Selasa, 15 Mei 2018

BALADA YOYUN (34)

#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (34)
*Irma yang Cantik
Oleh Maria Miguela

Hari itu aku bertugas di shift sore. Kebetulan pasienku bernama Yoyun harus minum obat antibiotik yang kebetulan baru diberikan untuknya. Setelah memberikan obat tersebut, aku mengingatkannya untuk memanggil perawat bila terjadi gatal-gatal dan reaksi alergi lainnya. Karena kulihat saat itu tidak ada yang menjaganya, lalu bel ku dekatkan kepadanya lalu aku meninggalkannya. Setelah dua jam tidak ada tanda-tanda kalau dia memanggil perawat, karena aku sendiri sepanjang jam itu melayani pasien yang lain, dan teman-teman juga tidak ada yang melaporkan keluhannya.

Pukul 17.30 aku masuk ke kamar yoyun untuk memberikan obat sebelum makan, tapi betapa kagetnya aku, waktu kulihat bibir Yoyun agak jontor merah kebiruan, tampak ada sedikit darah di ujung bibirnya. Akhirnya kutanyakan padanya, kenapa bibirnya begitu? Aku bertanya padanya apakah badannya mengeluh gatal-gatal? Dia menggeleng, kulihat matanya juga tidak bengkak. Aku penasaran, kutanyakan lagi padanya, mengapa bibirnya jontor? Dia bercerita, kalau tadi dia tadi antara mimpi dan tidak, ada seorang perawat memberikan obat kepadanya, perawat itu sangat cantik dan perhatian dengannya. “Aku angsung jatuh hati padanya,” kata Yoyun. Perawat itu tahu Yoyun sedang sendirian, dia memberikan obat sambilduduk di samping Yoyun, memijat kepalanya yang lagi pusing. Yoyun merasa nyaman akhirnya dia memberanikan diri memegang tangan perawat itu. Perawat itu tersipu malu sambil menundukkan kepalanya, membuatnya semakin gemas melihat tingkah perawat tadi. Yoyun duduk dan mendangakkan dagu perawat tadi dan tidak tahan melihat bibir mungil merah merekah perawat tadi dan akhirnya Yoyun memberanikan diri sambil memejamkan mata mencium bibirnya. Tapi Yoyun berteriak kesakitan karena yang dia cium adalah lantai. Rupanya dia terjatuh dari tempat tidur dan bibirnya mengenai roda besi lemari serbaguna di samping tempat tidurnya.

Lalu aku bertanya siapa nama perawatnya, karena aku sendiri penasaran. “Irma,” kata Ypyun akhirnya. Rambutnya pendek dan bibirnya mungil merah merekah. Aku tak ingin mendengar pemaparannya lagi karena itu temanku yang meninggal 3 hari yang lalu karena penyakit Lupus. Aku hanya bisa menenangkannya dan bilang pada Yoyun kalau aku akan mengobati bibirnya yang jontor itu. Tanpa memberikan penjelasan kepadanya siapa perawat itu dan aku pun meninggalkannya dalam mimik muka dengan penuh tanda tanya dan sedikit ketakutan



Tidak ada komentar: