Kamis, 30 Agustus 2018

NUANSA RUMAH KITA (44)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (44)
*Vape
Oleh Merry Srifatmadewi

Tari menatap seorang eksekutif muda yang sedang duduk gelisah di sebuah kantin. Di meja pria tersebut tergeletak sebungkus rokok, korek api, secangkir kopi sambil berkali-kali menyedot vape. Mungkin pria itu gelisah stress terhadap pekerjaannya atau sedang menunggu seseorang tapi bukan itu yang menarik dipikirkan di benak Tari. Pikiran teringat akan temannya yang meninggal dalam usia muda, punya jabatan penting di perusahaannya. Saat itu usia temannya baru 30 tahun. Suka merokok. Sejak dokter melarangnya merokok karena ada vlek di parunya, dia menuruti perkataan dokter. Berhenti total merokok karena secara mengejutkan ayah yang dicintainya meninggal akibat kanker paru.

Berjalan tiga bulan temannya sanggup menahan tidak merokok, paling-paling begadang teringat ayahnya yang meninggal mendadak setelah dikira ada kesembuhan. Untuk menenangkan diri yang semakin galau, temannya memilih vape yang "katanya" lebih aman daripada rokok. Tahu-tahunya ditemukan pingsan di unit apartemen dan hanya dua hari dirawat di Rumah Sakit kemudian menyusul ayahnya, meninggal karena kanker paru. Tari menyadari dia tidak mengenal eksekutif muda itu dan belum tentu bila dia menginformasikan atau menceritakan kesaksian tentang temannya dapat membawa pencerahan bagi pria itu. Tari memilih diam dan menikmati sarapan paginya.

Sayang seribu sayang sejak kejadian memilih diam menimbulkan rasa bersalah pada diri Tari. Bangsa kita lebih suka memilih diam untuk kebenaran. Tari menyesal tidak berbuat sesuatu untuk menyelamatkan atau setidaknya mencegah. Apa yang telah berlalu biarlah berlalu. Berpijak hari ini untuk hari esok yang lebih baik. Tari mulai menulis dan berbagi, menjangkau lebih banyak orang untuk lebih mengerti arti pentingnya kesehatan. Memang benar bila belum waktunya mati, takkan mati. Tetapi bila sakit, menguras banyak uang, waktu dan psikis keluarga yang tidak terlintas dalam pikiran bila sampai harus dirawat di Rumah Sakit dan pasienpun sangat menderita menjalani pengobatan demi pengobatan menyakitkan. Kesehatan adalah investasi berharga dan tidak dapat dinilai dengan uang semata.

Jakarta, 28 Agustus 2018.
#pentigrafSF
#pentigraf_lepas
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara, Kriswo Rini

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Senin, 27 Agustus 2018

NUANSA RUMAH KITA (43)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (43)
*Hal yang Tak Terduga
Oleh Kriswo Rini

Setiap hari Tari disibukkan dengan kegiatan berjualan di warung kecilnya. Lumayan, penghasilan dari warung sayuran sederhana yang sedikit itu bisa menopang kehidupan keluarganya. Apalagi saat ini sang suami tidak mampu bekerja lagi. Karena kesibukannya itu ia tidak bisa lagi mengunjungi kakak serta kedua orang tuanya sesering dahulu. Suatu hari dalam sebuah acara keluarga, Tari menyempatkan menghadirinya. Sekali-sekali menutup warung untuk bersilaturahmi dengan keluarga tak akan membuatnya rugi. Bagaimanapun ia merindukan Kakak, juga Ayah dan Ibu.

Sudah menjadi kebiasaan, Tari selalu membawa buah tangan jika berkunjung, ia hampir hapal semua makanan kesukaan Kakak dan kedua orang tuanya. Dibelinya oleh-oleh untuk mereka dari penghasilannya yang tidak seberapa. Kue dan buah-buahan terbaik menurut Tari. Dengan gembira ia bergabung dalam kegembiraan keluarga. Mia kakak Tari memeluknya lalu mengatakan betapa kangennya ia pada Tari. Lalu nasehat-nasehat dari semua keluarganya di dengar Tari dengan penuh perhatian. Mereka menyarankan sesulit apapun keadaannya, tali silaturahmi harus selalu dijaga. Jangan sampai terputus di Jalan. Jangan sampai sibuk bekerja hingga melupakan saudara. Sebagai saudara harus saling membantu. Nasehat itu selalu Tari ingat. Hingga sore hari acara itu selesai. Setelah Tari melambaikan tangan pada kakaknya yang pulang terlebih dahulu dengan mobil pribadinya, Taripun pulang menggunakan angkutan umum seperti saat berangkat.

Tiba di rumah, Gendis anak bungsunya itu memberitahukan ia telah diterima di perguruan tinggi ternama, dan tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tari pun gembira dan was was, memikirkan dari mana bisa mendapatkan uang kuliah untuk anaknya. Tapi ia tetap menyemangati Gendis anaknya. Di tengah kekhawatirannya, Tari masih sempat mengabari Mbak Mia, kakak sulungnya. Ucapan selamat dan semoga sukses diterima diterimanya. Dan yang sangat mengharukan adalah doa dari Mbak Mia dan pesannya, "Nanti uang kuliah Gendis biar mbak yang bayar ya." Tuhan ternyata mendengar doa-doa Tari selama ini.

#nuansarumah kita
Boyolali, 27082018

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

NUANSA RUMAH KITA (42)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (42)
*Penjual Beras Merah
Oleh Agust Wahyu

Pasar sudah mulai sepi pembeli, malahan ada penjual yang telah mengemasi barang-barangnya karena dagangannya yang sudah habis terjual. Tapi tidak dengan Mbok Jumilah. Dia yang menempati sebuah kios kecil di pojok pasar hanya dapat termenung memandang jualannya yang masih tertata rapi. Belum satu pun beras merah yang dijajakannya terjual. "Mbok... regone piro?" pengunjung yang lewat biasanya sebatas bertanya kemudian berlalu. Mungkin karena lokasi kiosnya yang kurang strategis, beras merah organik yang dijualnya cukup mahal, atau karena belum banyak orang yang mengetahui manfaat beras merah dibandingkan dengan beras putih.

Tari sudah mengamati Mbok Jum setiap belanja di pasar. Dalam usianya yang renta, orang tua yang hidup sendiri itu harus terus berjuang menghidupi dirinya. Tari berpikir keras bagaimana dapat membantunya tanpa banyak merugikan dirinya. Dari cerita yang telah dituturkannya, Mbok Jum berdagang di situ atas kebaikan pemiliknya. Dia hanya mendapat keuntungan dari yang dijualnya tanpa perlu mengeluarkan modal terlebih dahulu.

Kejadian di atas terjadi setahun yang lalu. Kini semua telah berubah. "Mbok Jum, jangan lupa saya pesan 5 kg ya," kata pembeli secara bergantian. Kios kecil di sudut pasar tersebut kini tak pernah sepi pembeli. Semua itu karena Tari. Sebelum Mbok Jum menjualnya, Tari mengemasnya kembali dalam kemasan yang lebih bagus. Lalu dia juga menyertainya dengan brosur tentang manfaat dan kelebihan mengkonsumsi beras merah. Selain itu Tari melakukan promosi dan menjualnya secara online.

Dukuh Sari. 18 Agustus 2018
#nuansarumahkita
#pentigraf_aw

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Jumat, 24 Agustus 2018

NUANSA RUMAH KITA (41)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (41)
*Mas Hen Ikut Lomba
Oleh Waty Sumiati Halim

Tari melirik arlojinya. Masih ada waktu, batin Tari sambil mempercepat langkahnya. Ia ingin segera tiba di rumah. Hari ini akan menjadi hari istimewa. Setelah berbelas tahun berlalu, pagi ulang tahun kemerdekaan tanah air tahun ini mencatat sejarah baru. Mas Hen mau ikut lomba! Sejak masa kanak-kanaknya, Tari nyaris tak pernah absen dari kegiatan perayaan ulang tahun kemerdekaan RI. Ia senang ikut berbagai lomba di lingkungan rumahnya setelah ikut upacara di sekolah. Pada malam harinya Tari juga ikut pagelaran malam hiburan. Entah ikut menari, menyanyi atau ikut kabaret. Dan semuanya harus ia lupakan untuk menjaga perasaan Mas Hen.

Entah apa yang menyebabkan Mas Hen berubah. Menjelang tidur tadi malam, Mas Hen membelai pipinya dengan lembut sambil berbisik, "Besok pulang upacara di kantor kita ke lapangan ya? Tahun ini aku mau ikut lomba.." Tentu saja Tari kaget. Namun ia memilih menyembunyikan perasaannya dan merespon dengan memeluk suaminya erat. Tak perlu alasan. Perkembangan yang baik ini hanya untuk disyukuri dan tak perlu dipertanyakan, pikir Tari.

Meski harus duduk di kursi rodanya, Mas Hen tampak bersemangat menanti acara lomba yang ingin diikutinya. Dan ia begitu antusias menyemangati saat Tari ikut berbagai lomba bersama para ibu lainnya. Serasa dilambungkan ke sebuah negeri di awan, Tari nyaris tak dapat menahan air matanya. Mas Hen amat menikmati pagi tujuh belas agustusan di lapangan kompleks perumahan mereka. Bahkan saat mengikuti lomba, Mas Hen tampak sungguh-sungguh berusaha melakukan yang terbaik. Dan hasilnya luar biasa. Mengundang haru dan menguras air mata Tari hanya mampu membisikkan doa yang amat singkat, "Oh, Tuhan, Trimakasih!" ketika ia mengetahui Mas Hen menjuarai lomba makan kerupuk..

Bandung, 17072018
#Pentigraf Weesha
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi