Jumat, 24 Agustus 2018

NUANSA RUMAH KITA (40)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (40)
*Politik di Tempat Kerja
Oleh: Jenny Seputro

Setelah hampir putus asa ditolak setiap tempat yang dilamarnya, akhirnya Tari mendapat satu panggilan kerja. Dia bersyukur meskipun jenis pekerjaannya bukan seperti yang diinginkan. Tugasnya data entry, memasukkan data-data klien dari tumpukan nota ke dalam komputer. Setiap orang mempunyai jatah kuota harian. Kalau belum selesai, ya terpaksa harus lembur. Kalau selesai lebih awal, tidak boleh pulang, dipersilahkan terus kerja melampaui kuota. Pekerjaan yang memerlukan konsentrasi dan ketelitian, juga membosankan. Sebagai karyawan baru, Tari tidak begitu diterima baik oleh rekan-rekan seniornya. Ada yang bilang pakaiannya ke kantor mirip orang pergi ke pasar. Terpaksa dengan tabungannya yang sedikit, Tari membeli beberapa pakaian yang lebih modis.

Alih-alih dipuji, rekan-rekan prianya bersuit-suit menggodanya. Yang perempuan banyak yang menuduh Tari sengaja mencari perhatian bos yang notabene seorang duda. Kalau tekanan dari teman kerja belum cukup, Tari yang belum terbiasa dengan pekerjaannya selalu tertinggal dalam target hariannya. Terpaksa setiap sore dia harus lembur sampai hampir dua jam. Tubuhnya lelah dan matanya berkunang-kunang. Namun dengan gigih ia terus belajar, hingga dalam sebulan Tari sudah bisa menyelesaikan targetnya dalam waktu yang ditentukan. Dua minggu kemudian Tari sudah berhasil menyelesaikan dua puluh persen lebih banyak dari target harian. Dia bangga dengan prestasinya sendiri. Bos juga sangat terkesan dengan kinerja Tari.

Rekan-rekannya menjadi iri karena Tari makin diperhatikan atasan. Belum lagi ada kemungkinan target harian akan dinaikkan berhubung Tari sanggup menyelesaikan begitu banyak. Sering kali Tari difitnah atau dijadikan kambing hitam. Kalau Tari melapor, dia dianggap cari muka. Tari betul-betul tidak suka bekerja di situ. Pekerjaannya membuat mata sakit. Teman-temannya membuat hati sakit. "Bagaimana harimu Sayang?" tanya Mas Hen setiap sore saat menyambut Tari pulang. Tari selalu tersenyum, dan bilang betapa dia menikmati hari itu. Suaminya terlihat tenang dan gembira. Tari masuk ke dalam kamar sambil menimang-nimang slip gajinya. Saat ini Mas Hen tidak bisa bekerja. Dapur harus tetap mengebul. Biarlah orang mau bilang apa. Anjing menggonggong, khafilah berlalu. Yang penting pekerjaannya halal, dan ia telah melakukan yang terbaik.

Perth, 23 Agustus 2018

#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono, Budi Hantara

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Tidak ada komentar: