Sabtu, 21 Juli 2018

NUANSA RUMAH KITA (17)


#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (17)
*Reuni Kecil
Oleh: Jenny Seputro

Suasana kafe Betawi ini belum banyak berubah sejak lima belas tahun yang lalu, saat Tari dan kedua sahabatnya langganan makan di situ hampir setiap pulang sekolah. Ira dan Putri sudah seperti saudara kandung bagi Tari. Sayangnya mereka harus berpencar saat kuliah, dan surat-surat yang awalnya datang setiap minggu, menjadi setiap bulan, setiap tahun, dan akhirnya mereka hilang kontak. Terakhir kali Tari mendengar berita kalau Ira sudah menikah dengan seorang laki-laki tampan bernama Hardiman. Layaknya sahabat yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu, reuni kecil itu membangkitkan kembali keceriaan masa sekolah. Mereka makan sambil bercanda, menertawakan kejadian-kejadian masa lalu, saat hidup terasa begitu bebas tanpa beban.

Sejak awal bertemu tadi, Tari dan Putri sudah merasa tidak nyaman melihat bekas lebam kebiruan di sisi wajah Ira, juga bekas-bekas guratan di lengannya. Tawa canda gembira perlahan berubah menjadi obrolan dari hati ke hati, tentang kehidupan yang dijalani masing-masing. Ira tak mampu menahan isaknya saat menceritakan kalau perkawinannya sudah diambang kehancuran. Hardiman yang dulu idola para wanita, ternyata seorang pemabuk yang ringan tangan. Ira selalu harus memakai riasan tebal untuk menutupi memar di wajahnya. "Mungkin aku kualat ya," katanya sambil sesenggukan, "dulu mas Har ninggalin pacarnya demi aku." Sore itu mereka berpisah dengan perasaan haru. Tari dan Putri berjanji untuk mendukung Ira, apapun yang terjadi.

Di dalam angkot dalam perjalanan pulang, Tari diam merenung. Masih segar dalam ingatannya, betapa sakit rasanya saat Hardiman meninggalkannya demi Ira, sahabatnya sendiri. Namun Ira tidak pernah tahu itu, karena Hardiman tidak pernah menyebut nama Tari. Hampir tiga tahun rasa sakit itu menderanya, hingga akhirnya Tari sanggup memaafkan mereka berdua. Tari bergidik, membayangkan apa jadinya kalau dirinya yang menikah dengan Hardiman. Pikiran Tari beralih pada Mas Hen, yang lemah lembut dan penuh perhatian padanya. Walau terkadang berselisih paham, Mas Hen sama sekali tidak pernah menyakitinya. Mungkin semua itu memang sudah rencana Yang Kuasa. Apalah artinya tiga tahun sakit hati, dibanding dengan kebahagiaan yang ia rasakan sekarang ini? Dalam hati Tari memanjatkan sepucuk doa, untuk Ira.

Perth, 20 Juli 2018
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim

Catatan:
- Pentigraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf lepas ini dapat di lihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Tidak ada komentar: