#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (7)
Tiga Bidadari
Oleh Agust Wahyu
Teh poci yang kedua sudah hampir habis, tapi Yoyun belum juga
beranjak dari Warung “Camelia”. Mungkin karena dia terhanyut dengan lagu-lagu
dari Ebiet G. Ade yang diputar pemilik warung yang punya nama sama dengan
warungnya. Entah berapa banyak gorengan sudah mengisi perutnya. “Mas, mau
tambah lagi?” tanya Mia dengan senyum yang manis. Yoyun kaget, dan berusaha
membalas dengan senyum manisnya. Kalau sampai tak baik dengannya, pasti Yoyun
tak akan boleh utang lagi diu warungnya. Pikirannya Yoyun sungguh galau, Penni
yang baru dikenalnya seminggu lalu menantangnya. Kalau ingin hubungan serius,
segera hubungi orang tuanya. Dia tak mampu menjawabnya. Dan minuman yang wangi,
panas, sepet, legi (manis), dan kenthel itulah pelariannya.
Terpaksa Yoyun
melangkah pulang ke rumah karena warung sudah hampir tutup. Udara tegal terasa
dingin apalagi gerimis turun dari sore, membuatnya langsung pulas. Dengkur
halus susul menyusul dan sekali-sekali dengkur yang menyentak. Tapi tiba-tiba,
ruang kamar berukuran 3x4 yang penuh dengan buku-buku dan kertas-kertas konsep
tulisannya menjadi sepi. Hujan yang gerimis tiba-tiba deras dengan kilat yang
menyambar diikuti dengan petir yang menggelegar. Dia meringkuk di tempat tidur
dan menggulung kasurnya karena tetesan air hujan menembus masuk kamarnya. Saat
dia sibuk membenahi kamarnya, tiba-tiba atap rumahnya terbuka dan hujan
berhenti. Langit menjadi biru cerah dengan hiasan pelangi. Yoyun terkejut
karena tiba-tiba ada tiga bidadari yang turun dari langit mengelilinginya.
Matanya langsung terbelalak dan berusaha perhatikan satu persatu.
“Tok tok tok!”
ketukan pintu membangunkannya dari mimpi sekaligus membuyarkan mimpi Yoyun.
Dengan malas dia beranjak, ternyata mentari sudah cukup tinggi. Saat pintu
dibuka, dia dibuat kaget ada tiga wanita cantik yang mirip dengan bidadari tadi
tapi tak bersayap. Langsung diperhatikan kaki-kaki mereka, ternyata menginjak
bumi. Ada apa gerangan mereka jauh-jauh dari Jakarta ke Tegal? Belum sempat
ditanya, Irene berkata, “Kami mengantar Pakde Marto sekalian mau jalan-jalan ke
Guci. Ikutan nggak?!” Yoyun kaget! Pakde Marto meninggal dan dimakamkan di
Tegal. Gawainya memang berapa hari tidak aktif karena paket datanya habis. Jadi
dia banyak ketinggalan informasi. “Kanya dan Joana kabarnya gimana? Bilang Don
ya, aku mau salah satu kalo dia nggak ambil keduanya!” Belum sempat banyak
bicara, ketiga bidadari itu, Irene, Merry, dan Agnes menyuruhnya mandi untuk
mengantarnya ke Guci.
Kampung Sawah,
4 Maret 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar