Rabu, 01 Agustus 2018

NUANSA RUMAH KITA (28)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (28)
* Mbah Sulaiman
Oleh: Jenny Seputro

Tari baru pulang dari pasar. Dapurnya penuh dengan ikan, daging, rempah-rempah, juga sayur-sayuran yang tadi pagi diambilnya dari kebun. Mumpung hari Minggu, Tari sedang ingin masak-masak. Tapi ada satu yang kurang, krupuknya mbah Sulaiman. Tidak dijual di tempat lain, dan nikmatnya tak tergantikan. Mbah Sulaiman punya sebuah warung kecil tak jauh dari rumah Tari. Warungnya menyediakan berbagai keperluan sehari-hari, tapi Tari lebih suka pergi ke supermarket yang tentunya lebih lengkap, kecuali untuk krupuknya. Ternyata hari itu warungnya tutup, kata tetangga karena istrinya meninggal empat hari yang lalu. Tari menyesal tidak pergi melayat, bukan karena tidak mau tapi karena tidak tahu.

Sejak itu Tari sering belanja di warung mbah Sulaiman. Dia hanya ke supermarket kalau butuh sesuatu yang warung mbah tidak menyediakannya. Dari orang tua itu, Tari belajar banyak hal, tentang perjuangan dan kepahitan hidup. Siapa sangka mbah Sulaiman yang ceria dan murah senyum itu ternyata memikul beban hidup yang berat. Anak laki-lakinya pecandu narkoba. Hutangnya di mana-mana dan mbah harus membayarnya dengan hasil warungnya yang pas-pasan. Anak perempuannya menikah dengan orang luar pulau. Akhirnya bercerai dan sekarang pulang ke rumah mbah membawa dua orang anaknya. Juga tidak bekerja dan semua menjadi tanggungan mbah. Tari tidak bisa membantu apa-apa selain sering berkunjung dan sesekali membawakan sayur-mayur dari kebunnya.

Saat liburan Idul Fitri, Tari pulang kampung ke rumah mertuanya bersama mas Hen suaminya. Mereka di kampung hampir tiga minggu. Saat kembali ke Jakarta, Tari membawakan banyak oleh-oleh untuk mbah Sulaiman. Selain berbagai jenis buah-buahan, juga kue-kue khas daerah dan sarung seperti yang suka dipakai mbah. Dengan gembira Tari mendatangi warungnya. Tapi mbah tidak ada di situ, yang ada seorang wanita seusia Tari. Di dekatnya dua orang anak kecil sedang bermain di lantai. "Bapak sudah meninggal Mbak," kata wanita itu sedih, "minggu lalu, kankernya sudah menjalar ke mana-mana." Tari langsung merasa lemas. Rasanya sulit percaya kalau dia tidak akan pernah lagi melihat mbah yang sudah dianggap ayahnya sendiri itu. Hari itu pertama kali Tari mengenal putri mbah Sulaiman. Namanya Miranti.

Perth, 31 Juli 2018

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Tidak ada komentar: