Selasa, 15 Mei 2018

BALADA YOYUN (20)


#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (20)
Pasien Bandel
Oleh Maria Miguel

Saat aku tugas jaga, pasien dengan umur 37 tahun yang kondisinya lemah, menggigil, dan mukanya putih kemerahan karena panas tinggi menjadi pasien ketiga yang masuk ruang perawatan.. Pasien tersebut diantar dua pemuda yang usianya tak jauh berbeda. Kulihat di wajah mereka tampak cemas mungkin karena kondisi temannya yang cukup mengkhawatirkan. Walau kondisi seperti itu, tapi wajahnya tampak acuh tak acuh, padahal dia sudah menahan dingin dengan selimut tebal telah membungkus badannya. Aku berinisiatif untuk memberikannya minum, tapi dia hanya menyedot sedikit minum yang kuberi melalui pipet. Aku mencoba untuk memaksanya minum, dengan halus kukatakan jika tidak banyak minum, panasnya tidak akan turun. Kepalanya pusing, dan pasien bisa dehidrasi karena demam, tapi rupanya si pasien tidak merespon perkataanku. Akhirnya aku meninggalkannya dengan maksud mengedukasinya setelah sebelumnya mendekatkan bel panggilan untuk perawat di sebelah bantalnya, "Jika butuh apa-apa dan ada keluhan silakan menekan belnya.”

Aku yakin dia akan menekan belnya beberapa saat lagi. Pasien tersebut masuk lewat IGD dan sempat tertahan di sana cukup lama karena tidak mau dipasang infus. Perawat jaga di IGD sempat dibuatnya kesal dan akhirnya langsung di kirim ke bangsal perawatan karena banyaknya pasien yang akan menggunakan IGD. Dan tugasku untuk merayunya agar mau diasang infus. Tak lama, bel berbunyi. Perawat jaga temanku kuminta mendatanginya lebih dahulu. Saat diukur suhu tubuhnya sudah 40 derajat Celcius. Saat aku masuk kamarnya, kutatap matanya tanpa mengatakan apa pun. Aku memberikan kesempatan kepadanya untuk menyampaikan apa yang diinginkannya. Mungkin karena rasa sakit yang luar biasa, akhirnya dia berkata, “Suster kalau sudah begini tindakan apa untuk pasien sepertiku?”

Kesempatan bagi kami melakukan apa yang diinstruksikan dokter untuk menolongnya. “Kondisi pasien sepertimu utamanya, pasang infus agar semua obat bisa diberikan padamu.” Akhirnya dia menurut dan pesan dengan sangat menggunakan jarum yang paling kecil. Sebelum berangkat ke rumah sakit, temannya cerita bahwa pernah sebulan kesakitan karena disuntk menggunakan jarum yang besar. Dalam hati aku tertawa, pasti itu hanya menakutinya, tetapi aku hanya tersenyum, agar tak membuatnya makin takut. Aku segera mempersiapkan yang diperlukan, dan dia perhatikan dengan seksama. Saat tangan kanannya akan dipasang jarum infus dia sempat teriak yang cukup membuat kaget. Jeritan itu diikuti tawa besar dari teman-temannya. Mungkin karena mereka melihat ukuran jarum sangat mungil yang biasa digunakan khusus oma-opa dan pasien yang pembuluh darahnya tipis. Padahal paseien ini badannya gagah dan kekar. Aku bernapas lega, dan melihat nama pasiennya. Oh dia ternyata "Play Boy Tegal" yang beken di “Balada Yoyun” tapi takut dengan jarum suntik. Duh Koh Yoyun... segitunya nyalimu.

Rumah Sakit Charitas, 24 April 2018

Tidak ada komentar: