Minggu, 22 Juli 2018

NUANSA RUMAH KITA (19)

#penagraf_lepas
NUANSA RUMAH KITA (19)
*Tari Berduka
Oleh Agust Wahyu

“Tari… Bapak Sindia meninggal,” demikian telepon dari orang tuanya tadi pagi. Sebenarnya berita ini tak mengejutkan karena Tari selalu mengikuti perkembangan kesehatannya beberapa hari ini. Sebulan lalu, Tari juga sempat bertemu dengannya. Kebetulan Tari memiliki kesempatan untuk mengunjungi kota masa kecilnya, sekalian reuni dengan teman-temannya waktu SMA dan SMP. Saat itu kondisi gurunya tersebut masih bisa diajak komunikasi sehingga masih sempat mengobrol cukup lama. Utamanya Tari masih berkesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada gurunya tersebut. Bagi Tari, guru kimianya tersebut yang tak langsung memberi motivasi bagi dirinya.

Tari bangga dan bersyukur dapat menjadi salah seorang siswa di sekolah terbaik di kotanya. Dan itu juga karena prestasinya di sekolah sebelumnya. Dan di SMA perjuangannya bertambah berat, sering kali dia menangis terutama saat mendapat nilai ulangan yang jelek. Bukan karena dia tak belajar tetapi seringkali tak punya waktu. Pulang sekolah dia harus membantu orang tuanya berjualan sedangkan malam hari sering kali kelelahan. Padahal pagi-pagi dia harus sudah menunggu angkot untuk bisa sampai di sekolah. Dalam hati dia sering mengeluh tapi tak pernah diungkapkan pada kedua orang tuanya, selalu berusaha tampil gembira. Dia tahu bagaimana perjuangan orang tuanya membiayai dirinya dan saudara-saudaranya.

“Koq kamu yang mau minta maaf dan terima kasih kepada Sindia sih?” begitu protes Ella temannya ketika Tari mengungkapkan rencana untuk ketemu Pak Sindia pada acara pertemuan alumni dengan guru-guru berlangsung. “Ella, Pak Sindia!” potong Tari sempat mengingatkan Ella untuk lebih sopan, tak hanya menyebutkan nama guruya. Sudah semacam kebiasaan, bila siswa tak menyukai gurunya akan begitu. Ella adalah teman baik Tari saat SMA dan mereka saling cerita apapun yang terjadi, termasuk bagaimana Pak Sindia mempermalukan Tari di depan kelas di hadapan teman-temannya. Bagi Tari, bagaimanapun juga Pak Sindia adalah gurunya, wakil orang tuanya di sekolah. Orang tuanya pernah mengatakan bahwa guru itu juga manusia, bisa jadi dia marah di sekolah karena dia lagi punya banyak problem di rumahnya.

Waktu itu ada PR dan Tari tak mampu mengerjakannya karena Pak Sindia tidak masuk dan belum menjelaskannya pada pertemuan sebelumnya. Dia datang ke sekolah agak terlambat karena angkot yang dinaikinya bannya bocor sehingga tak sempat bertanya temannya. Saat disuruh ke depan dan tak dapat mengerjakan, Pak Sindia marah besar, “Goblok! Gitu saja nggak bisa…” dan masih banyak omelan-omelan lain yang menyakitkan. Apalagi beliau juga menyinggung profesi orangtuanya sebagai pedagang sayur. “Dasar anak tukang sayur!” ocehan puncak gurunya. Apa salahnya dengan orang tuanya yang berdagang sayur, tanya Tari dalam hati. Tari sempat menitikkan air mata dan tak cuma kesedihan tapi juga sakit hati tertoreh sangat dalam di hatinya. Kenapa orang tuanya yang selalu bekerja keras buat keluarganya harus dibawa-bawa.

Agaknya Ella tak rela Tari berbaik-baik dengan Pak Sindia. Akhirnya Tari angkat bicara, “Iya Ella, tapi semua itu akhirnya memotivasiku untuk lebih baik! Aku bertekad menjadi lebih baik dari orang tuaku sehingga tak ada lagi yang menghinaku.” Alasan itu agaknya dapat diterima Ella. Apalagi dia mendengar sendiri bagaimana Tari menceritakan kembali cerita masa lalu tersebut di hadapan Pak Sindia. Tujuan utamanya adalah kenapa dia berterima kasih padanya. Tari merasa sangat lega dan bangga setelah bercerita walau matanya kembali berkaca-kaca. Dan saat itu beliau dan termasuk teman-temannya malahan yang menangis. Entah kenapa

Kampung Sawah, 22 Juli 2018
#penagraf_aw
#nuansarumahkita

Penulis yang sudah berpartisipasi
Agust Wahyu, Merry Srifatmadewi, Albertha Tirta, Camelia Septiyati Koto, Ypb Wiratmoko, Jenny Seputro, Yosep Yuniarto, Siu Hong-Irene Tan, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Waty Sumiati Halim

Catatan:
- Pentigraf atau penagraf ini merupakan cerita lepas judul "NUANSA RUMAH KITA" yang menghadirkan tokoh utama wanita sederhana dengan hati yang cantik bernama Tari, lengkapnya Lestari Ayu Ningtyas.
- Siapa saja boleh menyumbangkan tulisan di sini, tentunya dengan pesan-pesan positif yang menyejukkan.
- Pentigraf atau penagraf dapat dikemas dengan sedih, humor, dan sebagainya.
-Bagi yang beminat dapat dikirim lewat inboks ke Agust Wahyu jangan lupa paling bawah tulis #nuansarumahkita
- Bagi Anda yang ingin membaca lengkap pentigraf atau penagraf lepas ini dapat dilihat di https://anggrek-white.blogspot.com/

Salam Literasi

Tidak ada komentar: