Rabu, 11 Juli 2018

NUANSA RUMAH KITA (8)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (8)
*Menatap Masa Depan
Oleh Siu Hong-Irene Tan

Tiga tahun yang lalu Tari merasakan kehilangan yang sangat luar biasa. Belum genap 15 tahun usianya saat harus kehilangan mama. Penyakit jantung seakan cemburu dengan kedekatan mereka. Hingga begitu tega merampas dengan paksa seorang mama dari sisi Tari. Air matanya terus mengalir, menganak sungai. Belum juga reda dan mengering, hari ini harus kembali tertumpah.

Pelataran sekolah sudah dipenuhi oleh anak-anak berseragam putih abu-abu. Mereka tampak berdiri bergerombol. Wajah yang tidak bisa menyembunyikan ketegangan. Tari juga terlihat gelisah. Bukan pengumuman kelulusan yang membuatnya galau. Pikirannya melayang ke rumah. Bagaimana papa harus menghadapi eksekusi dari bank hari ini? Tadi pagi Tari sudah berniat mengurungkan niatnya ke sekolah, tapi papa memaksa Tari untuk berangkat. Tepuk tangan riuh menyambut kedatangan kepala sekolah sejenak mengalihkan kegelisahan hatinya. Pak Soewandi berbicara melalui pengeras suara. Berita kelulusan seratus persen tak cukup menghibur. Seusai pengumuman, Tari bergegas pulang. Teman-temannya sibuk menyambut kelulusan dengan suka cita dan saling membubuhkan tanda tangan di atas seragam putih. Di bawah terik matahari, Tari berlari menyusuri trotoar. Hatinya berdegup kencang, terlihat papa sedang berusaha bernegosiasi dengan petugas bank. Wajah itu seketika menjadi sepuluh tahun lebih tua dari usianya. Duka cita karena kepergian mama masih jelas terlihat. Hari ini duka yang lain harus mereka hadapi bersama. Seorang sahabat papa, telah mengkhianati mereka. Sumber kehidupan mereka lenyap dalam sekejap.

Langit di luar berwarna merah saga. Tetapi senja terasa sangat kelabu. Tari menyiapkan makan malam dalam diam. Sementara papa duduk merenung di sudut meja. Diliriknya wajah papa yang penuh dengan gurat kegetiran. Tari dengan trenyuh menghampiri dan merengkuh bahunya dengan lembut. Tetiba papa terisak,"Maafkan papa, Tari. Cita-citamu terpaksa harus kandas hari ini. Tidak ada uang yang tersisa untuk kuliahmu." Air mata itu membanjiri hati Tari, tetapi tidak setitikpun menetes dari matanya. Digenggamnya tangan papa yang bergetar. Dengan tersenyum dijelaskan, dia masih punya sedikit simpanan untuk menunjang hidup. Dalam lubuk hati, Tari telah membulatkan tekad untuk melanjutkan kuliah. Biaya bisa dicari dengan bekerja. Kesusahan mereka hari ini tidak berarti memusnahkan semua kesempatan. Tari menatap masa depan dengan penuh keyakinan.

Bogor, 10 July 2018
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan

Catatan:
- Pentigraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf lepas ini dapat di lihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Tidak ada komentar: