Tidak sia-sia penantianku selama ini, Resty mau menerima
kehadiranku di rumahnya. Sebelumnya aku tidak ada keberanian seperti
cowok-cowok lainnya yang bertandang di rumahnya. Modalku hanya sepeda motor
beda dengan cowok lainnya yang datang bermobil. Aku juga tidak tahu apakah
Resty menyukaiku, setidaknya kehadiranku diterima olehnya. Dan tipe Resty dalam
pengamatanku tidak pernah mau berpacaran dengan dua cowok dalam waktu
bersamaan. Aku datang setelah melihat tudak ada mobil terparkir di depan
rumahnya. Resty ini teman SMP-ku. Tidak cantik tapi manis dan tidak membosankan
memandangnya.
Aku memberanikan diri mengajak Resty pergi ke taman supaya
suasana lebih romantis. Daripada di rumahnya ada bapak-ibunya membuatku kurang
nyaman. Gayung bersambut, Resty mau menerima ajakanku. Aku pamit baik-baik pada
orangtua Resty. "Hati-hati di jalan. Jangan lawan arah. Pakai helm dengan
baik, jangan asal pasang. Jaga Resty baik-baik, Yoyun," nasihat bapaknya
Resty. Aku senang bapak-ibunya Resty bukan orang yang 'matre' begitupun dengan
Resty, didikan bapak-ibunya. Mereka menemani Resty hingga Resty naik motor dan
masuk ke dalam rumah setelah aku dan Resty menghilang dari pandangan mata
mereka.
Kuajak Resty ke Taman Monas. Kuparkir motor dan
mengajaknya berjalan-jalan mengitari Monas di waktu malam dengan pancaran warna
lampu warna-warni menyemburat ke arah Tugu Monas. Lelah berjalan, aku mengajak
Resty duduk di bangku taman di bawah rerindangan pohon menyejukkan. Aku meraih
tangan Resty. Resty tersenyum. "Cape ya?" tanyaku. Kuberanjak dari
bangku hendak memijit kakinya. Aku merasa ada sesuatu yang basah di atas
kepalaku. Aku penasaran, kupegang untuk melihat. Putih kehijauan. Kudongakkan
kepalaku ke arah pohon, seekor burung dara mengeluarkan harta berharganya di
atas kepalaku. Resty tertawa tergelak-gelak melihat wajahku merona
berwarna-warni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar