Selasa, 15 Mei 2018

BALADA YOYUN (4)


#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (4)
*Yoyun Mencari Istri
Dikumpulkan dari yang tercecer oleh Agust Wahyu

"Susah memilih jika semuanya kelihatan baik," cetus Yoyun di malam minggu yang cerah. Aku tertawa tapi tak tahu apa yang harus aku tertawakan. Itu yang membuatnya bingung mengisi malam minggunya. Sejak sore sudah rapi, tetapi tak tahu siapa yang mesti diapelinya. Ia mengatakan bahwa memilih wanita tidak sama dengan memilih sepatu. Kalau sepatu, begitu tahu nomor atau ukurannya, merek apapun jadi! Memilih wanita harus lebih teliti lagi. Karena kalau sudah terlanjur 'dibeli', harus 'dipakai seumur hidup!" Aku takjub mendengarnya. Yoyun melirikku lalu tertawa. Tiba-tiba dia terdiam, menghela napas panjang lalu duduk menyelonjorkan kaki ke atas meja. Itu 'pria superior' yang kubenci! Seolah-olah dunia akan gawat-darurat jika salah pilih wanita.

"Lalu siapa yang akan kau pilih jadi istri?" tanyaku. Yoyun menggelang lemah sambil angkat bahu. Aku mengusulkan Lisa saja, jago masak sehingga mamanya pasti senang punya menantu jago masak. Kelak akan ada acara masak bersama menantu dan mertua di rumahnya. Aku sudah antusias, dia masih melempem kayak krupuk kena air. Tiba-tiba dia semangat lagi, "Disaster! Lisa akan menjadi saingan terberat mamaku nantinya. Mereka akan ribut soal bumbu di dapur. Aku dan papa nanti dipaksa memilih, masakan siapa yang terenak. Dan aku pasti tak berani pilih salah satunya. Lebih baik jangan Lisa lah!" tukas Yoyun.

Tetapi aku belum putus asa, kuusulkan beberapa nama dengan segala kelebihannya. Sampai orang kesepuluh dia hanya menggeleng. Dan jawabannya bukan seleranya. Lalu dia malah menginginkan, Irene. Katanya Irene itu lembut hatinya, sabar, pintar, dan keibuan. Tapi lanjutnya, Irene itu FRAGILE keramik. Sensitif! Mendengar anjing berteriak saja pingsan, apalagi mendengar suara mamanya Yoyun yang begitu cerewet dan suara menggelegar. Walau dia istri idaman, tapi Yoyun menganggap lebih cocock jadi perawat. Cerewet juga ternyata pria yang satu ini. Tampang 'innocentnya' kali ini jadi terlihat menyebalkan! Belum sempat aku komentar, dia sambung lagi. “Bagaimana kalau Merry? Ia cantik, pintar, baik, dan kaya. Cocoklah jadi istriku," kali ini dia minta pendapat. Tapi tiba-tiba dia bergidik katanya membayangkan dirinya sendiri yang akan kehilangan kemerdekaan jika menikahi Merry. Aku menatap pria 'eksentrik' di depanku itu dengan jengkel. "Kalau begitu... Menikahlah dengan mamamu saja! Karena cuma dia yang sempurna di matamu," sindirku meninggalkannya pergi. Dan kedua orang yang disebutnya tadi adalah wanita-wanita mapan bersuami yang telah memiliki beberapa anak, Yoyun menginginkannya agar setelah menikah dengan mereka tak perlu bekerja, finansial terjamin. Duh Yoyun, cuma wanita bodoh yang mau menikah denganmu kalau tahu itu pikiran di otakmu.

Kampung Sawah, 2 April 2018

Tidak ada komentar: