalau ia masih memikirkan Bobby, salah satu teman dekat mereka masa sekolah dulu. Semua orang tahu kalau Bobby dulu menyukai Nila, tapi tidak pernah berani mengungkapkannya. "Andaikan dia berani nembak aku ya Ri," kata Nila dengan nada menyesal, "mungkin seharusnya aku juga tidak jual mahal. Aku bisa bilang duluan kalau aku juga sayang padanya." Ia tidak pernah sungguh-sungguh mencintai mantan suaminya. Ternyata hingga kini hatinya masih tertambat pada Bobby.

Setelah pertemuan dengan Nila itu, Tari berusaha mencari jejak Bobby di media sosial. Lewat beberapa teman lama, akhirnya Tari menemukannya. Bobby begitu gembira bisa menyambung kontak lagi dengan Tari. Setelah berbasa-basi dan saling bertukar kabar, pembicaraan menjadi serius. Karena pernyataan cintanya tidak digubris oleh Nila, Bobby akhirnya menurut saja dijodohkan dengan gadis pilihan orang tuanya. Perkawinan tanpa cinta itupun akhirnya kandas. "Kurasa aku masih mencintai Nila. Entah di mana dia sekarang," tulisnya. Walau tidak bisa melihat wajahnya, Tari dapat merasakan kesedihan kawan lamanya itu.

Tari tahu kalau Bobby memang pernah menuliskan ungkapan hatinya untuk Nila. Surat itu terlipat rapi dalam sebuah amplop merah jambu. Hanya saja Nila tidak pernah menerimanya. Amplop itu diselipkan Bobby ke dalam saku jaket yang dipakai Nila. Jaket milik Tari yang kebetulan dipinjamkan untuk sahabatnya itu. Tidak ada yang tahu kalau dulu Tari pun mengharapkan cinta Bobby. Tari masih didera rasa bersalah karena tidak pernah menyampaikan surat itu. Selama ini alasannya karena Nila dan Bobby sudah memiliki pasangan masing-masing. Tapi sekarang mereka sama-sama sendiri. Diteleponnya Nila, untuk bertemu di sebuah kafe. Dihubunginya Bobby, untuk bertemu di kafe yang sama. Tari memasukkan amplop merah jambu yang sudah bertahun-tahun disimpannya ke dalam tas tangannya. Semoga belum terlambat untuk meminta maaf.

Perth, 10 September 2018
#pentigraf_lepas
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Minggu, 09 September 2018

NUANSA RUMAH KITA (47)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (47)
*Rapat Perusahaan
Oleh : Yosep Yuniarto

Saat sedang membersihkan rumah, Tari menemukan pakaian kerja lamanya yang sudah usang. Walau begitu ia sudah menyimpannya lebih dari sepuluh tahun. Baju itu mengingatkannya akan masa-masa sulit yang berhasil dilaluinya. Dulu begitu lulus SMA, Tari bekerja sebagai resepsionis di ibukota, sekitar tiga jam perjalanan dari rumahnya. Profesi yang menuntutnya harus selalu bersikap ramah dan murah senyum walau hati sedang galau. Seperti saat ibunya memberitahu lewat telpon bahwa adiknya yang SMP sudah beberapa bulan menunggak biaya sekolah. Penghasilan orang tuanya tak menentu. Sedangkan gaji Tari setelah dipotong untuk bayar kost, makan dan berbagai kebutuhan lainnya hanya ada lebih sedikit. Tari juga hanya bisa pulang ke rumah tiap satu bulan sekali.

Suatu hari perusahaan Tari mengadakan rapat dan evaluasi tahunan. Pak Paulus, sang direktur utama memasuki ruang rapat dan langsung menghimbau para karyawan untuk maju memenuhi deretan kursi bagian depan yang masih kosong. Mbak Bertha mengajak Tari untuk duduk di deretan kursi baris ke dua. Baris pertama untuk para pimpinan perusahaan. Namun tetap banyak karyawan yang memilih untuk duduk di deretan tengah bahkan belakang. Mungkin bagi mereka acara rapat seperti ini bukan sesuatu yang menarik bahkan membosankan. Jika duduk di deretan depan tentu jadi tidak bebas untuk mengobrol atau bermain gawai. Pak Paulus segera memulai rapat. Rupanya beliau kurang peduli meski deretan kursi depan masih banyak yang kosong. Tari nampak serius mengikuti dan memperhatikan berbagai hal yang disampaikan dalam rapat tersebut. Beberapa manajer menyampaikan laporan hasil-hasil yang sudah dicapai oleh divisinya. Pak Paulus kembali ke depan dan nampaknya bersiap hendak mengakhiri acara rapat.

Namun tiba-tiba sang direktur flamboyan itu meminta para peserta rapat untuk melongok ke bawah kursi masing-masing. Bagi yang menemukan sesuatu, segera dibaca dan maju ke depan! Tari menemukan sebuah amplop berisi sebuah kertas bertuliskan Satu Juta Rupiah, begitu juga dengan Mba Bertha. Ternyata diam-diam Pak Paulus sudah merancang sebuah kejutan. Beliau sengaja menaruh voucher belanja di bawah semua kursi deretan baris kedua. Namun yang beruntung mendapatkannya hanya Tari dan Mbak Bertha. Karyawan lain hanya dapat menyesal bercampur iri kepada mereka berdua. Tari amat gembira, sekarang dia dapat menyisihkan gajinya nanti untuk membayar semua tunggakan biaya sekolah adiknya. Tari juga hendak membelikan dia tas dan sepatu baru karena yang dipunyai sekarang sudah amat lusuh.

Tegal, 9 September 2018
#pentigraf_lepas
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Jumat, 07 September 2018

NUANSA RUMAH KITA (46)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (46)
*Mulut ke Mulut
Oleh: Merry Srifatmadewi

Hanya satu hari Tari berniat membantu berjaga di Rumah Duka. Bukan pada hari pertama tapi jatuh pada hari ketiga. Tubuhnya masih terasa lelah dan belum cukup istirahat sejak terakhir membantu berjaga selama tiga hari berturut-turut dari pagi hingga malam di Rumah Duka seminggu yang lalu. Dari pagi hingga malam tangannya tidak berhenti bekerja. Mulai menulis nomor di buku tamu, menambahkan isi wadah makanan, mengelap meja, menerima amplop dari pelayat, melipat kertas sembahyangan. Tidak lupa sebelum berangkat, Tari membeli sedikit makan siang untuk keluarga yang berduka terutama untuk saudaranya yang baru tiba dari Negara Kangguru.

Masih banyak yang harus diurus, dari pemesanan kendaraan untuk berangkat ke pemakaman, iring-iringan voorijder, memesan kue dan nasi kotak menjelang malam kembang hingga pemesanan makanan untuk para pelayat makan di dekat pemakaman. "Harga nasi kotak ada yang murahan ga?" tanya Anita, saudaranya yang dari Negara Kangguru. Sebelumnya Anita ingin mengikuti kemauan istri almarhum memesan makanan dari restoran terkenal 24 jam, sayang harganya lumayan kemahalan. Tari bingung mau pesan ke siapa makanan yang harganya agak murahan tapi enak karena itu merupakan beban moral tersendiri.

Diambilnya kertas catatan kumal dari dompetnya yang berisi nama pedagang kue dan makanan. Ada yang agak murah tapi harus ambil sendiri. Ada yang bukanya siang, sedangkan yang dibutuhkan makanan yang jam tujuh pagi sudah siap berada di Rumah Duka sebelum diangkut ke pemakaman. Ditelusurinya lagi nama demi nama. Ahaaa... mengapa tidak berbagi rezeki pada saudara juga, makanannya cukup enak, harga murah tapi tidak murahan dan bisa diantar tepat waktu. Pujian tentang makanan diterima oleh Tari. Ada kepuasan ketika bisa membantu memesan yang terbaik. Tak lupa Tari menyampaikan kabar sukacita pada saudaranya, pemilik restoran. "Tar, terima kasih atas pesanannya. Karena pertolonganmu aku dapat sedikit bernapas. Sejak peraturan ganjil genap ASIAN Games diterapkan, usahaku sangat sepi sekali."

Jakarta, 6 September 2018.
#pentigrafSF
#pentigraf_lepas
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Kamis, 06 September 2018

NUANSA RUMAH KITA (45)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (45)
*Malaikat Tak Bersayap 
Oleh : Jenny Seputro 

Belakangan ini Tari merasa uring-uringan. Entah mengapa ia seolah meragukan cinta Mas Hen untuknya. Mungkin karena aktivitasnya menulis di media-media sosial. Tetapi Tari tidak ingin menjadi seorang istri yang tidak rasional. Ia juga tidak ingin bertanya pada Mas Hen, salah-salah dianggap cemburu buta. Siang itu Tari makan sendirian di sebuah pujasera, sambil berdoa minta petunjuk untuk menenangkan keresahannya. Alangkah baiknya seandainya zaman sekarang Tuhan masih mengirimkan malaikatnya. Tari meraba liontin berinisial LH, Lestari-Hendra, yang tergantung di lehernya sambil melamun. Seorang laki-laki berpenampilan rapi dan menarik duduk di seberang Tari. Ia tersenyum, sebelum melontarkan pujian pada liontin kalung yang dipakai Tari itu. 

Pria itu melanjutkan bahwa kalung inisial seperti itu adalah tanda sayang seorang suami untuk istrinya di hari ulang tahun perkawinan. Dia juga bilang kalau Tari seorang wanita yang beruntung, suaminya betul-betul menyayanginya meskipun kondisi fisiknya tidak sempurna. Tari terpana, bagaimana dia bisa tahu semuanya itu? Mereka jadi asyik bercakap-cakap, hingga laki-laki itu melirik jam tangannya, lalu cepat-cepat berdiri. "Jangan galau ya Mbak Tari," katanya sambil pamit pergi. Tari terhenyak, seingatnya tadi dia tidak memperkenalkan diri. Orang itu jelas bukan teman lama atau rekan Mas Hen. Cepat-cepat Tari menyusul keluar, dan benar saja orang itu sudah lenyap bagai ditelan bumi. Mungkin Tuhan memang masih mengirimkan malaikat untuk menjawab kegalauannya. 

Sementara itu di bilangan Pasar Baru, seorang laki-laki berlari-lari masuk ke sebuah toko perhiasan. Gara-gara asyik mengobrol, jam makan siangnya molor sepuluh menit, salah-salah nanti dia dipecat. Terpaksa ia harus berlari kembali ke toko. Ia gembira telah membuat wajah Tari yang tadi murung kembali ceria. Masih teringat jelas olehnya beberapa bulan yang lalu saat seorang pria memakai tongkat, memesan sebuah liontin berinisial LH dengan desain khusus untuk istrinya. Ia dapat melihat cinta kliennya itu yang begitu besar kepada istrinya. Liontin itu adalah desain terindah yang pernah dibuatnya, dan ia tak mengira hari ini dapat melihatnya menggantung di leher pemiliknya yang cantik.

Perth, 6 September 2018
#nuansarumah kita

Penulis yang sudah berpartisipasi

Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi