Sabtu, 21 Juli 2018

NUANSA RUMAH KITA (18)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (18)
*Derai Hujan
Oleh Merry Srifatmadewi

Awan hitam menggelayut membuat Tari harus secepatnya berjalan cepat setelah turun dari bis menuju jembatan penyeberangan menuju kampus. Padahal waktu berangkat, cuaca tampak seperti biasa, tidak ada tampak mendung. Kakinya tidak kuat dibawa berlari di tengah derasnya hujan. Hujan menerpa mengguyur tubuhnya dan basah kuyup walau kepalanya sudah ditudungi tas kuliah. Jam kuliah akan dimulai dua puluh menit lagi. Tak ada waktu untuk Tari berteduh lagi, jarak gerbang utama hingga ke fakultas ekonomi memakan waktu dua puluh menit. Sudah kepalang basah, Tari menerobos hujan dan menuju toilet kampus. Sesampainya di sana, diperasnya ujung rok yang dipakainya. Rambut dikibas-kibaskan dan dikeringkan dengan tisiu.

Hanya sedikit mahasiswa yang datang pada perkuliahan sore ini. Waktu berjalan lambat. Tubuh Tari agak dingin kehujanan ditambah dirinya belum sempat makan siang karena kesibukan kerja. Ingin sekali sebenarnya Tari tidak pergi kuliah jika tidak mengingat bahwa ini adalah mata kuliah yang harus diulangnya sebelum tingkat akhir selesai. Sesama mahasiswa saling tidak peduli, sibuk dengan pikiran masing-masing. Rata-rata mahasiswa yang pilih kuliah sore hingga malam adalah pekerja di pagi harinya. Gelisah hati Tari menunggu dosen belum juga datang. Tangan dan kakinya mulai menggigil kedinginan. Akankah sia-sia kehadirannya kali ini ke kampus? Sayangnya tidak pernah ada pemberitahuan bila dosen berhalangan datang.

Seorang mahasiswa dari ruang kelas berinisiatif mencari tahu keberadaan sang dosen. Tak lama kemudian dia kembali lalu dengan segera mengambil tasnya yang tadi ditinggalkan di bangku dan meninggalkan kelas sambil menggerutu, "Sudah cape-cape, kehujanan pula, dosen enak-enakan ga datang." Tari memandang keluar jendela, menatap gerimis hujan yang merintik. Tiba saatnya dia mengambil tas dan menuju pulang ke rumah. Masih teringat di tengah perjalanan kernet meminta seluruh penumpang turun dan pindah ke bis lainnya. Terpaksa seluruh penumpang menuruti perkataan kernet. Tari memandang hujan deras yang membasahi kaca jendela, membayangkan masa lalu. "Mama dari tadi kok melamun?" tanya Tara membuyarkan lamunannya dan merangkul bahunya. Air mata Tari menggenang basah.

Jakarta, 18 Juli 2018.
#pentigrafSF
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim

Catatan:
- Pentigraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf lepas ini dapat di lihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Tidak ada komentar: