Selasa, 15 Mei 2018

BALADA YOYUN (7)


#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (7)
Tiga Bidadari
Oleh Agust Wahyu

Teh poci yang kedua sudah hampir habis, tapi Yoyun belum juga beranjak dari Warung “Camelia”. Mungkin karena dia terhanyut dengan lagu-lagu dari Ebiet G. Ade yang diputar pemilik warung yang punya nama sama dengan warungnya. Entah berapa banyak gorengan sudah mengisi perutnya. “Mas, mau tambah lagi?” tanya Mia dengan senyum yang manis. Yoyun kaget, dan berusaha membalas dengan senyum manisnya. Kalau sampai tak baik dengannya, pasti Yoyun tak akan boleh utang lagi diu warungnya. Pikirannya Yoyun sungguh galau, Penni yang baru dikenalnya seminggu lalu menantangnya. Kalau ingin hubungan serius, segera hubungi orang tuanya. Dia tak mampu menjawabnya. Dan minuman yang wangi, panas, sepet, legi (manis), dan kenthel itulah pelariannya.

Terpaksa Yoyun melangkah pulang ke rumah karena warung sudah hampir tutup. Udara tegal terasa dingin apalagi gerimis turun dari sore, membuatnya langsung pulas. Dengkur halus susul menyusul dan sekali-sekali dengkur yang menyentak. Tapi tiba-tiba, ruang kamar berukuran 3x4 yang penuh dengan buku-buku dan kertas-kertas konsep tulisannya menjadi sepi. Hujan yang gerimis tiba-tiba deras dengan kilat yang menyambar diikuti dengan petir yang menggelegar. Dia meringkuk di tempat tidur dan menggulung kasurnya karena tetesan air hujan menembus masuk kamarnya. Saat dia sibuk membenahi kamarnya, tiba-tiba atap rumahnya terbuka dan hujan berhenti. Langit menjadi biru cerah dengan hiasan pelangi. Yoyun terkejut karena tiba-tiba ada tiga bidadari yang turun dari langit mengelilinginya. Matanya langsung terbelalak dan berusaha perhatikan satu persatu.

“Tok tok tok!” ketukan pintu membangunkannya dari mimpi sekaligus membuyarkan mimpi Yoyun. Dengan malas dia beranjak, ternyata mentari sudah cukup tinggi. Saat pintu dibuka, dia dibuat kaget ada tiga wanita cantik yang mirip dengan bidadari tadi tapi tak bersayap. Langsung diperhatikan kaki-kaki mereka, ternyata menginjak bumi. Ada apa gerangan mereka jauh-jauh dari Jakarta ke Tegal? Belum sempat ditanya, Irene berkata, “Kami mengantar Pakde Marto sekalian mau jalan-jalan ke Guci. Ikutan nggak?!” Yoyun kaget! Pakde Marto meninggal dan dimakamkan di Tegal. Gawainya memang berapa hari tidak aktif karena paket datanya habis. Jadi dia banyak ketinggalan informasi. “Kanya dan Joana kabarnya gimana? Bilang Don ya, aku mau salah satu kalo dia nggak ambil keduanya!” Belum sempat banyak bicara, ketiga bidadari itu, Irene, Merry, dan Agnes menyuruhnya mandi untuk mengantarnya ke Guci.

Kampung Sawah, 4 Maret 2018

Tidak ada komentar: