Sabtu, 30 Juni 2018

BALADA YOYUN (100)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (100)
Yoyun Mohon Pamit
Oleh Tim Penulis Balada Yoyun

Menjelang liburan, ada pesan masuk di gawai Mia, “Kalau memungkinkan, datang ya…,” dari Yoyun. Dia mengundang semua penulis "Balada Yoyun" untuk berkumpul di rumahnya. Acaranya hanya temu kangen agar para penulis dapat saling mengenal secara langsung. Ternyata juga mengundang para pembaca setia, seperti Lydwina Ertin, Veronica Angela, Dhiana Lialavi, dll, terutama yang sering memberi komentar di "Balada Yoyun". Dipilihnya kota Tegal, selain merupakan kota kelahirannya, juga kota itu dianggap titik tengah yang adil bagi yang berangkat dari Jakarta ataupun Jawa Timur. Waktu yang ditetapkan adalah setelah hari raya Idul Fitri.

Maria Miguel yang sudah merencanakan liburan, terpaksa harus mengatur waktunya lagi. Dia ingin membuktikan apakah Yoyun tetap secerewet di medsos bila berhadapan langsung dengannya. Mia, atau lengkapnya Camelia Septiyati Koto, juga menyempatkan hadir sekaligus ingin mengunjungi tempat rekreasi Guci. Pada hari yang ditentukan, hampir semua yang diundang hadir. Mbak Vina Saputri tidak dapat hadir karena jarak yang jauh, demikian juga Mbak Lydwina Ertin yang tinggal di Pontianak dan tak dapat meninggalkan Keyra, putri kecilnya. Dari Jakarta dan Bogor ada Merry Srifatmadewi, Florida Wartini, Dhewy Trisna, Hery Sujatmo, dan Albertha Tirta. Lalu dari Palembang ada Maria Miguel dan Yosef Kurniawan (Ocep), yang ternyata suami tercintanya. Dari Jawa Timur ada Pak Budi Hantara, dan Pak YPB Ypb Wiratmoko. Bahkan Jenny Seputro khusus datang dari Perth, agar bisa ketemu dengan teman-teman yang selama ini hanya akrab di media sosial. Tamu terakhir adalah Agusanna Ernest dan Stella Christiani Ekaputri Widjaja yang tampak kelelahan tapi penuh semangat. Pertemuan yang tidak formal tersebut makin terasa akrab saat Yoyun mengajak mereka makan di Warung Tegal “Mbak Dian”. Mereka sempat berpandangan, apakah pemilik warung yang cantik tersebut calon istrinya Yoyun. Walau banyak yang bertanya dalam hati tetapi tak ada yang berani bertanya langsung pada Yoyun. "Nanti yang bayar kita apa Yoyun nih!" celetuk Jenny Seputro sebelum makan karena selama ini Yoyun terkenal pelitnya.

“Bapak-bapak, ibu-ibu, dan mbak-mbak yang cantik-cantik,” tiba-tiba Yoyun berdiri dan berbicara dengan mimik yang serius. Tak urung semua terdiam ingin mendengarkan apa yang akan dikatakan Yoyun. Dia sempat menahan suaranya yang terdengar sedih, membuat teman-temannya makin bertanya-tanya. “Pada kesempatan ini, saya mohon maaf dan sekaligus mohon pamit…,” tampak Yoyun menyusut air mata, selanjutnya mengatakan bahwa usianya bertambah dan dia menyadari banya kekurangan sehingga dia merasa butuh waktu untuk menenangkan diri dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Untuk itu dia berencana akan mundur sampai waktu yang belum ditentukan. Dia merasa sedih membuat keputusan ini tetapi dia merasa itu harus dilakukan demi masa depannya. Mereka yang hadir tak mampu berbuat apa-apa, beberapa di antaranya ada yang mengusap linangan, tak menduga bila Yoyun hanya menemani mereka hingga episode ke-100. Beberapa saat kemudian mereka semua mohon pamit agar kesedihan tak berlanjut. Sebelum pulang, Yoyun memberikan kenang-kenangan kepada semua yang hadir berupa talenan bergambar dirinya seperti pada episode “Bantal Pink Yoyun". Dan kesempatan ini digunakan Yoyun untuk cipika-cipiki, kembali dengan tawa renyahnya, hilang semua kesedihan yang tadi mengharu-biru saat berpamitan.

Jakarta, 28 Juni 2018
#baladayoyun

Catatan:
- Terima kasih kepada para penulis: Merry Srifatmadewi, Budi Hantara,Camelia Septiyati Koto, Agust Wahyu, Florida Wartini, Yosep Yuniarto, Maria Miguel, Jenny Seputro, Waty Sumiati Halim, Dhewy Trisna, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Albertha Tirta, Yosef Kurniawan (Ocep), Hery Sujatmo, Siu Hong-Irene Tan, Agusanna Ernest, Ypb Wiratmoko atas kebersamaannya.
- Mohon maaf kepada pembaca bila ada kesalahan atau kurang berkenan karena kami semua masih belajar
- Nantikan pentigraf lepas selanjutnya tentunya dengan bentuk dan cerita yang berbeda

Tidak ada komentar: