#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (4)
*Yoyun Mencari Istri
Dikumpulkan dari yang tercecer oleh Agust Wahyu
"Susah memilih jika semuanya
kelihatan baik," cetus Yoyun di malam minggu yang cerah. Aku tertawa tapi
tak tahu apa yang harus aku tertawakan. Itu yang membuatnya bingung mengisi
malam minggunya. Sejak sore sudah rapi, tetapi tak tahu siapa yang mesti
diapelinya. Ia mengatakan bahwa memilih wanita tidak sama dengan memilih
sepatu. Kalau sepatu, begitu tahu nomor atau ukurannya, merek apapun jadi!
Memilih wanita harus lebih teliti lagi. Karena kalau sudah terlanjur 'dibeli',
harus 'dipakai seumur hidup!" Aku takjub mendengarnya. Yoyun melirikku
lalu tertawa. Tiba-tiba dia terdiam, menghela napas panjang lalu duduk
menyelonjorkan kaki ke atas meja. Itu 'pria superior' yang kubenci! Seolah-olah
dunia akan gawat-darurat jika salah pilih wanita.
"Lalu siapa yang akan kau pilih
jadi istri?" tanyaku. Yoyun menggelang lemah sambil angkat bahu. Aku
mengusulkan Lisa saja, jago masak sehingga mamanya pasti senang punya menantu
jago masak. Kelak akan ada acara masak bersama menantu dan mertua di rumahnya.
Aku sudah antusias, dia masih melempem kayak krupuk kena air. Tiba-tiba dia
semangat lagi, "Disaster! Lisa akan menjadi saingan terberat mamaku
nantinya. Mereka akan ribut soal bumbu di dapur. Aku dan papa nanti dipaksa
memilih, masakan siapa yang terenak. Dan aku pasti tak berani pilih salah
satunya. Lebih baik jangan Lisa lah!" tukas Yoyun.
Tetapi aku belum putus asa, kuusulkan
beberapa nama dengan segala kelebihannya. Sampai orang kesepuluh dia hanya
menggeleng. Dan jawabannya bukan seleranya. Lalu dia malah menginginkan, Irene.
Katanya Irene itu lembut hatinya, sabar, pintar, dan keibuan. Tapi lanjutnya,
Irene itu FRAGILE keramik. Sensitif! Mendengar anjing berteriak saja pingsan,
apalagi mendengar suara mamanya Yoyun yang begitu cerewet dan suara
menggelegar. Walau dia istri idaman, tapi Yoyun menganggap lebih cocock jadi
perawat. Cerewet juga ternyata pria yang satu ini. Tampang 'innocentnya' kali
ini jadi terlihat menyebalkan! Belum sempat aku komentar, dia sambung lagi.
“Bagaimana kalau Merry? Ia cantik, pintar, baik, dan kaya. Cocoklah jadi
istriku," kali ini dia minta pendapat. Tapi tiba-tiba dia bergidik katanya
membayangkan dirinya sendiri yang akan kehilangan kemerdekaan jika menikahi
Merry. Aku menatap pria 'eksentrik' di depanku itu dengan jengkel. "Kalau
begitu... Menikahlah dengan mamamu saja! Karena cuma dia yang sempurna di
matamu," sindirku meninggalkannya pergi. Dan kedua orang yang disebutnya
tadi adalah wanita-wanita mapan bersuami yang telah memiliki beberapa anak,
Yoyun menginginkannya agar setelah menikah dengan mereka tak perlu bekerja,
finansial terjamin. Duh Yoyun, cuma wanita bodoh yang mau menikah denganmu
kalau tahu itu pikiran di otakmu.
Kampung Sawah, 2 April 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar