Kamis, 21 Juni 2018

BALADA YOYUN (91)

#penagraf_lepas
BALADA YOYUN (91)
*Tamu Terakhir
Oleh Agust Wahyu

Sinar mentari pagi yang menerobos masuk ke kamarnya lewat celah jendela kaca yang tak tertutup korden, dan mengena langsung pada wajahnya membuat Yoyun terbangun. Diliriknya jam dinding bergambar Mickey, sudah menunjukkan pukul 09.15. Untung hari ini tugasnya jaga malam, sehingga tak kesiangan. Menggeliat sejenak, memutar badan ke kiri dan kanan membuat beberapa bagian tubuhnya gemeretak. Badannya terasa masih lelah, kemarin seharian disibukkan dengan menerima ucapan selamat ulang tahun dari teman-temannya baik langsung atau lewat gadgetnya. Beberapa kado masih tertumpuk di atas meja kamarnya dan sebuah undangan berwarna merah jingga dari tamu terakhirnya juga tergeletak di atasnya.

"Tok... tok... tok!" ketukan yang cukup keras terdengar saat tak berapa lama Yoyun mengunci pintu rumahnya. Sudah hampir tengah malam saat tamu terakhirnya datang. "Selamat ulang tahun. Semoga cepat memberikan cucu buat bapak dan simbokmu," kata mereka hampir serentak. Entah kenapa kata-kata itu kali ini terasa mengena. Apalagi yang mengatakan adalah bekas tetangga dekatnya yang dulu saat belum sekolah sering diejeknya ingusan sedang Yoyun udah SMP. Selain memberikan ucapan selamat, mereka memberikan kado dan menyampaikan undangan pernikahan.

"Kanya dan Don, Mbok!" jawab Yoyun ketika ibunya bertanya tentang undangan merah jingga tersebut. Ibunya seakan kaget dan tak percaya. Mungkin karena selama ini ibunya tak pernah dengar kabar tentang mereka lalu tiba-tiba sudah mau menikah. "Kowe mbek'e Dian yah opo?" tanya hubungannya dengan Dian. Yoyun tak bisa menjawab karena bersama gadis manis berambut panjang itu masih HTS, hubungan tanpa status. Selama ini pertemuan mereka sebatas kuliner, tak pernah ada pembicaraan serius. Seandainya melangkah serius apakah Dian mau diajak hidup di Tegal?

Selain undangan, Kanya dan Don juga memberikan kado sebuah buku dengan judul "Saatnya Memilih" dengan sub judul "Panduan Memilih Jodoh" yang ditulis Ypb Wiratmoko. Kembali Yoyun terpukul, sudah saatnya dia mengganti buku wasiatnya selama ini, "Menjadi Cowok Idaman para Bidadari". Selama ini dia hanya belajar menjadi seorang pemuda agar disukai wanita sehingga dia terbuai dalam lingkungan bidadari. Lupa bahwa umurnya terus bertambah dan belum memilih satu di antaranya untuk menjadi pendamping hidupnya.

"Mbok bingung karo kowe, saiki Dian, wingi Mia, Maria. Mbuh sopo maneh," tiba-tiba ibunya nyeletuk saat Yoyun sarapan. Ingin rasanya dia memuntahkan semua yang udah dimakannya. Tapi dia sadar, mungkin simboknya juga sudah muak dengan tingkahnya yang selalu ganti-gantu pacar, tapi tak mungkin terucap dari seorang ibu. "Mungkin perlu kowe pikirken Sumiyem, ben wus due anak namung isih ayu lan sugih!" Ibunya mengusulkan agar Yoyun mempertimbangkan Sumiyem, janda dengan dua anak yang masih cantik dan kaya. Yoyun garuk-garuk kepala, tapi dalam hati mengiyakan, terserah orang bilang apa yang penting hidup nyaman.

Dukuhsari, 14 Juni 2018
#penagraf_aw
#baladayoyun

Tidak ada komentar: