Kamis, 21 Juni 2018

BALADA YOYUN (87)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (87)
•Jodoh
Oleh: Agusanna Ernest

"Nanti malam nggak usah ngluyur kemana-mana, adikmu mau datang sama suami dan anaknya, kita mau makan sama sama." Suara Ibu tegas, masih terkesan sifat galaknya meski umur mau tujuh puluh. Aku antara senang tidak senang mendengar ucapan ibu tadi. Senang, karena berarti ibu akan masak spesial. Tidak senangnya, karena pasti akan ada pertanyaan yang menyakitkan hati yang biasa diajukan adikku. Bahkan ponakanku yang mulai masuk ABG pun sudah berani ikut-ikutan. Kapan kawin? Huh, Siapa juga yang mau jadi jomblo pakai formalin begini. Kalau ngomongin pengen, ya sudah sejak lama aku pengen, tapi apa daya, tak ada perempuan yang betah jadi pacarku lebih dari dua bulan, entah oleh sebab apa.

Tapi suasana makan bersama kali ini berbeda. Kuamati wajah ibu, adik perempuanku, suaminya, ponakan centil yang biasa reseh itu, serius mengunyah, tanpa ada obrolan. Terus terang aku curiga. Tapi empal gentong empuk di piringku menyuruhku abai pada suasana yang ganjil ini. "Ibu mau ngomong serius." Suara alto ibu memecah keheningan. Telingaku langsung terpasang. Adikku, suaminya dan ponakanku pun menghentikan kegiatan mengunyahnya. "Yun, karena seminggu lagi umurmu 37 dan kamu belum berhasil cari istri sendiri, ibu sepakatan sama bu Dahlan mau jodohin kamu sama anaknya, si Maria Miguel. Kamu tahu kan yang mana anaknya?" Maria Miguel? Nggak salah denger ini? Maria Miguel kan super cantik dan sexy, mirip-mirip Rosalinda telenovela itu, aku membatin. Degup jantungku mendadak dapat didengar semua orang di seluruh ruangan. "Tapi Maria Miguelnya mau nggak?" Iparku yang pendiam tapi rajin mengunyah itu tiba tiba bersuara.

Seminggu berlalu. Besok tepat hari ulang tahun ku. Berhari-hari ini aku kepikiran sama omongan ibu soal Maria Miguel. Usiaku memang tidak muda lagi. Teman-teman sebayaku sudah punya anak satu-dua, bahkan ada yang empat. Bahwa pada akhirnya ada yang mau menikah denganku adalah berita baik yang aku tunggu selama ini. Tapi ada sesuatu yang harus aku sampaikan pada ibu. Aku tak ingin mengecewakannya. Kuhampiri ibu yang tengah nonton tv."Bu, mohon maaf, soal perjodohan yang ibu buat kemaren, aku.. (terbata), aku tidak bisa. Aku mau hidup membiara."

Tidak ada komentar: