Sabtu, 28 Juli 2018

NUANSA RUMAH KITA (25)

#pentigraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (25)
*Iman Seorang Istri
Oleh Yosep Yuniarto

Pagi itu Hendra duduk termangu dengan kaki kanan digips. Dia yang biasa bekerja sebagai mandor proyek bangunan, beberapa waktu yang lalu mengalami musibah. Suami Tari itu terjatuh dari tempat cukup tinggi sehingga kaki kanannya patah. Terpaksa dia berhenti bekerja dan hanya mendapatkan uang kompensasi sekedarnya. Perlahan air mata mengambang di pelupuk mata Hendra. Hatinya lebih mendung dari langit di luar sana. Ia menoleh kepada Tari yang perutnya kian membuncit. Hendra menundukkan kepalanya dalam-dalam, kedua tangannya terkepal dan tubuhnya bergetar. Isakannya menarik perhatian Tari sehingga perempuan itu menghampirinya. Tari duduk di samping Hendra dan menyandarkan kepala suaminya itu di bahunya, sementara ia sendiri menangis dalam hati.

Begitu tangis suaminya reda, Tari bertanya apa yang sedang Hendra kuatirkan? Hendra menjawab dia sedang memikirkan Tari dan calon anak mereka. Tari menyahut anak mereka akan baik-baik saja. Ia punya harapan, ia dicintai. Kehadirannya adalah berkat dari Tuhan untuk rumah tangga mereka. Hendra menyanggah bahwa dengan keadaannya saat ini, ia tak akan punya cukup uang untuk menghidupi istri dan anaknya. Tari menyahut jika mereka punya Tuhan dan cinta yang mampu memberi anak mereka harapan untuk melihat masa depannya. Hendra mengusap matanya dengan lengan bajunya. Pria itu menggerutu jika memang Tuhan maha pengasih, Dia tak akan memberi mereka ujian seberat ini. Dengan tenang Tari menegaskan jangan sampai mimpi-mimpi mereka dikalahkan oleh keadaan. Perempuan itu tetap percaya kalau tiap ujian hidup akan mendatangkan berkat lain ke rumah mereka. Tari sama sekali tak meragukan cinta, kasih dan janji Tuhan.

Hendra menatap istrinya dalam-dalam. Kali ini ketika asanya pupus, ia bisa melihat perbedaan antara dirinya yang seolah tak punya apa-apa lagi dengan iman Tari yang memberinya secercah harapan. Sesuatu yang membuat Tari mampu bertahan dalam badai dan tetap mencintai suaminya. Hendra menatap Tari kemudian mengucapkan terima kasih karena sudah memilih dia menjadi suaminya. Tari tertawa, dengan terharu ia membalas, "Terima kasih juga sudah memilih aku jadi istrimu." Tiba-tiba ponsel Hendra berbunyi. Tari bergegas mengambilkannya. Ternyata dari seorang bos penerbitan di mana Hendra pernah menawarkan dan mengirimkan naskah novelnya. Orang itu bilang belum bisa menerbitkan naskah novel Hendra. Namun ada temannya, seorang produser film terkenal yang tertarik dengan cerita dalam novel itu untuk difilmkan. Jika Hendra oke, maka surat perjanjian kontrak kerja akan segera disodorkan. Sebagai pemilik cerita, Hendra tentu akan banyak dilibatkan dalam proses penulisan skenario film tersebut. Hendra menatap Tari dengan bahagia. Mereka pun kembali berpelukan erat, lama sekali.

Margasari, 28 Juli 2018
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Sylvie Trenggono

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Tidak ada komentar: