#pentigraf_lepas
BALADA YOYUN (2)
*Warung Ayu
Oleh Budi Hantara
Senja kian memerah. Rinai gerimis yang jatuh menghantam atap
warung kopi terdengar berisik. Seorang pemuda ganteng bertubuh tampan tampak
gelisah. Dipandangi sesaat asap yang menari meliuk-liuk di atas secangkir kopi.
Seteguk kopi hangat menjalar ke seluruh jiwanya. Matanya yang semula lelah
menahan rasa kantuk menjadi berbinar. Ditatapnya janda muda pemilik Warung Ayu
itu. Warung Ayu adalah sebutan angkringan khas di kota Ngawi. Kebetulan Yoyun
sedang berkunjung ke kota Ngawi. Dia mencari Budi sahabatnya.
Yoyun agak
tersipu ketika tatapan mata nakalnya membentur wajah cantik yang kebetulan
sedang meliriknya. Perempuan itu rupanya bukan perempuan biasa. Senyumnya
tampak menggoda. Yoyun berusaha menenangkan gejolak jiwanya yang meronta.
"Aku tak boleh jatuh cinta. Aku harus ingat pesan Mery. Tak boleh menjadi
playboy." Rinai gerimis masih setia menemani Yoyun yang dilanda resah di
Warung Ayu. Tanpa terasa secangkir kopi dan dua potong pisang goreng telah
mengisi perutnya. Sebelum meninggalkan warung itu, Yoyun mendekati pemilik
warung dan bertanya; "Tahu alamat ini Mbak?" Yoyun menunjukkan alamat
Budi, sahabatnya yang tinggal di Ngawi.
Yoyun mengeluh
dalam hati. Jawaban pemilik warung itu tak meyakinkan. Dia menggerutu. "Ah
sial. Punya sahabat tidak terkenal bikin susah. Alamatnya sulit dicari. Katanya
penggemar kopi tapi orang-orang di warung kopi tak ada yang mengenalnya."
Yoyun mengomel dalam hati. Dasar nasib sial. Baru saja hendak meninggalkan
warung, kepalanya terbentur pintu. Dia hampir mengumpat dan mengucapkan sumpah
serapah. Tapi cepat disadarinya. Otaknya pun malah menjadi normal. Dia
tiba-tiba ingat bahwa nomer Budi tersimpan di gawainya. "Kenapa aku tak
menghubungi Budi dari tadi ya? Semoga Mery tak mengetahui pengalaman konyolku
ini. Bisa jatuh reputasiku."
Ngawi,
01-04-2018
Budi Hantara
Budi Hantara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar